• ALLAH YANG SETIA DI SEPANJANG MASA (JOHOR)
  • Mazmur 71
  • Johor
  • 2023-12-10
  • Pdm. Jannen Ridwan Pangaribuan
  • https://gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1483-allah-yang-setia-di-sepanjang-masa-johor
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Tidak terasa kita sudah berada di minggu-minggu menjelang berakhirnya tahun 2023 untuk memasuki tahun baru 2024. Yang pasti ada pertumbuhan yang dialami oleh anak-anak menuju remaja, remaja menjadi pemuda dewasa; di sisi lain ada yang mengalami penuaan dari usia paruh baya menuju usia lanjut (lansia) dan dari lansia menuju manula. 

Penggolongan umur menurut badan kesehatan dunia (WHO): 25-44 tahun usia muda, 44-60 tahun paruh baya, 60-75 tahun lansia dan 75 – 90 tahun lansia tua, di atas 90 tahun adalah manula. Kalau menurut Depkes RI: usia lansia awal mulai 45-54 tahun, lansia akhir 56-65 tahun, di atas 65 tahun adalah manula. Alkitab mengatakan bahwa masa hidup manusia 70 tahun kalau kuat 80 tahun tetapi disertai kesusahan dan penderitaan. 

Tahukah kesetiaan Tuhan berlangsung di sepanjang masa hidup kita bahkan sejak di dalam kandungan? Itu sebabnya tindakan aborsi merupakan dosa pembunuhan sebab begitu janin ada detak jantungnya, kehidupan sudah dimulai. Usia muda merupakah masa yang penuh cita-cita untuk masa depan sedangkan usia lanjut umumnya melihat kenangan akan masa lalunya. Apa pun yang terjadi, kita hidup bukan di masa lalu tetapi di zaman sekarang juga untuk masa depan. Jangan membanggakan masa lalu sebab anak-anak muda selalu menginginkan perubahan! 

Namun apa yang terpenting dan menjadi prioritas dalam hidup kita? Mazmur 71 ditulis oleh seorang yang sudah lanjut usia dan telah mengecap asam garam serta menikmati pahit getirnya kehidupan. Ia berbicara tentang apa yang terpenting dalam hidup. Biasanya, apa yang penting dalam hidup seseorang akan terlihat dari apa yang dibagikannya baik secara lisan maupun tertulis.

Apa kata pemazmur ini dalam tulisannya di Mazmur 71 TB2? “Tetapi aku, aku senantiasa mau berharap dan semakin melambungkan puji-pujian kepada-Mu. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan karya keselamatan- Mu sepanjang hari sebab aku tidak dapat menghitungnya.” (ay. 14-15) 

Ternyata Tuhanlah yang menjadi fokus dalam hidupnya sejak dia dalam kandungan sampai usia lanjut, dan hanya kepada-Nya ia mengabdi dan berharap. Inilah kehidupan yang berpusatkan kepada Tuhan di dalam keadilan dan keselamatan-Nya. 

Tanpa disadari apa yang penting dalam hidup kita akan selalu kita ulang-ulang bicarakan atau lakukan. Apa yang menjadi cita-cita dan kerinduan kita bahkan dibawa ke alam bawah sadar kita. Apakah kita selalu berharap kepada Tuhan? Selalu memuji Dia dan menceritakan kebaikan-Nya? 

Perhatikan, untuk mengerti tujuan hidup maupun fokus hidup ini jika kita perhatikan dalam ayat 1-13 pemazmur tidaklah mendasarkannya pada kajian-kajian teologis secara mendalam, tetapi berdasarkan pengalaman hidupnya berjalan bersama Tuhan. Kita tidak perlu melakukan penyelidikan-penyelidikan yang menunggu usia lanjut baru dapat mengakui bahwa Tuhanlah pengharapan kita untuk hidup bagi kemuliaan Nama-Nya. Faktanya, banyak doktor teologi akhirnya menyangkal Tuhan karena bagi mereka Tuhan tidak masuk akal lagi. Mereka meneliti menggunakan pemikiran semata lalu menyimpulkan bahwa Alkitab bukan Firman Tuhan yang diwahyukan tetapi hanyalah kisah-kisah keagamaan saja. Sebaliknya, pemazmur mengerti tujuan hidup dengan membangun relasi dengan Tuhan setiap hari. Dengan iman, dia menemukan bahwa Tuhan adalah gunung batu, perlindungan dan Penyelamatnya. 

