KENAKAN MANUSIA BARU – BELAS KASIHAN – KASIH

Johor, Minggu, 19 Mei 2019

Pdt.Paulus Budiono

 

Shalom,

Karena kita menyembah Tuhan yang Esa, kita harus mengikuti cara-Nya bukan cara kita masing-masing. Kita harus hidup seperti yang Ia kehendaki dan mata kita tertuju kepada-Nya. Apa yang Tuhan inginkan dari kita? Kolose 3:12- 17 menuliskan, “Karena itu sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah (put on) belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah (put on) kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”

 

Jujur, kita sering membaca Alkitab karena rutinitas; kita lega dan berterima kasih telah membaca Firman namun setelah itu lupa dengan ayat-ayat yang telah dibaca apalagi dengan ayat-ayat sebelumnya. Misal: kata penghubung “karena itu” berfungsi menghubungkan ayat 12 dengan ayat 11. Masihkah kita ingat ayat 11 yang sudah kita baca sebelumnya?

Siapa yang dimaksud dengan orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya? Mereka bukan hanya pemimpin dan jemaat Kolose tetapi kita semua yang dipilih-Nya. Bila kita adalah satu tubuh, kita akan serius dan peduli terhadap seluruh kegiatan yang dikehendaki Tuhan. Ilustrasi: peserta yang ikut dalam perlombaan akan mengerahkan seluruh tenaga dan waktu untuk serius latihan. Beda dengan penonton yang tidak terlibat di dalam perlombaan itu; dia akan cuek dan mengabaikannya jika tidak begitu menarik baginya.

Apa yang diinginkan Tuhan terhadap orang-orang pilihan yang dikuduskan dan dikasihi-Nya? Mengenakan/memakai „pakaian‟. Untuk apa mengenakan pakaian? Awalnya pakaian dikenakan akibat pelanggaran manusia (Kej. 3:21). Hingga hari ini manusia yang tahu malu akan mengenakan pakaian yang pantas dan sopan bukan model pakaian yang mempertontonkan aurat. Kita memakai pakaian untuk dilihat dan terlihat apakah model, warna dan coraknya cocok serta pantas dipakai.

Berbicara tentang “mengenakan”, Surat Kolose menuliskannya hingga tiga kali, yaitu:

  • Mengenakan manusia baru (Kol. 3:9-10) → iman

Kita harus beriman menjadi manusia baru.

Bila kita mengenakan pakaian baru, tidak mungkin kita tetap mengenakan pakaian lama yang tersembunyi di balik pakaian baru yang kita pakai. Bau tidak sedap yang menyengat dari pakaian lama tidak dapat disembunyikan walau disemprot dengan minyak wangi. Terbukti „pakaian lama‟ yang dipertahankan akan merusak „pakaian baru‟. Itu sebabnya kita harus membuang/menanggalkan manusia lama untuk mengenakan manusia baru.

Imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwanya sebab Yosua mengenakan pakaian (tahbisan) yang kotor. Iblis melihat untuk menuduh supaya imam besar Yosua tidak dapat melakukan pekerjaan imamat di dalam Tabernakel. Melihat kondisi pakaian Yosua,Malaikat Tuhan memerintahkan dia untuk menanggalkan pakaian kotor dan Ia mengenakan pakaian pesta kepadanya (Zak. 3:1-5). Iblis tidak dapat berbuat apa-apa karena Malaikat TUHAN berdiri di sana.

Implikasi: pakaian manusia lama yang tidak dibuang akan merusak kekristenan dan pelayanan kita. Meskipun kita dapat menyembunyikan „pakaian kotor‟ kita di hadapan manusia, Tuhan dan Iblis melihatnya. Jangan memakai „pakaian pesta semu‟ dalam kehidupan nikah dan rumah tangga kita.

