Pilih Filosofi Dunia Atau Firman Allah?

Pdt. Paulus Budiono, Johor, Minggu, 14 April 2019

Shalom,

Yakinkah kita bahwa tulisan-tulisan dalam Alkitab (PL-PB) seluruhnya adalah Firman Allah? Atau hanya perkataan-perkataan yang diucapkan Yesus dianggap sebagai Firman sementara tulisan Paulus, Yohanes, Musa dll. bukan Firman tetapi sekadar pengalaman pribadi?

Apa yang ditulis Rasul Paulus kepada jemaat Kolose (juga kita yang membaca tulisannya)? Ia mengingatkan mereka (juga kita) beberapa kali (empat kali) agar kita tetap hidup di dalam Kristus, berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam iman dan hati melimpah dengan syukur (Kol. 2:6-7).

Masalah tentang apa yang membuat Rasul Paulus begitu serius memperingatkan jemaat Kolose (juga kita)? “Hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan (cheat = menipu) kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia tetapi tidak menurut Kristus. Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,” (ay. 8-9)

Rasul Paulus tidak dapat hadir pada jemaat Kolose (tetapi rohnya hadir) dan menulis surat sebagai curahan hati dan kerinduannya agar mereka tetap terpelihara di dalam Kristus. Ia sangat peduli dan khawatir mereka ditawan/ditipu oleh filsafat kosong dan palsu menurut ajar-an turun temurun (istiadat) dan roh-roh dunia.

Berbicara mengenai filsafat/filosofi, apa yang dimaksud dengan filsafat (philosophy)? Filsafat berasal dari kata philo = cinta; Sophos = hikmat, kebijaksanaan. Filsafat/filosofi artinya men-cintai hikmat.

Rasul Paulus pasti mengerti perbedaan antara filsafat dan kebenaran Firman Allah sehingga dia berani mengingatkan jemaat Kolose (juga kita) agar tidak ditawan/ditipu oleh filsafat kosong nan palsu. Dia tentu telah membaca topik-topik tentang filsafat. Logikanya, pengkhotbah tidak mungkin dapat menyampaikan kebenaran Firman Allah bila dia tidak pernah membaca Alkitab. Seorang dapat bersaksi bahwa Injil adalah kekuatan Allah setelah ia mengalami mukjizat Firman Allah yang berkuasa/berkekuatan mengubah hidupnya.

Ada pendapat bahwa Perjanjian Baru adalah hasil pemikiran sehingga dapat digolongkan sebagai filsafat; bahkan Alkitab juga termasuk filsafat. Benarkah? Memang ada kebenarannya Alkitab termasuk filsafat sebab filsafat mencintai hikmat. Orang-orang menggunakan kepandai-annya untuk mengkritik Alkitab tetapi tidak menemukan kesalahannya bahkan mereka akhirnya meyakini 66 kitab (39 kitab PL dan 27 kitab PB) adalah Firman Allah. Lewat ratusan tahun, cendekiawan-cendekiawan menggunakan inteligensi mereka untuk membandingkan Alkitab de-ngan filsafat-filsafat lain tetapi tetap tidak ditemukan kesalahannya bahkan Alkitab dikanonisasi pada abad 3-4. Sampai detik ini Alkitab tetap sama. Masalahnya, filsafat/filosofi sering mem-buat manusia meremehkan autentisitas/keaslian Alkitab adalah Firman Allah; bahkan tak jarang sekolah-sekolah teologi dan hamba Tuhan mengecilkan makna dan bobot Alkitab, misal: meng-klasifikasikan Firman Allah jika tertulis ‘demikian kata Yahwe’; “Yesus berkata”; “berkatalah Roh Kudus” sementara tulisan-tulisan lain dalam Alkitab yang tidak berwarna merah bukan perkataan/Firman Tuhan tetapi pengalaman pribadi si penulis.

Paulus memiliki filsafat yang benar karena dia menegaskan di akhir zaman ini ada orang mencatut namanya (suratnya dipalsukan) berkaitan dengan kedatangan Tuhan dengan tujuan menyesatkan (2 Tes. 2:1-3). Waspada, kita boleh membaca banyak buku rohani tetapi Alkitab harus tetap yang terutama.

Apa karakteristik dari filsafat kosong dan palsu? Tidak menurut Kristus! Jadi, jangan mendengarkan “khotbah” atau membaca “buku-buku rohani” kemudian menelan mentah-mentah tanpa mengecek kebenarannya apakah selaras dengan Firman Kristus! Jelas, Alkitab bukanlah filsafat sembarangan; kalau sembarangan, masing-masing mempunyai hak kebebasan untuk berfilosofi.

Kapan orang mulai mencintai hikmat (filsafat atau filosofi)? Sejak zaman dahulu sebelum ada tulis menulis, manusia sudah mulai memikirkannya. Misal: filsuf Socrates (orang Yunani) ber-tujuan mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya; filsuf Lao Tzu (orang Tionghoa) memaparkan filsafat tentang manusia dan alam semesta dst. Cendekiawan-cendekiawan dari dahulu sudah menggunakan kepandaiannya untuk mencari tahu bagaimana dunia diciptakan. Ada yang mengatakan: dunia diciptakan dari air, api, atom; ada pula yang mengatakan bumi berasal dari big bang dst. padahal Alkitab menjelaskan dengan gamblang darimana asal bumi dan manusia (Kej. 1).

Sesungguhnya tidak ada seorang pun mampu menjawab apa itu filsafat. Setiap filsuf mem-punyai kebebasan dan hasil pikiran yang berbeda satu sama lain. Dapat dibayangkan jika Alki-tab diterjemahkan dengan bebas, pasti muncul filsafat-filsafat orang Kristen. Jangan kita dita-wan oleh filsafat dunia hasil pemikiran filsuf-filsuf kritis yang lebih memercayai evolusi manusia ketimbang hasil penciptaan Allah. Waspada, filsafat terus berkembang bahkan cara hidup kita pun dapat menjadi filsafat. Kalau kita tidak hati-hati, gereja juga akan berpegang pada filsafat yang dianggapnya paling benar apalagi dibumbui dengan penggalan ayat-ayat Alkitab.

Paulus begitu getol memperingatkan tentang filsafat karena dia mempunyai pengalaman ber-kaitan dengan filsafat palsu dan kosong menurut ajaran (istiadat) turun temurun. Paulus, seo-rang pemikir cerdas, mengaku bahwa sebelum mengenal Yesus dia sangat kuat berpegang pada adat istiadat orang Yahudi dan ketat melakukan hukum Taurat (Gal. 1:13-14).

Alkitab sendiri mengajarkan kita untuk mencintai hikmat seperti tertulis dalam Amsal 4:6-7, “Janganlah meninggalkan hikmat itu maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia maka engkau akan dijaganya.” Ayat ini ditulis oleh Raja Salomo setelah melalui pemikiran dan penye-lidikan mendalam karena Salomo dikaruniai hikmat dari Allah dan tidak ada orang berhikmat sehebat dia sebelum maupun sesudahnya (1 Raja. 3:11-12). Salomo sangat berpengalaman dengan hikmat Allah. Demikian pula Raja Daud menulis Mazmur 23 tentang “Tuhan Gembalaku yang baik” bukan karena dia seniman yang pintar bermain musik kemudian menghasilkan ilus-trasi tetapi berdasarkan pengalaman pribadi.

Apa yang membedakan Alkitab (Firman Allah) dengan filsafat-filsafat manusia? Mazmur 111:10 menegaskan, “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.”

Kenyataannya, banyak filsuf dengan kecerdasan tinggi menulis hikmat tanpa ada rasa takut akan Tuhan sebab mereka tidak mengenal Dia.

Siapa hikmat sesungguhnya? Hikmat bukan sekadar hasil pemikiran seseorang tetapi merupa-kan satu Pribadi (Ams. 8:12). Siapa yang memberikan kita pemikiran sehingga kita dapat mengkritik suatu tulisan? Tuhan dan setan. Itu sebabnya orang muda perlu diberi kecerdasan, pengetahuan serta kebijaksanaan dan yang terutama ialah takut akan TUHAN adalah permu-laan pengetahuan (Ams. 1:1-7). Kita harus mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh un-tuk bertemu Tuhan disertai rasa takut dan hormat kepada-Nya.

Perjanjian Baru menyebutkan dengan jelas siapa Pribadi hikmat itu yaitu: Kristus adalah kekuat-an Allah dan hikmat Allah (1 Kor. 1:24). Jadi, hikmat sesungguhnya ada di dalam pribadi Yesus Kristus.

Kita harus meminta hikmat kepada Allah maka Ia akan memberikan hikmat-Nya (Yak. 1:5). Perhatikan, dunia mempunyai banyak hikmat yang ditulis oleh orang-orang ternama dan berpe-ngalaman tetapi kita harus mencintai Alkitab untuk membedakan hikmat dari atas dan dari bawah/bumi.

Apa ciri-ciri hikmat dari atas/Surga dan hikmat dunia?

