• KEBAHAGIAAN SEJATI HANYA DI DALAM TUHAN (2)
  • Mazmur 84
  • Lemah Putro
  • 2024-03-31
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1547-kebahagiaan-sejati-hanya-di-dalam-tuhan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
Kebahagiaan-sejati-hanya-di-dalam-Tuhan

Shalom,

Harus diakui bahwa Tuhan adalah yang terbesar dari semua yang ada sebab Ia Pencipta alam semesta. Kita patut bersyukur dapat menikmati kebangkitan-Nya dan biarlah Ia makin besar sementara kita makin kecil untuk menerima kebahagiaan sejati dari-Nya.

Kita boleh mengatur acara dan dekorasi gereja dengan begitu apiknya tetapi suasana hadirat Tuhan tidak dapat diatur oleh siapa pun. Apa pandangan kita terhadap Yesus yang sudah bangkit? Selain beroleh kebahagiaan dengan suka berdiam di rumah Tuhan dan terus memuji-muji Dia (Mzm. 84:5), kebahagiaan apa lagi yang kita peroleh dari-Nya? “Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau yang berhasrat mengadakan ziarah (the highway to Zion = perjalanan ke Zion)!” (ay. 6).

Di malam pada hari pertama minggu itu para murid Yesus berkumpul di suatu tempat dengan pintu terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi (Yoh. 20:19). Apa yang terjadi kemudian? Yesus yang sudah bangkit muncul di tengah-tengah mereka mengatakan, “Damai sejahtera bagi kamu!” Ia datang di saat yang tepat untuk memberikan kekuatan kepada mereka yang dicekam ketakutan.

Ternyata kebangkitan Yesus tidak diketahui oleh para murid-Nya bahkan Maria Magdalena yang menjenguk kuburan-Nya menyangka Yesus adalah penunggu taman ketika Ia menyapanya (Yoh. 20:14-15).

Kesedihan mendalam juga dialami oleh dua murid Yesus yang meninggalkan Yerusalem, sumber kedamaian, menuju Emaus. Tiba-tiba datanglah Yesus mendekati mereka dan berjalan bersama-sama dengan mereka tetapi mereka tidak mengenal-Nya. Yesus menanyakan apa yang mereka percakapkan. Wajah mereka langsung muram dan menganggap Yesus adalah orang asing yang tidak tahu apa yang terjadi di hari-hari belakangan itu. Dengan sedih mereka bercerita mengenai peristiwa yang menimpa Yesus.

Ketika diliputi kesedihan mendalam dan hilang pengharapan, kita tidak lagi memiliki pandangan positif dan merasa tidak ada jalan keluar. Siapa mengetahui isi hati kita walau kita dapat menyanyi dan mendengarkan Firman di gereja? Atau kita bercerita tentang Yesus tetapi dengan raut muka sedih penuh keraguan, bagaimana mungkin mereka yang belum/tidak mengenal Yesus percaya dengan kesaksian kita?

Sepanjang perjalanan Yesus berkhotbah mulai dari kitab-kitab Musa dan kitab nabi-nabi namun mereka tetap tidak tahu siapa Dia. Waspada, jangan coba-coba meninggalkan Tuhan dan Firman-Nya karena berbahagia orang yang mengandalkan Tuhan dan tinggal di dalam rumah-Nya sebab Ia ada di situ seperti dialami oleh bangsa Israel yang disuruh mendirikan Tabernakel sebab Allah mau tinggal di tengah-tengah mereka.

Ketika mendekati kampung yang dituju, Yesus berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya tetapi mereka mendesak-Nya tinggal bersama-sama mereka karena hari menjelang malam. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat lalu memecah-mecahkan dan memberikannya kepada mereka. Saat itulah mata mereka terbuka dan mengenal Dia tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka (Luk. 24:28-31). Hati mereka berkobar-kobar mendengar penjelasan Kitab Suci yang disampaikan oleh Yesus dan tanpa disuruh mereka kembali ke Yerusalem menemui 11 murid dan menyaksikan peristiwa yang terjadi (ay. 33-35).

Introspeksi: apakah hati kita berkobar-kobar saat membaca dan mendengarkan Firman Tuhan? Inilah cara Yesus menghidupi kondisi rohani kita yang dingin. Hati berkobar-kobar karena dikuatkan oleh Firman akan mendorong kita kembali kepada Tuhan. Perhatikan, kesaksian Firman yang hidup dapat menggairahkan mereka yang lagi ketakutan dan putus asa hilang pengharapan. Jelas kekuatan kita ada di dalam Firman-Nya bukan dari khotbah pendeta paling hebat sekalipun.

Pemazmur kemudian menuliskan, “Apabila melintasi lembah Baka (=weeping = ratapan), mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.” (ay. 7)

Terbukti dua murid yang awalnya berduka penuh air mata berubah menjadi mata air kesukaan yang meluap dari hati setelah bertemu Yesus. Mereka berbalik ke Yerusalem dengan kekuatan dan kesukaan baru.

Aplikasi: bila kita bertemu satu sama lain dan sharing tentang Firman Allah yang hidup, bukan gosipping, maka terjadilah pemulihan.

Apa respons orang-orang ketika melihat atau mendengar Yesus bangkit di hari ketiga? Orang pertama yang bertemu Yesus bangkit ialah Maria Magdalena. Maria begitu sedih dan menangis saat Yesus menampakkan diri kepadanya tetapi dia tidak mengenali-Nya bahkan mengira Yesus adalah penunggu taman. Demikian pula dengan murid-murid Yesus yang diberitahu tentang kebangkitan Yesus, mereka menganggapnya omong kosong. Bahkan Petrus pergi ke kubur dan ketika menjenguk ke dalam hanya melihat kain kapan saja dia bertanya dalam hati apa yang telah terjadi (Luk. 24:10-12).

