Tuhan Menetapkan Langkah-Langkah Orang Yang Hidupnya Berkenan Kepada-Nya (Mzm. 37:23-25)

 

Minggu, Johor, 2 Juli, 2017

Pdm. Markus Budi Rahardjo

 

 

Shalom,

Setiap manusia pasti mempunyai cita-cita dan perencanaan dalam hidupnya untuk meraih kebahagiaan dimulai sejak kecil sampai dewasa bahkan di usia lanjut pun mereka masih sibuk memikirkan apa yang dapat ditinggalkan kepada anak anaknya bila mereka meninggal. Tentu tidaklah salah bagi yang masih muda berencana meraih cita-cita setinggi-tingginya melalui pendidikan yang ditempuh mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dilanjutkan dengan bekerja atau berbisnis hingga masuk jenjang pernikahan dan berumah tangga. Harus diakui ada yang berhasil mencapai cita-citanya namun tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan dan bekerja di luar bidangnya. Umumnya orang tua yang berhasil dalam bisnis meng-inginkan anak-anaknya mengikuti jejak mereka agar memperoleh keberhasilan seperti yang mereka alami namun manusia lupa bahwa mereka boleh berencana tetapi Tuhanlah yang menentukan segalanya (Yes. 55:8-9).

Sebenarnya kehidupan anak Tuhan memiliki konsep beda dalam mencapai keberhasilan dibandingkan dengan kehidupan yang tidak/belum mengenal Kristus sebab Firman Tuhan mengajarkan, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan ke-benarannya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33) Dengan kata lain, keberhasilan merupakan dampaknya apabila kita mengutamakan yang rohani sebab Tuhan mempunyai rancangan damai sejahtera dan hari depan penuh harapan bagi setiap kehidupan anak-Nya (Yer. 29:11).

 

Kita mempelajari lebih lanjut apa yang tertulis dalam Mazmur 37:23-25, antara lain:

1. Tuhan menetapkan langkah-langkah orang (ay. 23a).

Banyak kehidupan diberkati dengan keberhasilan oleh sebab Tuhan turut campur dan berdaulat menuntun langkah-langkah hidupnya seperti dialami oleh Nuh, Abraham, Yusuf dll.

Abram berumur 75 tahun ketika dipanggil Tuhan keluar dari negerinya (Haran), sanak saudaranya dan dari rumah bapanya menuju negeri yang akan ditunjukkan kepadanya (Kej. 12:1-3). Oleh karena ketaatan dan imannya kepada Tuhan, Abram melakukan perintah-Nya sehingga dia sangat diberkati dan menjadi berkat bagi orang lain di mana pun dia berada (Kej. 13:14-15).

Peringatan, bila kita bertindak menurut kemauan dan pandangan mata sendiri dan menetapkan langkah-langkah hidup tanpa bertanya kepada Tuhan, kita akan mengalami kegagalan total seperti telah dialami oleh Lot, keponakan Abraham. Sesungguhnya pengikutan anak-anak Tuhan harus dimeteraikan dengan salib seperti Yesus sendiri menegaskan, Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk. 9:23) Artinya, kita harus berani menyangkal diri dengan tidak menuruti kehendak diri sendiri tetapi menuruti kehendak-Nya.

2. Orang yang hidup berkenan kepada-Nya (ay. 23b).

Arti kata ‘berkenan’ menurut KBBI ialah: (1) merasa senang (suka, sudi, setuju) seperti: kami mohon Bapak berkenan memimpin sidang pada pertemuan kita nanti; (2) dengan segala senang hati (dipakai sebagai kata penghormatan kepada orang besar).

Bila kita dapat menyenangkan/menyukakan hati Tuhan, Ia akan menetapkan langkah-langkah hidup kita menuju keberhasilan. Perhatikan, kehidupan yang berkenan di hadapan-Nya pasti dikasihi-Nya; demikian pula sebaliknya, orang yang dikasihi Tuhan pasti hidup berkenan bagi-Nya. Contoh: begitu Yesus keluar dari air setelah dibaptis terdengarlah suara dari Surga yang mengatakan, “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan. (Mat. 3:16-17) Nuh juga hidup berkenan di hadapan Allah (hidup benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya, dia hidup bergaul dengan-Nya) sehingga dia mendapat kasih karunia di mata Allah (Kej. 6:8-9).

3. Apabila dia (orang yang berkenan) jatuh, tidaklah ia sampai tergeletak (ay.
24a).

Seseorang dapat saja jatuh sebab tersandung, terpeleset atau menabrak sesuatu karena tidak hati-hati atau tidak berjaga-jaga seperti dialami oleh Eutikhus yang duduk di jendela dan tertidur lelap karena mengantuk mendengar khotbah panjang dari Rasul Paulus lalu terjatuh dari tingkat tiga ke bawah dan mati (Kis. 20:9).

Kita pasti pernah jatuh entah di jalan, di rumah, di kantor dll.; jatuh (secara fisik) saat berjalan atau berkendaraan dapat berakibat fatal namun kejatuhan rohani berakibat lebih mengerikan. Contoh: orang yang jatuh dalam dosa pencurian, perzinaan, pembunuhan, penyembahan berhala dsb. berakibat kematian kekal (Rm. 6:23).

Hanya Tuhan yang sanggup menolong kita bangkit dari segala kejatuhan dan kegagalan kita dalam studi, usaha, pekerjaan, hidup nikah dan rumah tangga. Sesungguhnya Tuhan mengizinkan pengalaman kejatuhan dan kegagalan terjadi demi kebaikan kita namun bagi orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya tidak akan dibiarkan jatuh tergeletak sebab Ia sanggup mengangkat kita dengan tangan-Nya yang kuat. Bagaimanapun juga, Ibrani 12:12 mengingatkan, “Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah dan luruskanlah jalan bagi kakimu sehingga yang pincang jangan terpelecok tetapi menjadi sembuh.”

4. Orang benar tidak pernah ditinggalkan-Nya atau anak cucunya meminta-minta roti (ay. 25).

Pengalaman pemazmur juga berlaku bagi kehidupan yang berkenan kepada Tuhan dan janji pemeliharaan-Nya tetap berlaku dahulu, sekarang dan selama-nya. Contoh: Raja Daud mengakui pemeliharaan Allah sebagai Gembala yang baik dan menulisnya dalam Mazmur 23:1-3.

Aplikasi: bila kita memberikan diri untuk setia digembalakan, janji pemeliharaan dan perlindungan Tuhan pasti akan kita alami sampai kapan pun seperti tertulis dalam Yesaya 46:4, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”

Hendaknya langkah-langkah hidup kita diperkenan Allah dengan melakukan yang baik, menjauhi yang jahat serta senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap peren-canaan hidup dan cita-cita yang akan kita lakukan. Selain itu kita juga memper-cayakan diri dalam pemeliharaan Tuhan dan setia hidup digembalakan maka hidup kita akan berhasil bersama-Nya. Amin.