Kesetiaan Allah di sepanjang masa dalam Mazmur 71 ini berarti kesetiaan Tuhan mulai dari masa di dalam kandungan – bayi – kanak-kanak yang bertumbuh menjadi remaja – pemuda – dewasa – usia paruh baya – usia lanjut – sampai manula saat kekuatan manusia habis. Ingat, Tuhan yang setia tidak pernah meninggalkan kita di sepanjang masa hidup kita apalagi jika kita menyerahkan segenap hidup kita kepada-Nya. Ini menjadi pengharapan yang harus kita miliki sebagai orang percaya dan biarlah kita menetapkan hati untuk terus mengikut Dia.

Apa yang menjadi dasar pemazmur sampai pada keteguhan hati untuk menyerahkan hidup sepenuhnya bagi Tuhan dan tidak lagi ada titik baliknya (no turning back)?

  • Sejak masa muda (kecil) sudah mendapatkan pengajaran dari Firman.

“Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan- Mu yang ajaib; juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang. Keadilan-Mu, ya Allah, sampai ke langit. Engkau yang telah melakukan hal-hal yang besar, ya Allah, siapakah seperti Engkau?” (ay. 17-19) 

Menurut tradisi Yahudi, setiap anak dididik untuk belajar Torah. Umur 5-10 tahun belajar membaca TaNaKh (Perjanjian Lama); umur 10-12 tahun belajar tradisi-tradisi lisan, Mishnah; umur 12-13 tahun mempelajari Talmud yang berisi penafsiran-penafsiran; umur 20 tahun belajar Midrash; umur 30 tahun menjadi rabi atau pengajar. Sejak kecil (usia 5-13 tahun) mereka wajib belajar kalau lulus mereka menjadi anak Torah namanya Bar Mitzvah. Timotius muda menjadi salah satu bukti seorang yang mengenal Kitab Suci (Perjanjian Lama) sejak kecil dan melihat dalam kacamata Perjanjian Baru bahwa Perjanjian Lama berbicara tentang satu Pribadi itulah Yesus, Mesias, Anak Allah yang hidup (2 Tim. 3:15). 

Pengajaran Firman Tuhan tidak lepas daripada Kitab Suci/Alkitab/Firman Allah yang diwahyukan, diinspirasikan dan dinapaskan Allah sehingga ada kehidupan Ilahi di dalamnya. Ketika membacanya, kita bertemu Pribadi Tuhan oleh kuasa Roh Kudus dan ini memberi kita hidup sebab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4). 

Aplikasi: hendaknya kita membangun relasi dengan Tuhan melalui pembacaan Alkitab tiap hari tanpa paksaan. Hanya oleh Firman Allah, mata kita dapat tertuju kepada Yesus. Oleh sebab itu jangan anak muda membuang masa mudanya dengan mengabaikan Firman Tuhan karena ditakutkan akan terlambat jika menunggu setelah tua. 

Ironis, ada banyak orang mengatakan Tuhan tidak adil karena tidak menolong mereka yang berbeban hidup berat. Masalah sesungguhnya ialah mereka tidak membaca Firman Tuhan. Bukankah pemazmur dalam tulisannya ini bersaksi tentang keadilan Tuhan walau dia menghadapi masalah berat – dikejar-kejar musuh – tetapi dia percaya Tuhan akan melepaskan dan memohon agar Tuhan tidak meninggalkannya. Dia mempunyai keyakinan teguh sebab sejak kecil sudah mengenal ajaran Firman Tuhan. 