Jujur ketika terimpit dengan banyak masalah, kita lupa akan janji-janji Tuhan bahkan lebih banyak diliputi dengan rasa tidak percaya ketika Ia datang memberikan pertolongan.

Bagaimana kita dapat melewati lembah Baka penuh ratapan air mata diubah menjadi mata air? Wahyu 7:9-17 menuliskan, “. sesungguhnya suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang? Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

Kumpulan orang banyak dari pelbagai suku dan bangsa memakai jubah putih yang dicuci/ditebus oleh darah Anak Domba (berkaitan dengan salib) keluar dari kesusahan besar penuh air mata (lembah baka) dituntun ke mata air kehidupan itulah di Yerusalem baru (Why. 21).

Ternyata kematian dan kebangkitan Yesus tidak berlaku hanya sesaat tetapi menjadi peringatan agar kita memberitakan kematian Yesus sampai kedatangan-Nya (1 Kor. 11:25-26). Dan selama penantian akan kedatangan-Nya kita perlu digembalakan oleh Anak Domba yang mencucurkan darah-Nya untuk menyucikan hidup kita.

Perhatikan, hidup kita tidak dapat dikuduskan oleh peraturan gereja sebaik apa pun. Hati kita hanya dapat disucikan oleh darah Anak Domba itulah Yesus dan kita dituntun oleh-Nya ke Yerusalem Baru ke tempat di mana mata air menggantikan air mata. Bukankah dunia ini membuat kita mengeluarkan banyak air mata?

Herannya, “Mereka berjalan makin lama makin kuat hendak menghadap Allah di Sion.” (ay. 8)

Terbukti mereka yang kekuatannya di dalam Tuhan beraktivitas makin lama makin kuat untuk menghadap Allah di Sion. Tidak tahukah Tuhan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambahkan semangat kepada yang tidak berdaya bagi mereka yang menantikan-Nya? Mereka mendapat kekuatan baru bagaikan rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari tidak menjadi lesu, berjalan tidak menjadi lelah (Yes. 40:28- 31).

Aplikasi: hendaknya kita digembalakan oleh Tuhan, Gembala Agung kita. Jangan mengembara ke gereja sini-sana supaya tidak mengalami kemerosotan rohani yang membuat lemah bahkan jatuh! Waspada, jangan merasa kuat sebab siapa pun dapat jatuh.

Apa permohonan pemazmur selanjutnya? “Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kauurapi!” (ay. 10)

Allah adalah perisai/pelindung kita dan kita diminta untuk menggunakan perisai iman setiap waktu untuk mematikan semua panah api dari si jahat (Ef. 6:16). Perisai iman akan melindungi hati, mata, telinga, mulut kita dari serangan musuh itulah Iblis.

“Pandanglah wajah orang yang Kauurapi. Tuhan melihat wajah orang yang diurapi-Nya. Siapa yang layak diurapi? Di Perjanjian Lama, raja, imam dan nabi diurapi kepalanya dengan minyak urapan. Dalam Perjanjian Baru, setiap orang percaya diurapi oleh Allah dan Roh Kudus dimeteraikan dalam hati sebagai jaminan keselamatan (2 Kor. 1:18-22) untuk layak masuk dalam pelayanan. Ingat, sekarang adalah waktu-waktu terakhir dan bangkit banyak antikristus yang menyangkal Bapa maupun Anak. Namun kita mengetahuinya karena telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus (1 Yoh. 2:18-20).

Bila kita beroleh pengurapan dari Yang Kudus, kita dapat saling menghargai, mendukung, mendoakan bukan melecehkan orang lain. Roh Kudus di dalam hati menjadi saksi bagaimana kita memperlakukan seseorang. Jika ada anggota tubuh Kristus yang lemah, kita justru harus lebih memerhatikan bukan malah “membuangnya”. Kita harus menyatu dengan membuang kepentingan ego sendiri yang dapat menyebabkan kekacauan dan perpecahan dalam gereja.

Pemazmur mengakhiri tulisannya dengan mengatakan, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” (ay. 11)

Apakah kita juga suka berada di pelataran Tuhan dan di pintu rumah-Nya daripada di tempat lain? Atau kita merasa tidak betah mengikuti ibadah lebih lama dari biasanya? Firman Tuhan mengingatkan, “Oleh sebab itu, hai anak- anak, dengarkanlah aku karena berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalanku. Dengarkanlah didikan maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya. Berbahagialah orang yang mendengarkan daku, yang setiap hari menunggu pada pintuku, yang menjaga tiang pintu gerbangku. Karena siapa mendapatkan aku mendapatkan hidup dan TUHAN berkenan akan dia. Tetapi siapa tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut.” (Ams. 8:32-36)

Jadi, kalau kita mau mendapatkan kebahagiaan sejati, dapatkan Yesus, Roh Kudus dan kasih Allah sebab di luar Yesus tidak ada hidup. Tuhan berkenan pada semua yang datang di rumah-Nya dan memberi kekuatan kepada mereka. Sebaliknya, bila kita di luar Dia, kita akan rugi sendiri. Memang pintu Tuhan itu sempit namun jangan mudah menyerah untuk menemukan Dia yang berada di segala tempat. Amin.