Hikmat dari atas lahir dari kelemahlembutan (Yak. 3:13). Salah satu tanda kita telah menerima hikmat Allah ialah sifat kita makin lama makin lembut, tidak lagi suka mengkritik dan meren-dahkan orang lain. Jauh berbeda dengan hikmat dunia yang penuh dengan iri hati dan egosen-trisme yang berasal dari nafsu manusia dan dari setan (ay. 14-15). Hikmat Allah menimbulkan kedamaian dan persatuan sedangkan hikmat dunia membuat kita terpecah belah (ay. 16-17). Bukankah Saulus/Paulus berhati keras ketika berpegang teguh pada hukum Taurat dan adat-istiadat Yahudi tetapi setelah bertemu Yesus hatinya berubah menjadi lembut?

Perlu diketahui, orang yang belum dewasa rohani mudah menerima ajaran-ajaran dunia (bnd. Gal. 1:6-7). Bukankah sekarang banyak gereja malah memasukkan model-model duniawi untuk menarik banyak jiwa dan menyenangkan telinga mereka?

Siapa Yesus Kristus itu?

— Rasul Paulus menuliskan bahwa “dalam Dialah (= Kristus; Red.) berdiam secara jasmaniah kepenuhan ke-Allahan.” (Kol. 2:9)

Allah itu Sumber hikmat maka Dialah filsuf sempurna dan semua ini sepenuhnya ada di dalam Pribadi Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus, dan Allah berkenan kepada-Nya (Kol. 1:19). Sifat dan tabiat Allah dimiliki sepenuhnya oleh Yesus sehingga Ia berani mengata-kan, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” (Yoh. 14:9) Bagaimana mungkin kita dapat mengenal Bapa kalau tidak percaya kepada Yesus?

— Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan dan segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kol. 1:15-16). Filsafat-filsafat dunia sedang mengejar darimana asal segala sesuatu yang tidak keli-hatan lalu muncullah dongeng-dongeng seperti Kera Sakti (dari Cina), Nyi Roro Kidul (dari Jawa) dll. dan pada hari-hari tertentu memberikan sesajen untuk dewa-dewi. Mereka menggunakan pikiran untuk menciptakan satu filosofi/filsafat tetapi tidak mengakui bahwa Allah berkenan sepenuhnya di dalam Putra tunggal-Nya, tidak ada Pribadi lain kecuali Kristus.

— Di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan (Kol. 2:3).

Mana ada filsuf setara dengan-Nya?

Aplikasi: hendaknya semua hamba Tuhan di akhir zaman ini dipenuhi hikmat Allah (dari atas) supaya terjadi kesatuan oleh sebab sifat lemah lembut dan berhati hamba sebab Yesus datang dari Surga turun ke dunia untuk mati disalib menanggung dosa manusia. Hikmat ini menjadi kebodohan bagi orang Yunani (kafir) dan batu sandungan bagi orang Yahudi (1 Kor. 1:23).

— Di dalam Kristus kita dikuburkan/mati dan dibangkitkan oleh kuasa Allah (Kol. 2:12).

Filsafat orang Yahudi tentang sunat berhenti pada persoalan fisik sehingga hanya bersifat keagamaan tetapi sunat Kristus bersifat rohani karena pemenggalan tubuh yang berdosa (Kol. 2:11).

Filsafat-filsafat dunia tidak menjanjikan adanya kebangkitan. Filsafat China percaya akan adanya kelahiran – tua – sakit – mati. Apakah iman kita juga berhenti sampai pada kematian? Tidak! Kita mempunyai Pribadi Allah, hikmat segala hikmat. Kita dipilih Allah sebelum dunia dijadikan untuk mewarisi berkat-Nya yang luar biasa (Ef. 1:4-5). Dunia geger karena ilmuwan dengan alat canggihnya baru saja menemukan lubang hitam dengan jarak jauh 55 juta cahaya. Bukankah Alkitab sudah mengatakan nanti Iblis akan dilemparkan ke jurang maut dan diikat selama 1.000 tahun (Why. 20:1-3)?

Dunia dewasa ini makin kacau, filosofi (manusia) yang satu dapat bertabrakan dengan filosofi lainnya dan ini juga terjadi dalam gereja. Misal: ada gereja yang tidak setuju dengan LGBT tetapi gereja lain menerima bahkan melegalkan perkawinan sejenis. Bahaya kalau kita yang tidak sempurna terjebak dengan filosofi duniawi! Bagaimanapun juga kita memiliki Alkitab yang sempurna, mintalah kepada Roh Kudus yang sempurna untuk membimbing kita masuk ke dalam segala kebenaran dan hikmat Allah akan membawa kita kepada kekekalan. Jangan bermain-main dengan hikmat dunia yang dapat menggoncangkan iman kita, membuat kita bingung dan khawatir akan masa depan! Sebaliknya, berpeganglah teguh pada Firman Allah – hikmatNya yang sempurna – maka kita akan masuk dalam perlindungan kekal bersama-Nya. Amin.