Hendaknya Kita Senantiasa Siap Sedia Untuk Berperang

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Lemah Putro, 25 November 2018

Shalom,

Sungguhkah mata kita tertuju kepada Tuhan untuk membesarkan dan memuliakan Kerajaan-Nya sementara kita masih hidup dalam ‘kerajaan’ dunia ini? Bukankah dalam doa kita selalu mengundang agar Kerajaan Surga datang dalam kehidupan nikah dan rumah tangga kita (Mat. 6:10)? Bahkan Rasul Paulus melalui Surat Efesus 6:10-17 mengingatkan agar kita siap sedia berperang dengan mengenakan kelengkapan senjata Allah.

Terdengar aneh, kita harus senantiasa dalam kondisi siaga menghadapi peperangan. Apa hubungannya antara Kerajaan Surga dengan peperangan? Mengapa dan untuk apa harus berperang? Umumnya peperangan bertujuan untuk kemenangan dan pihak yang menang akan berkuasa menjajah pihak yang kalah. Akankah kita mudah menyerah tanpa mengadakan perlawanan? Namun bagaimana kita mampu menang bila kita tidak menggunakan perleng-kapan senjata? Apa yang harus dipertahankan bila kita melawan? Kalau kita memperjuangkan negara, kita akan mempertahankan tanah air; kalau manusia, kita menjaga nikah dan keluarga kita.

Siapa musuh-musuh kita? Kita tidak menghadapi darah dan daging (manusia secara fisik) tetapi pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12). Mengapa Rasul Paulus mengakhiri Surat Efesus dengan peperangan setelah kita ditebus oleh-Nya (Ef. 1:14), dijadikan orang-orang kudus dan anggota keluarga Allah (Ef. 2:19), dijadikan ahli waris-Nya dalam Kristus Yesus (Ef. 3:6); didewasakan sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef. 4:13); hidup dalam terang (Ef. 5) lalu berakhir diperlengkapi dengan senjata Allah (Ef. 6:10-17)? Bukankah kita ingin perdamaian dan kemerdekaan? Sesungguhnya kita menghadapi musuh tangguh yang tidak kelihatan tetapi pengaruhnya sangat kuat. Peperangan ini terus berlangsung hingga Tuhan datang dan mengakhirinya dengan jatuhnya Babel serta munculnya kerajaan seribu tahun (Why. 19 – 20).

Iblis sejak semula sudah menggunakan taktik paling licik dan jitu untuk membuat suami-istri, keturunan dan usaha mereka morat marit (Kej. 3). Juga malaikat-malaikat yang jatuh menjadi pengikut Iblis memengaruhi pemerintah-pemerintah dunia untuk menyembah Iblis. Contoh: Raja Nebukadnezar membuat patung emas untuk disembah oleh seluruh rakyat termasuk orang-orang penting dalam pemerintahannya. Siapa tidak sujud menyembah patung emas itu akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala (Dan. 3).

Pertanyaan: beranikah kita bertindak seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang menentang perintah Raja Nebukadnesar dengan konsekuensi dibakar hangus dalam perapian?

Dalam Kitab Bilangan, Allah memerintahkan seluruh orang laki-laki (20 tahun ke atas) dari 12 suku untuk siap berperang (Bil. 1:45) melindungi istri, anak, keluarga dan harta bendanya. Ingat, kemenangan berbuahkan kesatuan dan keutuhan. Sebaliknya, kekalahan hanya meng-hasilkan kerenggangan dan perpisahan.

Kitab Perjanjian Lama khususnya Kitab Nehemia mengisahkan peperangan fisik yang dihadapi oleh orang-orang Israel di bawah pimpinan Nehemia. Perjanjian Baru melukiskan aplikasinya dalam bentuk peperangan rohani yang kita hadapi sekarang. Bagaimana kondisi Nehemia dan apa yang dihadapinya?

  • Nehemia dalam kondisi nyaman dan mempunyai jabatan serta fasilitas enak di puri Susan. Namun saat mendengar keadaan mengenaskan dari orang-orang Yahudi yang terhindar dari tawanan dan berada di Yerusalem, dia menangis, meminta pengampunan kepada Allah atas ketidaksetiaan mereka (Neh. 1).

Introspeksi: sudahkah kita peduli dengan kelompok (kecil) di sekitar kita? Bagaimana mungkin kita dapat bersatu bila kita cuek terhadap mereka dan sibuk dengan urusan diri sendiri? Kita dipakai untuk menjaga agar kehidupan nikah dan keluarga kita tetap utuh. Nehemia berada di tempat jauh tetapi dia memerhatikan kondisi bangsa Israel yang terbuang.

Apakah Nehemia cukup hanya menangisi bangsanya dan berdoa tanpa ada follow up-nya?

Sejak awal Iblis ingin agar anak-anak Tuhan tercela selamanya. Waktu Adam-Hawa telanjang, mereka tidak malu karena dilindungi oleh kemuliaan Allah tetapi begitu dosa masuk mereka malu dan menutupi diri (Kej. 3:7,10). Iblis tahu dia “menang selangkah” dan terus berusaha menggoda manusia; sampai hari ini Iblis berupaya menghancurkan nikah dan usaha pekerjaan kita. Apakah cukup kita menangis dan berdoa? Bukankah kita adalah anggota-anggota dalam satu tubuh Kristus? Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita (1 Kor. 12:26) tetapi faktanya kita tidak peduli orang lain sakit atau mengalami problem nikah.

  • Nehemia menunjukkan muka muram (yang tidak pernah dilakukan sebelumnya) di depan Raja Artahsasta. Raja mengetahui sesuatu terjadi pada Nehemia dan menanyakan duduk persoalannya. Nehemia menjelaskan kondisi Yerusalem yang mana temboknya terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar membuat orang-orang Israel dalam kesukaran besar dan tercela. Mendengar masalah yang dihadapi kaumnya, raja mengizinkan dia pergi ke Yerusalem bahkan memberi surat referensi kepada bupati-bupati di daerah dan surat bagi Asaf untuk memperbolehkan Nehemia memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci (Neh. 2).

Peperangan bukan dilakukan oleh anak-anak kecil atau orang tua. Pemerintah saat ini mendorong anak-anak muda/milenial untuk maju dan mandiri tetapi Iblis malah meng-hancurkan mereka. Tanpa sadar, anak-anak remaja-muda dikuasai Iblis untuk melakukan kejahatan bahkan pembunuhan sadis hanya masalah sepele: tersinggung dan sakit hati karena ledekan.

Nehemia mempunyai niat membangun tembok yang hancur tanpa melupakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan. Jelas, kita boleh aktif dalam kegiatan pelayanan rohani tetapi jangan mengabaikan tanggung jawab pekerjaan sehari-hari agar kesatuan/keutuhan hidup nikah dan keluarga tetap terjaga.

Ketika Nehemia tiba di Yerusalem, hatinya makin remuk menyaksikan kondisi Yerusalem yang sesungguhnya. Segera dikumpulkannya orang-orang Yahudi dan mereka menyambut rencana Nehemia untuk membangun kembali tembok Yerusalem agar mereka tidak tercela lagi (Neh. 2:17-18).

Apa reaksi kita melihat kehancuran orang-orang Kristen karena terilbat dalam korupsi dan perselingkuhan hingga hidup nikah dan keluarga mereka hancur berantakan membuat cela bagi anggota-anggota tubuh Kristus lainnya yang sungguh-sungguh takut dan taat kepada-Nya? Jangan kita mudah menghakimi mereka sebab tanpa sadar kita memojokkan ‘anggota tubuh’ kita yang sakit. Sebaliknya, kita harus menguatkan mereka dan mengarahkan ke jalan yang benar sebab hanya orang sakit memerlukan dokter (Mat. 9:12). Carilah keluarga dan teman-teman yang sakit rohani: suami menangis sebab istri tidak lagi peduli dengan keluarga, istri menangisi suami yang terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga melupakan ibadah, anak memberontak kepada orang tua dll.

Seharusnya, jika pintu gerbang ditutup pada hari Sabat, mereka dapat beribadah dengan tenang tetapi kalau pintu terbongkar/terbuka, pedagang-pedagang dapat keluar masuk se-enaknya sehingga dapat mengganggu orang Israel beribadah; akibatnya mereka melanggar Taurat.

Bagi kita sekarang, Yesus adalah pintu keselamatan (Yoh. 10:9). Bagaimana mungkin kita dapat beribadah dengan tenang tanpa Yesus?

