Kasih Karunia Dan Damai Sejahtera Allah Menyertai Kita!

Pdt. Paulus Budiono, Lemah Putro, Minggu, 10 Februari 2019

Shalom,

Hendaknya kita mencintai Firman Allah seutuhnya dan tidak memilah-milah seperti menikmati makanan dari satu resto ke resto lain dengan aneka rasa (asin, manis, kecut dll.) yang dapat kita pilih sesuai selera kita. Kita menikmati Yesus dalam Firman-Nya saat ini, kemarin bahkan yang akan datang ketika Ia datang kembali. Jangan makin sering kita mendengar Firman-Nya, makin kita menjadi bosan karena Tuhan yang kita sembah mampu memberkati kita.

Setelah menikmati Surat Efesus selama lebih dari setahun, kita sekarang mempelajari Surat Kolose yang juga ditulis oleh Rasul Paulus. Apa yang tertera di awal penulisannya? Kolose 1:1-2 menuliskan, “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah dan Timotius saudara kita, kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita menyertai kamu.”

Betulkah ayat-ayat di atas mewakili sepucuk surat atau sekadar khotbah Paulus sebab kalau dibaca sepintas kita tidak menemukan kata “surat” di dalamnya? Kita terbantu dengan judul “Surat Paulus kepada jemaat di Kolose’ juga kata-kata terakhir di Kolose 4:16, “Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu.”

 

Sebenarnya, kalau kita menerima sepucuk surat dari seseorang, kita akan membaca seluruh tulisan untuk mengerti maksud dan tujuan dari si pengirim surat. Jadi, kalau kita mempelajari Surat Kolose, seharusnya kita membaca keseluruhan surat Kolose yang terdiri dari empat pasal. Namun kini pengkhotbah/pembicara hanya mengambil beberapa ayat kemudian menjabarkannya lebih lanjut. Harus diakui, kondisi jemaat sekarang berbeda dengan kondisi jemaat gereja mula-mula. Jemaat waktu itu begitu selesai membaca surat (dari rasul) tahu apa yang harus diperbuat, apa yang harus ditolak dan bagaimana menjaga diri. Misal: jemaat di era lampau mengerti bahwa Firman Allah itu logos (Yoh. 1:1) namun sekarang pendeta-pendeta menafsirkan Alkitab bermacam-macam bahkan ada aliran gereja mengatakan Yesus adalah Allah kecil dan diciptakan; diperparah dengan kondisi jemaat yang malas membaca sendiri Alkitab yang dimilikinya. Akibatnya, jemaat lebih menggunakan perasaan ketika menerima Firman – menganggap benar khotbah pendeta A yang disenanginya tetapi tidak yakin dengan khotbah pendeta B yang tidak disukainya dst.

Sesungguhnya walau kita membaca satu atau dua ayat (terlebih jika membaca kese-luruhan surat) tetapi yakin bahwa ayat-ayat itu adalah Firman Allah, Firman tersebut berkuasa menciptakan. Dapat dibayangkan betapa kuatnya gereja Tuhan bila meng-imani ayat per ayat!

Seberapa penting Surat Kolose ini bagi Rasul Paulus? Dia mengharapkan surat ini dibaca oleh seluruh jemaat di Kolose untuk kemudian surat ini diteruskan/diestafetkan kepada jemaat Laodikia agar mereka membacanya pula.

Setiap surat maupun buku pasti ada penulisnya. Bagaimana pandangan kita terhadap buku-buku rohani yang ditulis oleh para penulis tenar bergelar banyak? Juga pendeta yang mengoleksi Alkitab dari pelbagai terjemahan? Sekolah teologi dinilai baik oleh pemerintah jika memiliki puluhan ribu buku rohani untuk menyelidiki (satu) Alkitab. Ternyata setiap penulis (juga pendeta) mempunyai ciri khas dan metode sendiri dalam menguraikan kitab yang terdapat dalam Alkitab. Itu sebabnya kita tidak boleh mengultuskan seorang pendeta yang pandai dan terkenal sekalipun. Bukankah Alkitab ditulis oleh 40 orang dengan latar belakang beda-beda juga banyak dari mereka tidak bertitel tinggi? Kita harus berfokus pada satu Pribadi – Sang Firman – yang meng-gerakkan para penulis untuk menulis Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namun kenyataannya banyak orang rela mengeluarkan uang ratusan ribu untuk membeli buku terkenal tetapi tidak mau membeli Alkitab yang harganya relatif murah. Ketahuilah Alkitab merupakan buku terkenal dan paling laris dari zaman ke zaman dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa untuk mempermudah pembaca mengerti dengan bahasa yang dikuasainya.