Kenyataannya, kita adalah orang berdosa dan pemberontak sejak dahulu kala. Kita adalah orang najis dan kesalehan kita seperti kain kotor. Kita menjadi layu seperti daun dan lenyap oleh kejahatan seperti daun dilenyapkan oleh angin (Yes. 64:6-7). Dengan kata lain, pakaian manusia lama kita makin lama makin rapuh dan siap untuk dibinasakan.

Jika kita membeli pakaian baru, beberapa bulan kemudian pakaian tersebut sudah tidak lagi baru karena warnanya memudar. Jangan pakaian hati kita baik dan bersih hari ini, minggu depan sudah kotor! Jangan pula membanggakan diri 10 tahun lalu kita aktif dan setia dalam pelayanan tetapi sekarang kita malas dan tidak melayani dengan seribu macam alasan! Pakaian kehidupan kita harus terus menerus diperbarui dari hari ke hari (Kol. 3:10) karena kita sudah dibaptis dalam Kristus dan mengenakan Kristus (Gal. 3:27).

Introspeksi: apakah kita mengenakan pakaian Kristus di mana pun kita berada sehingga orang-orang dapat menyaksikan Yesus Kristus melalui kehidupan kita?

  • Mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (ay. 12)  → pengharapan

Kita mengenakan pakaian kudus setelah kita percaya/beriman dan dibaptis. Kita dapat mengenakan pakaian (kudus) belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran setelah kita membuang pakaian (lama) kemarahan, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor, dusta (ay. 8-9).

Pakaian (baru) belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran harus menjadi „seragam‟ dan ‟dress code‟ anak-anak Tuhan yang kontras dengan „pakaian duniawi‟ yang kotor dan usang.

Pakaian baru ini menjadi „dress code‟ sehingga masing-masing dapat saling mengingatkan ketika ditemukan noda kekurangan.

Introspeksi: maukah seorang suami sebagai kepala rumah tangga menerima teguran dari si istri jika ditemukan „noda‟ pada pakaian kehidupannya? Sudahkah sang suami memakai pakaian kerendahan hati untuk dapat menerima teguran dengan lapang dada?

Memang setiap orang mempunyai latar belakang dan karakter beda tetapi bila kita diubahkan menjadi manusia baru dan mengenakan Kristus, tidak lagi ada perbedaan ras, tingkat sosial, pendidikan, ekonomi dll. sebab Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Kol. 3:11). Dengan demikian kesatuan dari aneka ragam perbedaan terjalin erat. Misal: orang Yahudi menghendaki tanda/mukjizat, orang Yunani mencari hikmat/kepandaian; orang bersunat dan tidak bersunat → berkaitan dengan agama; orang Barbar dan orang Skit → karakter kasar dan halus; semua ini dapat disatukan oleh pertolongan Tuhan. Sama seperti anggota tubuh terdiri dari pelbagai macam organ tubuh dan miliaran sel dengan fungsi beda-beda tetapi semua bekerja sama dan menyatu sebab Allah menciptakan manusia seutuhnya.

Harus diakui sangatlah sulit untuk dapat mempraktikkan belas kasihan, rendah hati, lemah lembut, sabar. Itu sebabnya Yesus meminta kita belajar dari-Nya sebab Ia lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29). Kita harus sabar seorang terhadap yang lain, suka mengampuni dan tidak menaruh dendam (Kol. 3:13). Bukankah Yesus sudah memberikan teladan dengan tidak membalas dendam terhadap mereka yang menyalibkan Dia tetapi malahmeminta Bapa-Nya untuk mengampuni mereka (Luk. 23:34)? Jujur, tidaklah mudah untuk mengampuni orangorang terdekat (suami, istri, anak, sahabat) yang melukai hati kita tetapi marilah kita belajar melakukan perintah Tuhan. Tuhan mengizinkan kita bertemu dan berbaur dengan orang-orang dari bermacam ragam karakter dan budaya untuk membentuk kita menjadi manusia baru. Melalui perbedaan-berbedaan ini kita dapat menyatu dan saling mengampuni oleh pengurbanan Yesus.