  • Nehemia makin gencar menghadapi tantangan. Sanbalat orang Horon dan Tobia orang Amon sangat kesal melihat ada orang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel (Neh. 2:10). Namun Allah memberikan hikmat kepada Nehemia untuk menggerakkan orang Israel dan mereka siap memperbaiki tembok serta pintu gerbang yang rusak.

Terbukti tidak semua orang senang melihat terbentuknya kesatuan dan kesejahteraan anak-anak Tuhan terutama Iblis.

  • Nehemia mendapat teror dari Sanbalat dan Tobia yang marah dan sakit hati melihat kemajuan pembangunan tembok yang tertutup lubangnya dan dikerjakan orang-orang Israel dengan segenap hati (Neh. 4:7-8). Mereka berusaha membuat kekacauan agar orang Israel tetap tercela.

Iblis makin gencar ‘menyerang’ kita yang serius membangun tubuh Kristus demi kesatuan anggota-anggota-Nya.

  • Nehemia menghadapi kemerosotan semangat dari orang-orang Israel karena kekuatan/tenaga mereka sudah habis sementara puing-puing masih banyak. Mereka merasa tidak lagi sanggup menyelesaikan pembangunan tembok (Neh. 4:10) namun Nehemia tidak mudah terpancing dengan kondisi semacam itu. Dia membekali rakyat Israel dengan pedang, tombak dan panah di belakang tembok di tempat-tempat terbuka (ay. 13). Dia juga memberi semangat kepada para pemuka dan penguasa dan yang lainnya untuk tidak takut terhadap musuh. Mereka harus ingat Tuhan yang mahabesar dan dahsyat; mereka harus berperang demi istri, anak dan saudara-saudara mereka (ay. 14).

Aplikasi: jika Nehemia dan orang-orang Israel menghadapi musuh secara fisik, kita sekarang menghadapi teror dan intimidasi dari Iblis dan antek-anteknya yang membuat kita ‘lemah iman’ bahkan kalau memungkinkan runtuh tak terpulihkan. Oleh sebab itu kita harus siap mengenakan perlengkapan senjata Allah untuk mengalahkan Iblis yang berusaha meme-ngaruhi pikiran dan perasaan kita untuk melawan Tuhan. Kita harus jeli dalam hal ini, Ingat, semakin kita menyatu, semakin Iblis akan keok. Lawanlah dia maka dia akan lari dari kita (Yak. 4:7)!

  • Nehemia tidak mudah terpengaruh oleh siapa pun. Ketika Sanbalat, Tobia dan kroni-kroninya tidak dapat menjatuhkan Nehemia, mereka menyuap nabiah Noaja dan nabi-nabi lain untuk bertemu di Bait Suci tetapi Nehemia yang penuh dengan doa, janji dan hadirat Allah tidak takut mati (Neh. 6:10-14). Bukankah Rasul Paulus tetap berpendirian teguh dan tidak dapat dicegah untuk tidak pergi ke Yerusalem meskipun dia tahu penjara dan seng-sara menantinya di sana (Kis. 20:20-23)?

Rintangan demi rintangan akan bermunculan tetapi kesatuan kita harus makin teguh.

  • Akhirnya Nehemia dapat menyelesaikan pembangunan tembok selama 52 hari (Neh. 6:15). Mendengar hal ini semua musuh takut dan kehilangan muka. Mereka sadar bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah (ay. 16). Nehemia bekerja sama dengan laki-laki yang bertanggung jawab terhadap keluarga sehingga mereka terhindar dari pen-jualan menjadi budak apabila tembok runtuh lagi.

Berapa banyak anak muda menjual kehormatannya demi perut bukan harga diri? Kita harus dapat membuktikan kejujuran kita di tengah-tengah orang-orang tidak percaya dan jangan menggunakan ‘sembarang senjata’ untuk melawan Iblis. Kita harus belajar dari orang-orang Israel yang dilatih untuk siap berperang kapan pun bila terjadi pergolakan. Namun kita bukan menggunakan ‘senjata fisik’ tetapi perlengkapan senjata Allah untuk mengalahkan si jahat.

Marilah kita senantiasa siap sedia untuk berperang kapan pun karena musuh-musuh kita selalu mengincar dan siap menyerang kita. Hendaknya kita peduli pula terhadap keluarga dan teman-teman yang masih ditindas oleh Iblis dan roh-roh jahat lainnya. Dengan pertolongan Tuhan kita akan mampu mengalahkan Iblis karena Tuhan kita mahadahsyat melebihi siapa pun. Amin.