Kedewasaan Di Dalam Penggembalaan

Minggu, Lemah Putro, 27 Agustus , 2017

Pdt. Timbul Silalahi

Shalom,

Bila kita mengaku memiliki Firman Tuhan yang dahsyat, sudahkah kita berbuat sesuatu bagi bangsa kita, Indonesia, yang telah merdeka selama 72 tahun? Jika belum, Tuhan masih memberikan kita waktu untuk mengerjakannya terutama bagi generasi muda, berkaryalah dengan baik dalam jajaran pemerintahan sesuai dengan keahlian, kepandaian dan ketrampilan kalian agar mereka yang belum/tidak mengenal Tuhan menyaksikan Kristus ada dalam kehidupan kalian dan Nama Tuhan dipermuliakan.

Apa nasihat Firman Tuhan berkaitan dengan kedewasaan rohani di dalam penggembalaan? Yakobus 2:14, 17, 21-26 menuliskan, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?... Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan maka iman itu pada hakekatnya adalah mati… Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah." Jadi kamu lihat bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”

Kepada siapa surat ini ditujukan dan mengapa surat ini dikirim? Surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi yang hidup di perantauan agar tetap melaksanakan ibadah mereka. Kristen yang berlatar belakang Yahudi pada abad pertama melaksanakan ibadah mereka di dalam sinagoge dan beribadah bersama dengan orang Yahudi pada umumnya karena pada waktu itu belum ada tempat ibadah lain dan mereka tidak membentuk perhimpunan atau organisasi berbeda sehingga mereka beribadah di antara orang-orang yang ber-beda pemahaman iman. Dapat dibayangkan persoalan-persoalan dan ujian serta pencobaan yang banyak mereka alami dan berlangsung terus menerus juga aniaya yang menyerang silih berganti, kepada orang-orang seperti inilah surat Yakobus dialamatkan. Proses orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen terjadi melalui kunjungan mereka ke Yerusalem saat hari raya Pentakosta dilanjutkan dengan pelayanan para saksi Kristus yang tersebar oleh karena penganiayaan yang terjadi di Yerusalem era Stefanus. Dasar kerohanian mereka masih sangat muda, mereka hanya memiliki pema-haman sedikit dan sederhana tentang kekristenan. Kepada orang-orang itulah surat Yakobus dikirimkan untuk memperkuat dan mendorong serta menghibur agar mereka semua tetap tergembala dengan baik.    

Demikian pula dengan kita saat ini perlu tetap digembalakan dengan baik, jangan mudah berpindah penggembalaan/pelayanan/gereja dengan pelbagai alasan antara lain: tidak cocok dengan organisasi gereja, daripada tersinggung atau tersandung dengan sesama jemaat atau hamba Tuhan dlsb. Sesungguhnya sikap semacam ini menunjukkan kehidupan rohani (iman) yang masih kanak-kanak. Perlu kita pahami dengan baik, di mana pun kita tergem-bala/melayani/bergereja selalu ada saja ‘keributan’ (perbedaan pendapat) di sana, semua tergantung bagaimana kita menanggapinya. Jangan cepat merespons negatif karena ‘gejolak’ yang terjadi dalam penggembalaan membuktikan adanya proses-proses pende-wasaan dan penyempurnaan sehingga perlu dijawab dengan solusi yang benar yakni melakukan kebenaran Firman Tuhan.

Bila kita mengamati Injil Markus, kita menemukan kemiripan dengan surat Yakobus yang mana Markus mengisahkan Yesus sebagai Hamba atau dengan kata lain YESUS adalah TUHAN yang menyatakan diri melalui perbuatan-perbuatan yang dilakukan-Nya. Semua per-buatan besar maupun kecil yang dilakukan oleh Yesus bertujuan untuk menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan. Ia menyembuhkan mertua Petrus yang sakit demam (Mrk. 1:30-31), menyembuhkan orang sakit kusta (ay. 40-42), sakit lumpuh (Mrk. 2:3-5), mengusir roh jahat (Mrk. 5:8) dst. Namun respons manusia beda dengan visi Yesus, mereka datang berbondong-bondong hanya ingin mendapatkan mukjizat agar kebutuhannya dipenuhi, padahal semua perbuatan yang dilakukan Yesus adalah untuk menyatakan bahwa DIA TUHAN dan MESIAS.

Demikianlah Surat Yakobus dikirimkan supaya orang lain dapat mengetahui bahwa kita memiliki iman yang direfleksikan melalui perbuatan-perbuatan untuk mencapai kemajuan Injil. Rasul Paulus mengatakan hal tersebut dalam suratnya ke Filipi (Flp. 1:12). Kita pun saat ini harus menganut pandangan ajaran seperti yang disuratkan oleh Yakobus dalam kondisi dan situasi apa pun – saat diskusi panas dan tegang, saat diberkati maupun dalam penderitaan – Injil tetap tampil dan maju sehingga orang melihat kita beriman atau tidak melalui apa yang kita perbuat dan lakukan.