Apa motivasi Rasul Paulus menuliskan nama pada setiap surat yang ditulisnya? Bila penulis-penulis buku rohani ‘best-seller’ dapat meraup banyak uang dari hasil pen-jualan bukunya dan namanya makin terkenal juga kebanyakan dari mereka menulis dalam kondisi bebas tidak di bawah tekanan, Rasul Paulus menulis surat Kolose saat dia dipenjara bahkan siap mati syahid. Dia mencantumkan nama dalam suratnya bukan untuk mencari ketenaran atau uang karena Nama Tuhan Yesus Kristus lebih ditonjolkan dan ditulis jauh lebih banyak dalam seluruh suratnya (13 surat). Dia tahu bahwa di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus terkandung janji berkat kehidupan, damai sejahtera, perlindungan dll.

Waktu Surat Kolose dibagikan dan dibaca oleh jemaat Kolose, Rasul Paulus tidak ada di Kolose. Dia tidak hadir tetapi suratnya ada dan dibaca oleh jemaat. Bagaimana dengan kita? Rasul Paulus mengatakan kita adalah surat Kristus yang ditulis dengan Roh Kudus pada loh hati kita (2 Kor. 3:3). Sudahkah orang-orang di sekitar kita melihat dan ‘membaca’ Kristus di dalam hidup kita? Namun bagaimana kita menjadi surat Kristus jika kita tidak mau membaca Alkitab? Rasul Paulus berupaya menyam-paikan Firman Allah tanpa keinginan menyembunyikan apa pun untuk menata, mengoreksi dan mengukir hati jemaat Korintus menjadi surat Kristus. Sayang, gereja Tuhan sekarang malas membawa buku Alkitab (PB-PL) saat mengikuti kebaktian. Mereka lebih suka membaca Alkitab yang dimuat di HP kecil dengan alasan lebih praktis dan tidak ribet. Akibatnya, mereka tidak dapat berbuat banyak ketika mem-baca ayat-ayat di HP yang meneguhkan untuk digarisbawahi atau diberi catatan kecil (sebagai penjelasan) agar dapat dibaca ulang saat mereka membutuhkannya.

Dalam setiap surat yang ditulisnya, Paulus mengawali dengan salam darinya sebagai hamba Kristus Yesus yang dipanggil menjadi rasul (Rm. 1:1; 1 Kor. 1:1; 2 Kor. 1:1; Gal. 1;1 dst.) dan mengakhiri dengan kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus (Rm. 16:27; 1 Kor. 16:24 dst.). Dia tidak terpengaruh dengan jemaat Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika, Timotius, Titus, Filemon yang beda karakter dan kondisi.

Aplikasi: sikap hamba Tuhan tidak boleh terpengaruh oleh situasi dan kondisi jemaat sebab ia adalah hambanya Tuhan dan mulutnya berbicara tentang Firman Allah berisi nasihat, teguran, penghiburan, dsb. dan bahasanya membangkitkan iman serta mem-berikan kesukaan dan pengharapan. Rasul Paulus mengingatkan agar tidak ada perkataan kotor keluar dari mulut kita tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun supaya mereka yang mendengarkannya beroleh kasih karunia (Ef. 4:29).

Kembali pada Surat Kolose, Rasul Paulus mengawali dengan menyebutkan Nama Kristus Yesus dan Allah (Kol. 1:1). Tentu dia memiliki tanggung jawab menjadi rasul Kristus Yesus yang ditetapkan oleh Allah bukan diangkat oleh manusia atau sinode. Paulus menyandang Nama di atas segala nama yang dapat memberikan kasih karunia dan damai sejahtera (ay. 2).

Bagaimana jemaat dapat beroleh kasih karunia dan damai sejahtera? Kolose 4:16 menuliskan, “Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usaha-kanlah supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu.”

Jelas, Firman Tuhan tidak untuk diri sendiri tetapi harus ada usaha dan upaya dibagikan kepada orang lain yang belum/tidak mendengar pemberitaan Firman agar mereka juga beroleh berkat kasih karunia dan damai sejahtera. Jangan malah mengestafetkan gosip yang menjelek-jelekkan seseorang! Ingat, tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab bermaksud menjelekkan atau menjatuhkan seseorang tetapi sebaliknya, setiap Firman Tuhan menjanjikan kasih karunia dan damai sejahtera dari-Nya. Amin.