Shalom,
Berbicara tentang penyelidikan dan penelitian umumnya berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, hari-hari ini memang ada kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini. Kita sekarang hidup di era teknologi berbasis internet, informasi digital begitu mudah di-share melalui gadget. Kita juga aktif di media sosial sehingga kita dapat mengikuti secara virtual aneka ragam berita yang terjadi di dunia ini hanya dalam hitungan detik. Apalagi dengan penemuan terbaru yaitu AI – kemampuan dari mesin cerdas yang menyimpan dan memproses banyak data serta menyajikan informasi dengan begitu cepat. Bahkan ada yang mengatakan AI telah melebihi kecerdasan manusia. Namun kita patut bersyukur memiliki Allah di dalam Yesus Kristus yang melebihi kecerdasan dari siapa pun.
Kita mempelajari lebih jauh siapa Pribadi Tuhan yang melebihi siapa pun yang ada di dunia menurut Mazmur 139, yakni:
“TUHAN, Engkau menyelidiki (bhs. Ibr. chagar= search, investigate = memeriksa), dan mengenal (bhs. Ibr. yada = know = mengenal) aku;” (ay. 1)
Kata “menyelidiki” memiliki arti memeriksa, menerobos bahkan penetrasi, memasuki kehidupan begitu dalam sementara “mengenal” mengandung arti “mengenal yang begitu intim” bagaikan hubungan suami-istri yang saling mengenal, tidak ada yang tersembunyi/terselubung, begitu mengenal satu sama lain.
Sungguh Allah mengetahui/mengenal kita bahkan yang tersembunyi sekalipun dalam hidup kita. Ia tahu semua aktivitas kita – saat berjalan, berdiri, duduk, termenung dst. – bahkan sebelum berbicara, Ia sudah tahu apa yang akan kita ungkapkan (ay 2-6). Terlalu ajaib pengetahuan Tuhan atas kehidupan kita untuk dapat dipahami karena Ia mahatahu. Ia mengetahui segala persoalan, pergumulan dan cacat cela kita. Ia juga mengetahui masa lalu kita bahkan apa yang akan kita lakukan, tetapi ia memilih kita dan kita ditentukan untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya (Rm. 8:29).
Introspeksi: Siapa kita? Bagaimana masa lalu kita? Marilah kita jujur mengaku apa adanya di hadapan Tuhan. Sungguhkah kita mengasihi Dia? Sadarkah kita dipilih oleh-Nya sejak dari kekekalan untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya? Adakah ucapan syukur atau malah omelan dan sungut-sungut yang keluar dari mulut kita?
Selain mahatahu, Allah juga mahahadir (ay. 7-12). Tidak ada yang dapat menyembunyikan diri dari kehadiran dan pandangan Allah. Bahkan kegelapan pun tidak dapat membuat Tuhan samar untuk melihat dan mengenal kita. Contoh:
- Yunus yang dipilih dan diutus memberitakan Injil ke Niniewe (Yun. 1:1-3) berusaha melarikan diri dari panggilan Tuhan namun Tuhan tahu ke mana pun dia pergi. Ketika Yunus pergi menjauh dari hadirat Tuhan, kapal yang ditumpangi ditimpa badai hingga dia dilemparkan ke laut ditelan ikan besar. Dalam suasana kematian bagaikan pintu kehidupan tertutup baginya, Yunus merasakan kehadiran Tuhan yang membangkitakannya dari kedalaman laut itu.
- Saat menggembalakan kambing domba Yitro di gunung Horeb, Musa melihat api keluar dari semak belukar tetapi tidak terbakar. Ternyata Tuhan hadir di sana dan menyuruh Musa menanggalkan kasutnya sebab tempat di mana dia berdiri adalah kudus (Kel. 3:5).
Allah yang mahahadir terkadang menyatakan hadirat-Nya secara khusus kepada kita, membuat kita tidak nyaman dan tidak mampu bertahan di hadapan-Nya sebab sadar betapa najis dan kotornya hidup kita.
Ketika mendapat panggilan Allah, Yesaya mengaku bahwa dia adalah orang yang najis bibir ketika melihat Dia (Yes. 6:5). Yesaya begitu merasakan keberdosaannya.
Pernahkah kita merasa tidak nyaman ketika datang di rumah Tuhan, mendengar teguran Firman Tuhan yang menyelidik sampai ke dalaman hati sebab mata Tuhan ada di segala tempat (Ams. 15:3) membuat kita tidak tahan dan tidak nyaman mendengar semua kebobrokan kita dibongkar hingga tercetus pengakuan betapa berdosanya kita? Dia Allah yang mahakudus, tetapi Dia juga Allah damai sejahtera yang mendamaiakan dan menguduskan kita sehingga kita terpelihara sempurna, tak bercacat, pada kedatangan Yesus Kristus (1 Tes. 5:23). Kedatangan Tuhan juga berbicara tentang hadirat-Nya yang sempurna yang dinyatakan pada akhir zaman. Jadi, teguran Firman Tuhan tidak bersifat menghukum tetapi sebaliknya membuat kita layak berdiri di hadapan-Nya.
Bagaimana cara Allah yang mahakuasa bekerja? Pekerjaan Allah dinyatakan dalam satu "kedalaman" (ay. 13-18). “....aku dijadikan di tempat yang tersembunyi dan direkam di bagian-bagian bumi paling bawah (ay 15);” Tuhan berkarya di tempat tersembunyi tanpa kita lihat dan sadari. Bukankah kita dibentuk di dalam rahim ibu – di kedalaman yang tidak dapat dijangkau?
Aplikasi: cara kita tidak bekerja tidak seperti Allah bekerja. Kita bekerja agar dapat dilihat dan diperhatikan oleh orang lain saja bahwa kita telah bekerja. Namun Allah bekerja diam-diam dan tersembunyi di dalam kedalaman. Ia bekerja dalam kasih (Ef. 3:14-21). Tuhan mau kita ada di dalam Kristus dan tenggelam di dalam kasih-Nya. Kasih-Nya yang tersembunyi dan melampaui segala pengetahuan/pikiran menjadi motivasi kita dalam bekerja. Kiranya kasih Tuhan membuka pemikiran kita, mengubahkan cara kerja dan pelayanan kita.
Rasul Paulus berbicara panjang lebar tetang dalamnya kasih Allah dan berdoa agar jemaat Efesus dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Namun kenyataannya, dengan berjalannya waktu mereka memang masih giat bekerja dalam pelayanan tetapi tanpa kedalaman, maksudnya luar tampak melayani dengan tekun tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Semua hanyalah jadwal dan penampilan kerja yang dapat dilihat mata tetapi hati mereka hampa tanpa kasih Tuhan. Itu sebabnya Rasul Yohanes memperingatkan agar mereka bertobat karena mereka telah meninggalkan kasih mula-mula (Why. 2:1-5).
Bagaimana dengan pelayanan kita? Apakah ibadah dan pelayanan dilakukan sekadar memenuhi kewajiban liturgi gereja tetapi hati jauh dari Tuhan? Hendaknya kita melakukannya dengan penuh pengabdian baik dilihat maupun tidak dilihat orang karena kita bekerja untuk Tuhan dan rindu menyenangkan hati-Nya. Mengapa persembahan Kain ditolak sementara persembahan Habel diterima Tuhan? Karena Habel mempersembahkan untuk menyenangkan Tuhan.
Dalam kemahatahuan Tuhan, Ia tetap memilih kita yang penuh cacat cela dan terus bekerja di dalam kasih-Nya mengutus Anak-Nya yang tunggal turun begitu rendah hingga ke bumi paling bawah (mati) untuk menjangkau kita. Apa respons kita terhadap kasih-Nya? Kita harus mengambil sikap dan pendirian (ay. 19-24):
- Menolak kejahatan (ay. 19-22) dan hidup di dalam kebenaran Firman Tuhan (Tit. 1:15-16).
Waspada, jangan berpikiran Tuhan pasti mengenal mereka yang sudah bernubuat, melakukan banyak mukjizat atas “Nama-Nya’ dll. kalau tidak diikuti dengan perubahan hidup karena mereka menyangkal Tuhan dengan perbuatan (Mat. 7:20-23). - Memohon Tuhan menyelidiki dan menguji kita serta mengenal hati dan pikiran kita supaya jalan kita tidak serong tetapi dituntun di jalan yang kekal. (23-24).
Marilah kita belajar terbuka dan jujur di hadapan Tuhan dan menghargai kebenaran Firman-Nya sekalipun menyudutkan kita sepertinya menempatkan kita pada posisi bersalah atau mempermalukan kita.
Hendaklah kita datang menghampiri Tuhan yang mahatahu dan mahahadir dengan hati terbuka dan jujur untuk diselidik oleh-Nya melalui teguran Firman yang memperbarui hidup kita karena kita telah dipersiapkan bersama dengan-Nya di dalam kekekalan untuk selama-lamanya. Amin.