Dosa Menggerogoti Dan Merusak Kesatuan Tubuh Kristus

Pdm. Budi Avianto, Minggu, Lemah Putro, 23 September 2018

Shalom,

Sudahkah kita bebas merdeka tidak dipenjara baik fisik maupun batin kita? Kita tahu Rasul Paulus secara fisik dipenjara tetapi hatinya tidak terbelenggu dan masih dapat menulis surat kepada jemaat Efesus. Berbeda dengan bangsa Israel yang secara fisik sudah dibebaskan dari perbudakan bangsa Mesir selama 400 tahun melalui penyem-belihan domba Paskah tetapi hati mereka ternyata masih terikat/terbelenggu dengan (sifat-sifat) Mesir. Buktinya, ketika menghadapi persoalan makanan, mereka langsung membanding-bandingkan dengan makanan di Mesir (Kel. 16:3) bahkan mereka kera-sukan roh rakus dan muak dengan Manna (Bil. 11:5-6); Harun dan Miryam iri hati kemudian memberontak kepada Musa sehingga keberangkatan bangsa Israel tertunda (Bil. 12); 10 dari 12 pengintai tidak memberikan laporan tepat tetapi dilebih-lebihkan berakibat bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun (Bil. 13); pemberontakan oleh pemimpin umat karena haus kekuasaan (Korah, Datan, Abiram) kepada Musa (Bil. 16); perzinaan dengan perempuan-perempuan Moab dan penyem-bahan terhadap Baal-Peor (Bil. 25) dst. Akibat ketidaktaatan dan ketidakpercayaan bangsa Israel, mereka yang keluar dari Mesir tidak masuk Kanaan kecuali Kaleb dan Yosua beserta generasi baru yang lahir di padang gurun (Bil. 14:29-32).

Apa nasihat Rasul Paulus terhadap jemaat Efesus (juga kita)? Efesus 4:1 menuliskan, “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”

Kita sudah dipanggil dan dipilih sejak dunia belum dijadikan supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya (Ef. 1:4). Untuk itu kita harus hidup berpadanan dengan panggilan. Pertanyaan, apakah hati sudah berpadanan dengan fisik kita yang telah dimerdekakan oleh penyembelihan Anak Domba Paskah yaitu Kristus (1 Kor. 5: 7b)?

Siapa yang mampu memerdekakan kita dari ikatan/belenggu dosa?

  • Roh Allah (2 Kor. 3:17). Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

Kita dimeteraikan oleh Roh Kudus saat kita percaya akan Firman kebenaran yaitu Injil keselamatan (Ef. 1:13).

  • Anak – Sang Firman – (Yoh. 8:34-36).

Kita dahulu hamba dosa sebab melanggar hukum Firman Tuhan (1 Yoh. 3:4) dan hamba dosa tidak tinggal tetap di dalam (rumah) Kerajaan Allah. Namun kita dimerdekakan oleh Anak – Yesus – itulah Roti hidup yang turun dari Surga (Yoh. 6:48,50).

Jika kita rela membuka hati menerima teguran Firman Tuhan yang keras, kita akan dibebaskan dari kutuk dosa.

  • Darah Anak Domba (Kristus) yang tercurah di atas kayu salib menebus dan membebaskan kita dari dosa (Ef. 1:7).

Apa yang harus kita perbuat setelah fisik dan hati kita dimerdekakan oleh Roh Kudus, darah Kristus dan Firman Allah? Kita menjadi hamba kebenaran yang membawa kita kepada pengudusan dan hidup kekal (Rm. 6:18, 22-23).

Setelah dibebaskan dari budak dosa kita tidak berhenti pada hamba kebenaran (→ Pelataran) tetapi berlanjut hidup dalam kekudusan (→ Tempat Kudus) hingga mencapai kesempurnaan tanpa cacat cela untuk hidup kekal bersama Mempelai Pria Surga (→ Tempat Mahakudus). Jelas, perjalanan hidup rohani kita tidak mandeg tetapi ada progres mencapai klimaksnya.

Mengapa kita harus dibebaskan dari dosa? Sebab dosa menjadi beban yang meng-hambat kemajuan perjalanan hidup rohani kita dalam perlombaan iman kepada kesempurnaan (Ibr. 12:1-2). Jangan beranggapan dosa adalah masalah pribadi sebab ternyata ada banyak saksi mengelilingi kita.

Bagaimana hidup (fisik dan hati) berpadanan dengan panggilan?

Kita tidak lagi hidup seperti orang-orang duniawi yang pikirannya sia-sia dan perasaannya tumpul (Ef. 4:17-19) tetapi kita mengenakan manusia baru dengan membuang semua dusta (ay. 22-25).

Jangan kita meremehkan dosa dusta meskipun terdengar sepele seperti dusta otomatis yang sudah menjadi kebiasaan karena dusta mempunyai ‘biangnya’ itulah Iblis sebagai bapa segala dusta dan pembunuh manusia (Yoh. 8:44).

Introspeksi: masihkah ada dusta di antara suami-istri, orang tua-anak dan teman-teman sepelayanan?

Dari kebiasaan dusta kecil-kecilan akhirnya meningkat menjadi mencintai dusta yang pasti berakhir dengan tidak masuknya ke dalam Yerusalem Baru (Why. 22:15).

Waspada, dusta kecil jangan ‘diternakkan’ nanti akan berkembang biak sangat cepat! Perkembangan dusta hanya dapat dibendung oleh Roh Kudus, Firman Allah dan darah Kristus.

Parahnya, orang yang mencintai dusta cenderung memutarbalikkan kebenaran Firman Allah juga melupakan Sang Pencipta dan beralih memuja serta menyembah makhluk ciptaan-Nya (Rm. 1:25). Contoh: Hawa diciptakan Allah dari tulang rusuk Adam dan mereka menjadi satu daging atas keterlibatan Sang Pencipta. Namun begitu Hawa jalan sendiri dan bertemu ular cerdik ciptaan Allah yang dipakai oleh Iblis untuk memutarbalikkan kebenaran perintah Allah, Hawa termakan oleh omongan si ular. Ternyata Hawa lebih mendengarkan perkataan makhluk (ular) ciptaan Allah ketim-bang perkataan Sang Pencipta. Bahkan Hawa memengaruhi suaminya, Adam, untuk makan buah terlarang akibatnya mereka berdua jatuh dalam dosa.

Setelah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden, apakah masalah selesai? Dosa makin berkembang cepat, manusia berdosa tidak lagi melibatkan Sang Pencipta, mereka lebih menghargai anak-anak perempuan ciptaan Allah dan mengambilnya sesuka hati untuk dijadikan istri (Kej. 6). Terjadilah praktik seks bebas membuat Allah murka dan menghukum habis manusia dengan air bah kecuali Nuh sekeluarga. Manusia zaman itu hidup dalam daging sepenuhnya karena kecenderungan hati mereka membuahkan kejahatan semata-mata. Melihat kondisi semacam ini Roh Kudus menarik diri tidak mau tinggal di dalam mereka. Apakah manusia bertobat dan masalah selesai?

Manusia boleh mati ditenggelamkan tetapi dosa tetap berkembang makin menjijikkan (selama Iblis belum dibelenggu dan manusia tidak menghargai Sang Pencipta) karena terjadi praktik homoseks dan lesbian (LGBT) di Sodom Gomora sehingga Allah mem-bumihanguskan kota itu (Kej. 19). Di akhir zaman ini dosa kenajisan LGBT makin marak dan manusia terang-terangan melakukan dosa tersebut tanpa rasa takut kepada Allah, Sang Pencipta (Rm. 1:26-32).

Efesus 4:25 mengingatkan kita untuk membuang dusta dan berkata-kata benar karena kita adalah sesama anggota Tubuh Kristus. Dusta perseorangan akan ber-kembang memengaruhi persekutuan Tubuh Kristus. Mereka tidak hanya sendirian berbuat dosa tetapi juga setuju kepada mereka yang melakukan dosa berjemaah. Ingat, Iblis dengan akal liciknya tidak puas membunuh satu orang tetapi berusaha menarik sebanyak-banyaknya.

Hendaknya kita membuka mata dan waspada terhadap tipu daya Iblis yang berusaha menghambat pertumbuhan rohani bahkan merusak persekutuan tubuh Kristus. Selama Iblis masih belum dibelenggu, dosa makin meningkat dan dosa zaman Nuh maupun dosa Sodom Gomoro terulang kembali (Luk. 17:26-30).

Kita harus mematikan dosa (dusta) sekecil apa pun karena dosa tersebut akan ber-kembang dan berakhir pada kematian (Yak. 1:15). Celakanya, bukan perorangan tetapi seluruh ‘rombongan’ ikut terseret hancur dalam dosa. Contoh: seorang pendeta (individu) yang suka berdusta tidak akan masuk Kerajaan Surga. Kalau di atas mimbar dia berkhotbah tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab bahkan cenderung memutarbalikkan Firman, iman jemaat yang tidak dewasa akan goyah, lemah dan hilang oleh ajaran palsu manusia yang menyesatkan ini (Ef. 4:14).

Lebih lanjut Rasul Paulus mengingatkan apa yang harus diperbuat oleh manusia baru, tertulis dalam Kolose 3:5-12, “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga kese-rakahan yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang buanglah semuanya ini yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mu-lutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Karena itu sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.”

Perlu diketahui perubahan menjadi manusia baru tidak terjadi secara instan tetapi melalui proses penyucian terus menerus hingga tak bercacat di hadapan-Nya.

Kita harus menghargai tindakan Allah dalam membentuk kita menjadi manusia baru. Oleh karena kasih-Nya kepada kita, Ia mengutus Putra tunggal-Nya ke dunia untuk mati menebus dosa kita. Ia mengirim Roti Hidup yang turun dari Surga – Firman Allah – untuk menasihati, menyatakan yang salah dan menegur kita dan Roh Kudus menolong kita di dalam segala kelemahan serta membimbing kita ke dalam seluruh kebenaran.

Alangkah bahagianya bila hati yang sebelumnya menjadi pusat kejahatan dan kena-jisan (Mat. 15:19-20) menjadi tempat Firman Tuhan terukir untuk dipraktikkan; hati dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai jaminan untuk beroleh kepenuhan janji menjadi milik-Nya; hati menjadi tempat kasih Allah dicurahkan. Kita akan mengalami kebe-basan sepenuhnya (fisik dan batin/hati) untuk dibentuk sempurna dan satu kali kelak tinggal bersama Dia selamanya dalam Yerusalem baru. Amin.