• KASIH SETIA TUHAN KEKAL SELAMANYA
  • Mazmur 89
  • Lemah Putro
  • 2024-05-05
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • d
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
kasih-setia-tuhan-kekal-selamanya

Shalom,

Mazmur 89 ditulis oleh Etan, orang Ezrahi, artinya keturunan Zerah (1 Taw. 2:3-6) yang menggubah mazmur tentang Daud padahal jarak waktunya panjang sekali. Diduga liriknya diparafrasa (diungkapkan kembali dengan tata bahasa dan diksi lebih sederhana) oleh keturunan Ezra orang Ezrahi yang hidup pada masa pembuangan di Babel untuk mengingatkan kembali kasih setia Tuhan terhadap nenek moyangnya (Yehuda) khususnya Daud, orang pilihan-Nya (Mzm. 89:4).

Apakah Mazmur ini relevan bagi kita yang bukan keturunan Yehuda atau Yahudi tetapi orang Indonesia dengan banyak suku? Bukankah kita adalah orang-orang kudus (bnd. Mzm. 89:6) dan pilihan Tuhan yang dikuduskan oleh- Nya (1 Kor 1:1-3)? Ia adalah Allah yang harus kita segani (feared = takuti) dan hormati (ay. 8) sebab kasih setia- Nya tidak pernah berubah. Jadi jangan melangkah menuruti kemauan diri sendiri.

Kalau begitu apa respons kita terhadap kasih setia Tuhan yang kekal selamanya?

  • Menyaksikan kasih setia Tuhan dalam keluarga (ay. 2-19).

“Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun temurun….”

Jelas kasih setia-Nya kekal dan kita bertugas menyanyikan/menyaksikannya kepada setiap anggota keluarga – anak, cucu, cicit kita. Kasih setia Tuhan menyelamatkan kita dan orang-orang yang mengalami keselamatan di dalam kasih setia-Nya pasti akan bersyukur kepada-Nya karena sebenarnya kita tidak layak di hadapan-Nya.

Kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan sudah dialami Adam jauh sebelum ada Nuh dan anak-anaknya dan kita adalah keturunan Nuh. Kemudian bangsa-bangsa tersebar tetapi kasih setia Tuhan tetap berlaku atas kehidupan orang yang percaya kepada-Nya.

Kasih setia-Nya dibangun untuk selama-lamanya dan kesetiaan-Nya tegak seperti langit Dengan demikian, ketika menghadapi masalah, kita tidak miring-miring atau goyah tetapi tegak bagaikan tegaknya kasih setia Tuhan dari bumi tempat kita berpijak hingga ke langit.

Tuhan telah mengikat perjanjian dengan orang pilihan-Nya dan kepada hamba-Nya, Daud, bahwa Ia akan membangun takhtanya turun temurun (Mzm. 89:4-5). Janji Tuhan ini digenapkan bagi kita yang mana Yesus lahir sebagai keturunan Daud dan semua bangsa beroleh anugerah keselamatan (Luk. 1:30-33). Kita dengan latar belakang apa pun diangkat menjadi bangsa yang kudus serta imamat rajani dan Tuhan Yesus Kristus sebagai Imam Besar sekaligus Raja kita. Untuk itu sudah selayaknya anak cucu kita mengenal juga mengecap kasih setia Tuhan sejak dini sehingga mereka tahu bersyukur kepada-Nya ketika menerima berkat apa pun – makanan, hadiah, naik kelas dst. bahkan menginjak dewasa mendapat pekerjaan kemudian berumah tangga hingga usia tua berambut putih. Sejak anak-anak sampai usia lanjut, kasih setia Tuhan tetap terus dinyanyikan/disaksikan dan kita belajar hidup takut kepada-Nya (ay. 8). Berkat apa pun yang kita terima, seganlah kepada Tuhan karena Ia sumber segala sesuatu. Anak-anak diajar untuk tidak egois dan kikir terhadap barang-barang miliknya tetapi dijelaskan bahwa semua yang ada pada kita berasal dari Tuhan. Dengan demikian kita tidak menjadi sombong dan congkak (ay. 9-12, 16-17). Kita bermegah karena keadilan Tuhan bukan karena memiliki sesuatu. Sebaliknya kita juga tidak perlu rendah diri ketika berhadapan dengan orang kaya, orang pandai, penguasa, orang berkedudukan tinggi sebab kita adalah anak-anak Allah dan segala sesuatu yang dipunyai seseorang adalah karena belas kasihan dan kasih setia Tuhan supaya tidak ada seorang pun sombong di hadapan-Nya (1 Kor. 1:27-29). Jadi siapa pun dan apa pun yang kita miliki adalah berkat dari Allah dan hidup kita dibenarkan serta dikuduskan oleh-Nya (ay. 30).

  • Menghargai kasih setia Tuhan dengan menaati Firman-Nya (ay. 20-38).

“Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi, kata-Mu: "Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus maka tangan- Ku tetap dengan dia bahkan lengan-Ku meneguhkan dia.” (ay. 20-22)

Kita berbahagia hidup di zaman penggenapan di mana Daud diurapi dengan minyak urapan tetapi kita diurapi dengan Roh Kudus (Kis. 2:29-33). Dari tempat tinggi di sebelah kanan Allah Bapa, Yesus, Anak Daud, mencurahkan Roh Kudus, mengurapi kita imam-imam-Nya karena kita sudah diampuni dan dilepaskan dari dosa oleh darah-Nya. Minyak urapan Surgawi yang kita terima adalah Pribadi Roh Kudus (2 Kor. 1:20-22) yang kita terima sekali untuk selama-lamanya. Urapan Roh Kudus atas rasul/hamba Tuhan tidak beda dengan urapan yang diterima oleh jemaat (Korintus) dengan latar belakang penyembahan berhala sebab Allah sendiri yang telah mengurapinya. Berbeda dengan minyak urapan buatan manusia yang kadaluarsa dan tidak berguna di zaman Perjanjian Baru, urapan Roh Kudus lebih besar dari minyak urapan buatan manusia (bnd. 1 Yoh. 4:4).

Aplikasi: hendaknya kita yakin telah (bukan akan) beroleh pengurapan Roh Kudus. Jadi kalau berdoa jangan meminta Tuhan untuk mengurapi hamba-Nya yang bertugas melayani puji-pujian atau menyampaikan Firman sebab urapan Roh Kudus sudah ada padanya. Yang harus didoakan ialah Tuhan menolong mereka supaya dengan pengurapan yang ada padanya mereka dapat melayani dengan sebaik mungkin. Juga kita dibaptis satu kali untuk selamanya bukan dibaptis ulang berulang. Hal sama berlaku bahwa baptisan dan urapan Roh Kudus berlaku sekali untuk selamanya. Kalaupun kita lemah dan jatuh dalam dosa, Tuhan tidak mencabut pengurapan itu. Oleh sebab itu jangan minder mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan betapapun sulitnya, hadapi masalah tersebut dan selesaikan dalam urapan Roh Kudus. Masalahnya, kita tidak selalu penuh Roh Kudus dalam menghadapi persoalan walau sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Akibatnya kita mendukacitakan Dia melalui kata-kata kotor dan perilaku tidak baik. Itu sebabnya Rasul Paulus menegaskan agar kita selalu penuh dengan Roh Kudus (Ef. 5:18).

Kita mempelajari lebih jauh apa fungsi dari Roh Kudus, yakni:

    • Mengajarkan kita akan Firman Allah untuk dapat mengerti khotbah-khotbah dan bagaimana melakukan kebenaran Firman sesuai dengan konteks dan situasi-kondisi kita (1 2:26-27).
    • Roh Kudus menuntun kita peka terhadap penyesatan sehingga kita segera menjauhi khotbah/ajaran yang menyesatkan yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, yaitu: ajaran yang tidak mengakui Yesus sebagai Anak Daud yang datang sebagai manusia (1 4:1-3) – suatu khotbah tanpa urapan Roh Kudus (ay. 4-6). Bukankah kita harus terus belajar dalam sekolah kehidupan sepanjang hidup kita?

Kasih setia Tuhan harus berjalan seiring dengan hidup menaati Firman-Nya (Mzm. 89:29-33). Bagaimana kita dapat menaati Firman-Nya? Pengurapan Roh Kudus akan mengingatkan, menginsafkan serta menuntun kita untuk tidak gampang menyimpang dan menjauh dari kasih setia Tuhan oleh karena kita banyak melakukan pelanggaran. Fokus kita hidup dalam kasih setia Tuhan bukan karena berkat kesembuhan dan usaha yang berhasil tetapi hidup dalam kebenaran serta kekudusan dalam menanti kedatangan-Nya kembali apa pun permasalah yang terjadi.

Apa konsekuensinya bila kita tidak menaati Firman dan berlaku curang terhadap kasih setia Tuhan?

  • Meyakini kasih setia Tuhan dalam setiap hajaran-Nya (ay. 39-53).

Tetaplah yakin akan kasih setia Tuhan walau kita sedang dihajar oleh-Nya akibat kesalahan-kesalahan kita. Daud dinyatakan sebagai anak sulung (ay. 28) digenapi oleh Yesus (Rm. 8:29) dan kita adalah saudara- saudara-Nya. Kita adalah anak-anak Allah karena Roh Kudus mendiami kita (Rm. 8:14-17).

Kita telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan untuk hidup kudus (Ef. 1:4). Oleh sebab itu waspadalah kalau kita hidup menuruti hawa nafsu daging dan melulu mengejar berkat-berkat jasmai sehingga lupa ibadah dan pelayanan bahkan tidak setia kepada-Nya. Ia akan menghajar dan memukul kita yang diakui sebagai anak- anak-Nya (Ibr. 12:4-8) agar kita sadar dan kembali kepada-Nya.

Etan berasal dari suku Yehuda (= bersyukur; Kej. 29:35), satu suku dengan Salomo (1 Raja. 4:29-32) tetapi Salomo yang berhikmat tinggi lupa mensyukuri kasih setia Tuhan lalu membelot kepada pemberhalaan oleh karena istri-istrinya. Juga raja-raja berikutnya serta bangsa Yehuda yang jatuh bangun dalam kesetiaan mereka kepada Tuhan dan berakhir dengan pembuangan ke Babel.

Apa tujuan Bapa Surgawi menghajar kita? Untuk menyadarkan bahwa kita adalah anak-anak-Nya agar kembali kepada kekudusan hidup dan pengurapan Roh Kudus menuntun kita untuk bersyukur serta menyembah-Nya. Sementara itu jejak pengurapan Roh Kudus (Mzm. 89:51-52) menuntun kita untuk siap menyongsong kedatangan Yesus, Anak Daud, yang menjadi Raja segala raja.

Etan, orang Ezrahi menutup Mazmur ini dengan Doxologi (pelantunan puji-pujian) dengan pengharapan untuk dipulihkan (ay. 53) oleh sebab meyakini bahwa mereka tidak dilupakan Tuhan.

Aplikasi: betapapun bagusnya keadaan kita – pandai, berbakat/bertalenta banyak, kaya dst. – jangan sombong dan melupakan kasih setia Tuhan kalau tidak mau dihajar habis-habisan oleh Bapa Surgawi yang menganggap kita anak-anak-Nya. Kalau kita dibiarkan/diabaikan, kita adalah anak-anak haram.

Yakinlah bahwa kasih setia Tuhan kekal selamanya dan marilah kita merespons dengan menyaksikannya kepada anak-cucu kita agar mereka mengenal siapa Tuhan kita. Kita juga menaati Firman-Nya dan tidak mudah menyimpang darinya yang dapat berakibat dihajar oleh-Nya agar kita kembali pada kekudusan hidup karena kita adalah anak-anak kesayangan-Nya. Amin.