Bagaimana kita bertumbuh dewasa menurut Surat Yakobus?

  • Merespons pencobaan tidak dengan sungutan/omelan tetapi menganggapnya suatu kebahagiaan karena pencobaan menghasilkan ketekunan serta bertujuan untuk men-dewasakan/menumbuhkan iman kita → Yakobus 1 (Yak. 1:2-3).

Perlu diketahui, pencobaan berasal dari Iblis, dari diri sendiri bukan dari Allah. Itu sebabnya jangan menyalahkan Allah dan Firman-Nya. Banyak sekali terjadi pribadi kita yang salah/diri sendiri yang tidak beres lalu Firman Tuhan disalahkan (‘tidak ada urapan’). Kita harus tahu Firman Tuhan sudah diurapi sejak dari kekekalan (Yoh 1:1-3).

Hendaknya kita belajar merespons pencobaan yang menyinggung perasaan, pikiran, kemauan bahkan fisik kita bukan sebagai ‘kutukan’ tetapi sebagai berkat sehingga kita dapat mengucap syukur kepada Tuhan. Menganggap pencobaan sebagai suatu keba-hagiaan membuat rohani kita makin bertumbuh melalui pencobaan-pencobaan tersebut sehingga iman kita mencapai kesempurnaan tanpa kekurangan suatu apa pun (Yak. 1:4). Memang kita harus mengakui, tidaklah mudah untuk menerima segala bentuk pencobaan tanpa pertolongan Tuhan dan menaati Firman-Nya.

  • Berbuat baik terhadap semua orang tanpa melihat latar belakang→ (Yakobus 2) Tuhan mengasihi manusia tanpa membeda-bedakannya tetapi mengapa kita justru melihat orang lain kemudian cepat memberi penilaian yang berbeda dengan Tuhan. Bila ada yang salah, jangan langsung menghakimi. Bukankah mereka yang ada di dalam Kristus ciptaan baru? Yesus telah mati berkurban bagi semua manusia sehingga kita yang percaya kepada-Nya menjadi ciptaan baru dengan pandangan baru dalam menilai semua orang (2 Kor. 5:12-17). Selama (hati) kita masih membeda-bedakan manusia, kita tidak dapat memberitakan Injil kepadanya. Apakah karena ada ketidakcocokan dengan jemaat di tempat kita digembalakan kemudian kita pindah gereja? Bila hal ini kita lakukan, iman kita masih kanak-kanak/terlalu kanak-kanak rohani kita! Ilustrasi: kalau terjadi perbeda-an di Indonesia, apakah kita yang berkewarganegaraan Indonesia cepat-cepat pindah ke Amerika? Atau kalau ada sedikit masalah dalam hubungan nikah/suami-istri, apakah suami/istri harus bertindak mencari pasangan baru? Marilah kita bertindak dewasa dalam membenahi masalah internal dengan mengizinkan otoritas Tuhan dan Firman-Nya berdaulat.

Lebih lanjut Surat Yakobus menegaskan bahwa perkataan dahsyat dan slogan hebat tidak dapat menolong orang lain sedikit pun jika tidak dibuktikan dalam praktik/perbuatan (Yak. 2:14-17). Itu sebabnya dalam situasi apa pun (berulang tahun, menikah, sakit, kecelakaan, meninggal) teroponglah dengan Firman Tuhan agar kita tidak salah menganalisa dan mengambil kesimpulan maupun mengalkulasi akibat tidak melihat dari perspektif/sudut pandang Allah tetapi berdasarkan budaya dan tradisi kita. Kekristenan menjadi paling menyedihkan dan merupakan kegagalan bila keselamatan yang dianugerahkan Allah melalui Kristus berhenti hanya sampai pada perkataan tanpa pernah diwujudkan dalam perbuatan. Contoh: orang Samaria yang murah hati (dipan-dang rendah oleh orang-orang Yahudi) telah membuktikan mengasihi sesama dan mela-kukan hukum Taurat ketimbang seorang imam dan orang Lewi yang beribadah sebatas ritualitas tanpa ada tindakan apa pun (Luk. 1:25-37). Iman yang benar teraktualisasi dalam perbuatan – kita tidak perlu banyak berkata tetapi mari kita buktikan melalui perbuatan-perbuatan. Alkitab menolak iman sebatas pengetahuan karena iman tanpa perubahan dalam tindakan nyata hanyalah sebatas pengakuan, hal ini sama dengan pengetahuan setan yang tahu siapa Yesus tetapi tidak pernah berubah (Yak. 2:19).