  • Mengalami pembaruan hidup.

“Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali. Engkau akan menambah kebesaranku dan akan berpaling menghibur aku. Aku pun mau menyanyikan syukur bagi-Mu dengan gambus atas kesetiaan-Mu, ya Allahku, menyanyikan mazmur bagi-Mu dengan kecapi, ya Yang Kudus Israel.” (ay. 20-22) 

Jika kita mengalami banyak kesusahan dan malapetaka seizin Tuhan dan semua itu di dalam tujuan dan kedaulatan-Nya, Tuhan memakai krisis-krisis dalam kehidupan untuk proses pengudusan hidup. Jangan kita mempertahankan pendirian, adat istiadat dan pemikiran kita jika Tuhan mengizinkan kita mengalami krisis keuangan, kesehatan, dll. agar kita dapat melihat bahwa hanya Tuhan yang kudus sementara kita hina dan najis. Walau kita mengalami kesusahan, kita dibangkitkan dari kematian menjadi baru. Kita mengalami hajaran bukan karena Tuhan tidak adil tetapi justru Ia menunjukkan kasih-Nya kepada kita, anak-anak-Nya, untuk mendapat bagian dalam kekudusan-Nya (Ibr. 12:4-10). 

Mengapa kita harus dikuduskan? Karena tanpa kekudusan tidak seorang pun dapat melihat Tuhan (Ibr. 12:14). Kita harus rela diproses agar pengikutan kita kepada Tuhan terus bertumbuh sehingga tidak mudah tersandung kemudian mundur dari-Nya.

Ketika Petrus menolak Yesus yang mau membasuh kakinya, Yesus menjawab, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” (Yoh. 13:8)

Aplikasi: hendaknya kita tidak menolak proses penyucian agar hidup kita dibarui dan kita tetap dalam persekutuan dengan-Nya.

  • Mengalami pembebasan jiwa 

“Bibirku bersorak-sorai sementara menyanyikan mazmur bagi-Mu juga jiwaku yang telah Kaubebaskan” (ay. 23) 

Kita akan bersorak-sorai ketika jiwa kita dibebaskan dari segala ikatan trauma masa lalu (di-bully, KDRT dll.), dari sakit hati dll. yang menghalangi kita datang mendekat dan menyerahkan diri kepada Tuhan. 

Ketika kita mengalami hal-hal yang tidak kita tahu jelas sumber masalahnya, baiklah kita datang dalam doa kepada Tuhan. Kita perlu memiliki kehidupan doa dan datang menyembah Dia dengan rendah hati maka Tuhan akan membebaskan kita dari hal-hal yang tidak kita sadari yang telah mengikat kita. Kenyataannya, sering di bawah alam sadar kita muncul pengalaman-pengalaman traumatis nan pahit yang membuat kita jauh dari Tuhan. Daud berkata, “Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.” (Mazmur 19:13) Terbukti Tuhan berkuasa membebaskan trauma pahit di masa lalu yang terpendam di alam bawah sadar kita hingga jiwa kita bebas dan kita boleh mempersembahkan yang terbaik hanya bagi-Nya. 

Apa yang kita anggap paling berharga dan berarti dalam hati kita? Jika Tuhan paling berharga dalam hidup kita, tutur kata kita akan selalu menyebut Tuhan yang adil dan setia. Dan apakah kita mengajarkan anak cucu bagaimana mengasihi Tuhan lebih dari semua serta mendidik mereka hidup dalam Tuhan dan bertanggung jawab atas dirinya di hadapan-Nya? 

Bila Tuhan sangat penting dan berarti dalam hidup kita, carilah Tuhan saat ini juga karena hanya Dia yang layak dan terutama dalam kehidupan kita maka, “Lidahku juga menyebut-nyebut keadilan-Mu sepanjang hari sebab akan mendapat malu dan tersipu-sipu orang-orang yang mengikhtiarkan celakaku.” (ay. 24) Amin.

  • Video Youtube Ibadah: