• PENGHARAPAN DALAM KEPUTUSASAAN (JOHOR)
  • Mazmur 88
  • Johor
  • 2024-04-28
  • Pdm. Besar Hartono
  • https://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1561-pengharapan-dalam-keputusasaan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Pernahkah kita mengalami saat berdoa untuk masalah pelik yang dihadapi, Tuhan tidak memberikan solusi tetapi malah menambahi problema. Ketika kita minta kesembuhan, Tuhan tidak menyembuhkan bahkan diberi masalah lainnya. Kita harus mempunyai kecerdasan spiritual selain kecerdasan intelektual untuk studi dan kecerdasan emosi untuk mengontrol diri dalam pergaulan.

Kecerdasan spiritual apa yang kita peroleh melalui pembacaan Mazmur 88 yang ditulis oleh bani Korah sebagai luapan jeritan doa mereka siang malam?

“sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan. Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasa-Mu. Telah Kautaruh aku dalam liang kubur yang paling bawah dalam kegelapan dalam tempat yang dalam. Aku tertekan oleh panas murka-Mu dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku. S e l a Telah Kaujauhkan kenalan-kenalanku dari padaku, telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak dapat keluar; mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada-Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu. Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? S e l a Dapatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan dan keadilan-Mu di negeri segala lupa? Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu. Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku? Aku tertindas dan menjadi incaran maut sejak kecil, aku telah menanggung kengerian dari pada-Mu, aku putus asa. Kehangatan murka-Mu menimpa aku, kedahsyatan-Mu membungkamkan aku, mengelilingi aku seperti air banjir sepanjang hari, mengepung aku serentak. Telah Kaujauhkan dari padaku sahabat dan teman, kenalan-kenalanku adalah kegelapan.” (ay. 4-19)

Tampak jeritan doa bani Korah dari pagi sampai malam tidak mendapat jawaban dari Tuhan karena sampai di akhir tulisannya Tuhan tetap berdiam diri.

Apa respons kita kalau kita berdoa minta pertolongan dari Tuhan (tidak ada pekerjaan, kesehatan memburuk, anak memberontak dst.) tetapi Dia tidak mengadakan mukjizat yang kita butuhkan?

Perlu diketahui leluhur bani Korah mempunyai rekam jejak bermasalah dengan Tuhan karena pemberontakan mereka terhadap orang yang diurapi Tuhan itulah Musa (Bil. 16:1-2). Akibatnya Tuhan murka dan menghukum mereka ditelan hidup-hidup oleh tanah yang mengangakan mulutnya (ay. 30-33). Waspada, kita harus menghormati orang yang diurapi Tuhan seperti dilakukan Daud terhadap Raja Saul (1 Sam. 24:6) juga hati-hati dalam meluncurkan perkataan– buanglah perkataan sia-sia.

Apa yang dilakukan oleh bani Korah ketika menghadapi masalah berat yang membuatnya putus asa?

·       Mereka mengetahui kepada siapa doa ditujukan.

Sekalipun sejak kecil bani Korah diliputi kengerian akan masa depan suram, mereka menetapkan hati untuk berdoa kepada Allah Israel. Mereka tidak mau beralih kepada allah bangsa-bangsa di sekitar Israel.

Aplikasi: dalam menghadapi masalah apa pun – studi, pekerjaan, keuangan, kesehatan dll. – tetaplah fokus berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus bukan kepada yang lain. Bukankah Yesus sendiri menawarkan, “Marilah kepada-Ku

semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat. 11:28) Doa kita tujukan kepada Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub/Israel yang hidup.

Namun mengapa Tuhan kali ini berdiam diri? Umat-nya diajar untuk bersabar menantikan waktu Tuhan bekerja. Apa yang harus dilakukan sementara menunggu jawaban dari Tuhan?

·       Menginsafi kesalahan.

Jujur, sering kesalahan terjadi akibat ulah kita sendiri, misal: terkena kencing manis karena pola makan ugal-ugalan tidak mau membatasi makan yang manis-manis hanya menuruti keinginan lidah.

Firman Tuhan mengingatkan, “Sesungguhnya, kalau ia melahirkan seorang anak dan anak ini melihat segala dosa yang dilakukan ayahnya tetapi menginsafi hal itu sehingga tidak melakukan seperti itu:” (Yeh. 18:14)

Keturunan bani Korah menyadari dan menginsafi tragedi kesalahan yang diperbuat leluhurnya. Sikap seperti ini diperkenan Tuhan bukan sekadar merenungi nasib buruk akibat dosa yang diperbuat oleh orang tua. Keturunan bani Korah tidak hanya menginsafi tetapi juga tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Aplikasi: hidup kita ditentukan oleh Tuhan bukan hasil perbuatan baik/jahat dari orang tua. Betapapun jahatnya perbuatan orang tua sehingga anak harus menanggung akibatnya, Tuhan peka terhadap penderitaan setiap orang asal dia menginsafi kesalahannya. Ingat akan tindakan anak bungsu yang meminta harta yang menjadi haknya kemudian diboroskan dengan hidup berfoya-foya hingga ludes dan makan ampas dari makanan babi. Harta kekayaan malah membuatnya hidup sembrono hingga hidup rebutan makanan dengan babi (Luk. 15:11-17). Cari dan dapatkan harta Firman Tuhan lalu simpanlah baik-baik dalam hati.

Kita diajar sabar dalam menantikan waktunya Tuhan untuk ditinggikan; untuk itu diperlukan kerendahan hati (Yak. 4:10). Sifat rendah hati merupakan kontradiksi dari sifat sombong dan congkak. Perhatikan, iman tidak dapat tumbuh di ketinggian hati. Ilustrasi: Tabernakel dibangun di padang gurun di mana tanahnya harus diratakan lebih dahulu agar bangunan dapat berdiri tegak. Demikian pula hidup kita yang berlekak-lekuk harus diratakan dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan maka Ia akan meninggikan kita.

Bani Korah insaf dan tidak beralih ke allah-allah lain; mereka tetap berdoa kepada Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Israel walau seruan doanya belum dikabulkan serta tetap melayani Tuhan.

Hendaknya kita juga tidak berpaling kepada allah lain karena hanya Allah di dalam Yesus Kristus yang sanggup memberikan kelegaan bagi siapa pun yang berbeban berat. Hati-hati, penyembahan kepada alllah-allah lain justru menyusahkan karena mereka malah meminta sesajen dan syarat macam-macam. Dan tetaplah melayani Tuhan di bidang apa pun dengan tulus; jangan gampang “mogok” dengan pelbagai macam alasan tetapi hiduplah tertib (di rumah, sekolah, pekerjaan, pelayanan) karena Tuhan telah memberikan roh ketertiban (2 Tim. 1:7).

Perlu kecerdasan rohani untuk mengerti bahwa jawaban Tuhan terkadang berbanding terbalik dengan doa yang kita minta. Contoh: kita berdoa memohon kekuatan tetapi kita malah mendapat berita orang tua atau anak kita sakit yang membuat kita lemas. Kita memohon kasih namun ketemu orang yang menyebalkan membuat emosi kita naik dst. Firman Tuhan juga mengajarkan agar kita mengucap syukur di dalam segala perkara. Diperlukan proses yang tidak nyaman bahkan menyakitkan untuk menghasilkan perubahan hidup yang lebih baik – rela membuang semua kotoran kefasikan, kemunafikan, ketidakjujuran, kesombongan dst. diganti kerendahan hati sehingga beban hidup kita menjadi ringan.

Selain merendahkan diri, kita menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya sebab Ia yang memelihara kita (1 Ptr. 5:6-7). Ketika kita mengkawatirkan masa depan ini sama dengan kita tidak percaya/beriman kepada Tuhan yang memelihara kita. Waspada, Iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum siap menerkam mangsa (ay. 8). Iblis mencari celah kelemahan kita (kekhawatiran, kecemasan, kegalauan, ketakutan dll) dan siap menjatuhkan kita.

Ketahuilah bahwa Tuhan itu sungguh baik dan penuh kasih bahkan rela mempertaruhkan nyawa-Nya demi keselamatan kita yang berdosa sehingga beban dosa kita terlepas. Tetaplah setia mengikut dan melayani Dia walau doa permohonan kita belum dijawab oleh-Nya. Periksa diri dan buang segala kekotoran hati serta naikkan pujian selalu sebab kita masih mempunyai pengharapan di tengah-tengah keputusasaan. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: