Pentingnya Sebuah Salam

Pdm. Markus Budi Rahardjo, Lemah Putro, Minggu, 27 Januari 2019

Shalom,

Dalam hubungan sosialisasi antarindividu atau kelompok di dalam masyarakat sering kali kata pendahuluan yang diucapkan ialah berbentuk salam entah hubungan itu untuk pertama kalinya atau sudah terjalin lama. Salam dipakai sebagai sarana komu-nikasi terhadap kehadiran seseorang untuk menunjukkan perhatian atau menegaskan hubungan tersebut.

Salam (menurut KBBI) mempunyai arti: damai, pernyataan hormat. Salam dapat dipengaruhi oleh budaya setempat dan dapat berubah akibat status dan hubungan sosial.

Salam dapat diekpresikan dalam bentuk:

  • Ucapan untuk memperkenalkan diri atau menyapa seseorang seperti: halo, hai, apa kabar, selamat pagi/ siang/malam, selamat datang, selamat ulang tahun, selamat hari Natal dsb.
  • Gerakan seperti: berjabat tangan, mengangguk, cium tangan, cium pipi, melam-baikan tangan dsb.

Dalam kehidupan sehari-hari entah di kantor, di kampus, di gereja atau di tempat-tempat lain kita sering diminta untuk mempraktikkan senyum, sapa dan salam (3 S) sebagai penghormatan satu sama lain.

Dalam setiap tulisan dan suratnya (Roma – Filemon), Rasul Paulus selalu menulis pendahuluan dengan kata “Salam” dan ditutup/diakhiri dengan “salam” juga. Ini men-jadi pelajaran yang baik bagi kita untuk mengerjakan suatu pekerjaan mulai dari awal sampai akhir secara tuntas. Bukankah ibadah juga selalu diawali dengan doa pem-bukaan dan diakhiri dengan doa berkat? Tuhan sendiri mengatakan, “Aku adalah Alfa dan Omega. Yang pertama dan yang terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.” (Why. 22:13)

Kita mempelajari lebih lanjut tentang salam dari Rasul Paulus dalam Surat Efesus 6:21-24.

Siapa yang menyampaikan salam Rasul Paulus kepada jemaat Efesus? Tikhikus (ay. 21).

Rasul Paulus mengutus Tikhikus, rekan sekerja yang setia dalam pekabaran Injil dan utusan yang dapat dipercaya, untuk menyampaikan berita yang lengkap dan detail mengenai dirinya (Paulus). Tikhikus (= mujur dan sukses) adalah orang Kristen pada abad 1 M. Dia diutus untuk menyampaikan surat kepada jemaat Efesus dan Kolose (Kol. 4:7-9).

“Saudara yang kekasih” menunjukkan adanya hubungan erat sebagai saudara dalam Tuhan atau saudara bertalian dengan keluarga. Anak-anak Tuhan terikat dalam hubungan saudara di dalam ketebusan oleh darah Kristus.

“Saudara yang kekasih” mengandung kasih Agape – kasih Kristus bagi gereja-Nya dibuktikan dengan pengurbanan-Nya mati disalib. Adapun sifat dari kasih itu: sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak me-nyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu dan sabar menanggung segala sesuatu (1 Kor. 13:4-7).

Selain sebagai “saudara yang kekasih”, Tikhikus juga “pelayan yang setia” di dalam Tuhan. Pelayan Tuhan atau biasa disebut imam merupakan kehidupan yang sudah ditebus dan dipilih oleh-Nya, dipanggil ke luar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib dan menjadi umat kepunyaan-Nya untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari-Nya (1 Ptr. 2:9).

Menurut KBBI kata “setia” berarti: berpegang teguh pada janji, patuh, taat; tetap dan teguh hati dalam persahabatan; berpegang teguh dalam pendirian atau janji. Contoh pelayan yang setia sampai mati ialah Pribadi Yesus sendiri (Flp. 2:8).

Tugas apa yang diberikan Rasul Paulus kepada Tikhikus? Menghibur jemaat Efesus yang saat itu menghadapi banyak kesusahan dan pergumulan (Ef. 6:22). Demikian pula dengan kita sebagai anggota jemaat dan anggota tubuh Kristus harus saling memerhatikan satu sama lain. Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita (1 Kor. 12: 26).

Aplikasi: tugas pemerhati dalam jemaat Tuhan adalah memerhatikan setiap jemaat yang sudah lama tidak beribadah, mungkin mereka dalam keadaan sakit atau meng-hadapi berbagai macam persoalan dll. Jangan lupa, cepat atau lambat kita pasti menghadapi persoalan sehingga perlu dukungan dari anggota tubuh Kristus yang lain. Rasul Paulus menasihatkan dalam Surat 1 Tesalonika 4:18, “Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan perkataan ini.”

Jangan kita bersikap seperti istri Ayub yang tidak menjadi penolong saat suami menghadapi ujian tetapi malah menyuruh mengutuki Allah dan mengharapkan Ayub mati (Ay. 2:9). Jujur, bukankah kita sering bertindak sebagai hakim dan menyalahkan saudara kita saat dia dalam pergumulan atau persoalan bukan menghiburnya?

Apa isi salam Rasul Paulus yang disampaikan oleh Tikhikus? Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus (Ef. 6:23).

Damai sejahtera atau shalom mempunyai arti: tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram dan tenang. Damai Sejahtera dibutuhkan oleh setiap orang namun tidak semua orang mengalaminya.

Bagaimana kita beroleh damai? “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.” (Yes 48:18) diteguhkan oleh Yesus yang mengatakan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27)

Tikhikus membawa salam damai sejahtera dari Allah Tritunggal yang sangat dibu-tuhkan oleh manusia. Dia juga menyampaikan kasih karunia menyertai mereka yang mengasihi Tuhan Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa (Ef. 6:24).

Kasih karunia atau anugerah (= grace) adalah pemberian cuma-cuma dari Allah bukan hasil usaha dan pekerjaan manusia sedikit pun. Oleh kasih karunia-Nya kita diselamatkan oleh iman (Ef. 2:8-9) dan keselamatan itu sudah nyata (Tit. 2:11) bahkan kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, Yesus Kristus menyertai kita dalam kebenaran dan kasih (2 Yoh. 1:3).

Jelas sekarang bahwa di dalam persekutuan anggota tubuh Kristus, kita harus menjadi pelayan setia penuh kasih untuk siap berkurban dengan memerhatikan serta menghibur mereka yang membutuhkan. Selain itu kita juga memberitakan salam damai sejahtera dan kasih karunia Allah yang diberikan kepada siapa pun yang mengasihi Dia. Amin.