  • Mengenakan kasih (ay. 14) → kesempurnaan

Kasih hanya ada di dalam Yesus sebab Ia adalah kasih (1 Yoh. 4:8,16). Kita dapat berkurban, berkhotbah, bernubuat dll. tetapi tanpa kasih semuanya akan sia-sia (1 Kor. 13:1-3). Kasih itu tidak berkesudahan (1 Kor. 13:8) dan mempersatukan serta menyempurnakan (Kol. 3:14).

Ternyata penyucian untuk kesempurnaan mengekspresikan kasih. Tuhan mengatakan kepada jemaat di Laodikia, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Why. 3:19)

Dalam menghadapi pelbagai macam orang dengan budaya, karakter, usia, latar belakang beda-beda ditambah dengan masalah-masalah pelik mereka, kasih menjadi pengikat yang mempersatukan.

Sesungguhnya dari pakaian kita dapat mengenal identitas seseorang, contoh: seragam/pakaian dokter, tentara, siswa sekolah, pegawai pemerintah dst. mempunyai ciri khas sendiri.

Efesus 6:11 menuliskan agar kita mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah sehingga orang lain mengetahui apakah kita termasuk prajurit yang taat dan dapat menggunakan senjata dengan baik atau sembarangan menggunakannya. Misal: siswa berseragam STTIA tahu tugasnya untuk menaati tata tertib yang ada di STTIA.

Lebih lanjut, kita dipanggil menjadi satu tubuh agar damai sejahtera (irene, shalom) Kristus memerintah dalam hati; untuk itu kita patut bersyukur (Kol. 3:15). Tak terbayangkan bila hati kita dikuasai oleh damai sejahtera-Nya!

Manusia membutuhkan damai sejati; itu sebabnya sebelum Yesus kembali ke Surga Ia menjanjikan para murid-Nya, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh. 16:33)

Para murid Yesus bingung dan takut melihat Guru mereka mati; pada malam di hari minggu mereka berkumpul di suatu tempat dengan pintu terkunci. Pada waktu itu Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka sambil berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh. 20:19) Dua kali Yesus mengatakan damai sejahtera kepada mereka (ay. 21) dan tenanglah mereka karena damai sejahtera menguasai mereka. Mulailah mereka bercerita kepada Tomas yang tidak ada bersama mereka saat itu bahwa mereka melihat Yesus tetapi Tomas tidak percaya sebelum dia melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum dia mencucukkan jarinya ke dalam bekas paku dan mencucukkan tangannya ke dalam lambung-Nya (ay. 24-25). Yesus sungguh baik, delapan hari kemudian para murid beserta Tomas ada di dalam rumah itu dengan pintu terkunci. Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka sambil mengatakan, “Damai sejahtera bagi kamu!” (ay. 26)

Yesus adalah Raja damai (Yes. 9:5); bila Ia berdiam dalam hati kita, yang keluar dari mulut kita ialah kata-kata damai yang menyejukkan bukan amarah dan caci maki yang memerahkan telinga.

Bila perkataan Kristus dengan segala kekayaan/kelimpahan Firman berdiam dalam kita → 12 roti bundar di atas Meja Roti Sajian, kita mampu mengajar dan menegur sambil menyanyikan mazmur dan pujian rohani → Kandil Emas (Kol. 3:16). Dan segala sesuatu yang kita perkatakan atau perbuat kita melakukannya dalam Nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur kepada Allah Bapa kita (ay. 17) → Mazbah Pembakaran Ukupan

Aplikasi: hati yang penuh dengan Firman Tuhan akan terpancar ke luar dalam perkataan dan perbuatan yang menyaksikan kebesaran Nama-Nya di mana pun dan kepada siapa pun kita berhadapan.Marilah kita mengenakan manusia baru penuh dengan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran serta kasih maka karakter Allah ada dalam kita untuk dapat disaksikan oleh orangorang yang belum percaya kepada-Nya agar mereka dapat percaya dan beroleh keselamatan. Amin.