Parameter iman adalah perbuatan tanpa motivasi untuk menyenangkan manusia. Perbuatan-perbuatan Abraham sepertinya tidak memiliki kasih karena ‘tega’ mau mem-bunuh Ishak untuk dipersembahkan kepada Allah (Yak. 2:21) juga perbuatan Rahab sepertinya dia menghianati raja dan negaranya dengan menyembunyikan dua pengintai (ay. 25) demi melaksanakan perintah Firman Allah.

Tubuh tanpa roh adalah mati karena roh yang menciptakan pergerakan. Kalau roh kita berapi-api, walaupun tubuh lemah, kita tetap bersemangat melayani Tuhan. Sebaliknya, jika roh kita telah mati, rohani kita tidak berkobar-kobar, hubungan kita sudah terputus dengan Tuhan maka tubuh kita pun akan hilang semangat dan sukacita.

  • Dapat mengontrol perkataan→ Yakobus 3

Satu kata yang tidak pada tempatnya (tidak relevan) dapat ‘membakar hutan’ (Yak. 3:1-12), apabila emosi membara, dari dalam hati akan keluar perkataan bagaikan api yang cepat menyebar menyulut emosi orang lain sehingga terjadi kekacauan yang tidak teratasi.

  • Hidup saleh dalam segala hal sehingga terhindar dari pertengkaran → Yakobus 4

Kita harus berani tampil beda dan berubah di tengah hiruk pikuk keagamaan (mampu menghindari pertengkaran, perselisihan). Kita telah dibekali dengan Firman Tuhan tetapi kita sering kali takut berubah dan tidak berani tampil beda ketika berada di tengah orang-orang yang belum/tidak mengenal Tuhan karena takut dicemooh/dikecilkan/diremehkan. Hendaknya kita merefleksikan iman dalam perbuatan terhadap siapa pun. Yesus telah memberikan teladan sempurna, Ia dapat bekerja sama dengan Yudas Iskariot walaupun Ia tahu murid ini mau mengkhianati-Nya.

Untuk berani tampil beda, kita tidak boleh sekadar berteori tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan. Ilustrasi: siswa yang baru lulus S1 hanya pandai berteori tetapi belum membuktikan perbuatan karena ilmu yang diperolehnya belum dipraktikkan. Setelah terjun dalam dunia pekerjaan, baru kelihatan apakah dia seorang sarjana karena ada yang dihasilkan. Demikian pula dengan kita yang mengaku sebagai Mempelai Perempuan Tuhan, mari kita buktikan iman kita dan kesucian kita melalui perbuatan-perbuatan sebagai fakta kesaksian hidup yang dapat dilihat oleh orang-orang di sekitar kita (Mat. 5:16).

  • Bersabar karena kedatangan Tuhan sudah dekat

Sejak kita dipanggil Tuhan, kita menjadi milik kesayangan-Nya. Hendaknya kita bersabar melakukan Firman Tuhan, tekun sampai Ia datang kembali dan mampu memenangkan jiwa untuk hidup kekal sesuai amanat agung Tuhan (Mat. 28:19-20). Dengan demikian, seluruh manusia menjadi Tubuh Kristus, semua lidah mengaku dan lutut bertelut bahwa Kristus adalah Tuhan.

Marilah kita melihat keselamatan dengan bertitik tolak dari seluruh Alkitab (Kej – Why); dengan demikian kita melihat Firman secara utuh dan menjadi jemaat yang diberkati oleh-Nya. Jadilah umat Tuhan yang eksis di tengah kondisi apa pun sampai Tuhan datang kedua kali. Untuk itu Allah memberikan iman agar rencana penyelamatan dan pengudusan tergenapi dalam diri orang beriman. Abraham mempersembahkan Ishak bukan untuk dilihat orang tetapi melakukan Firman Tuhan supaya rencana Allah digenapi dan dia makin indah di mata Tuhan. Apa pun yang kita perbuat bertujuan agar Injil keselamatan terus dikumandangkan dan kedatangan Tuhan Yesus dipercepat.

Bersyukurlah bila kita masih diberi kesempatan dan kepercayaan oleh Tuhan mengadakan banyak kegiatan termasuk KKR bulan depan. Kita bukan orang baik tetapi menerima banyak kebaikan dari-Nya. Untuk itu pelayanan apa pun yang kita lakukan harus mengarah pada pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Bila berhasil, kita tidak perlu sombong melainkan bersyukur kepada Kristus yang terus mendorong kita untuk melakukan kebaikan sehingga Nama-Nya makin dipermuliakan. Amin.