Shalom,
Tidak terasa kita akan memasuki bulan Desember dan 48 hari lagi kita akan mengakhiri tahun 2023. Walau jumlah hari dalam setahun tetap 365 hari, hari-hari ini terasa berjalan begitu cepat. Pertanyaan: apakah kita merasakan Tuhan memberkati kita setiap hari? Atau kita tidak membutuhkan berkat dari-Nya? Kalau kita tidak mencari berkat di gereja, dari mana kita mendapatkan berkat? Apakah dunia memberikan berkat kepada kita? Bukankah segala sesuatu yang kita nikmati dalam hidup ini adalah berkat? Masalahnya, bila kita salah menggunakan berkat, hidup kita akan bermasalah di hadapan Tuhan sekalipun kita hidup dalam keberkatan. Kita harus bijak mengelola berkat itu.
Bila dikatakan "Diberkati Untuk Menjadi Berkat”, bagaimana mungkin kita dapat memberkati orang lain kalau kita sendiri kekurangan berkat? Ini cukup manusiawi dan pandangan semacam ini melekat pada manusia. Namun pikiran manusiawi/daging tidak selamanya berlaku, bagaimana pikiran menurut Roh yang memberi hidup seperti ditulis oleh pemazmur 67?
“Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur. Nyanyian. Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, S e l a” (ay. 1-2)
Sangatlah penting Allah mengasihi, memberkati dan menyinari kita dengan wajah-Nya. Dapat dibayangkan kalau Tuhan memberkati kemudian dibiarkan, masalah akan timbul saat kita menggunakan berkat yang ada! Juga kalau kita “merasa” Ia tidak memberkati kita atau Ia tidak menyinarkan wajah-Nya kepada kita. Kita butuh dikasihi, diberkati dan melihat wajah Tuhan yang bersinar. Apa artinya ini semua?
Ilustrasi: ketika kita melihat wajah orang tua sedang memerhatikan kita, kita akan mengambil sikap tidak sembarangan dan bebas berbuat semaunya. Demikian pula kita tidak akan berani main-main di hadapan wajah Tuhan.
Bagaimana wajah Tuhan menyinari kita? Terang Firman Tuhan memperingatkan hati dan pikiran kita bila ada hal- hal yang tidak benar untuk diluruskan; bahkan berkat yang diterima pun perlu dikontrol oleh-Nya. Memang berkat secara umum diterima oleh banyak orang tetapi Tuhan juga mampu memberikan berkat khusus kepada kita. Jika Ia memberkati kita, Ia tidak akan menariknya kembali gara-gara kita tidak menurut kepada-Nya. Sebenarnya masalahnya terletak pada kita, di dalam ketidaktaatan kita tidak memanfaatkan berkat itu dengan baik walau berkatnya melimpah dan kita berkecimpung di dalam berkat itu.
Perhatikan, sejak awal penciptaan, manusia diberkati Allah untuk berkembang biak, menguasai dan mengelola bumi (Kej. :27-28). Manusia menerima berkat umum; seluruh hidupnya – pancaindra, pikiran, hati dll. – diberkati sehingga dapat berfungsi sempurna. Contoh: telinga dapat mendengar untuk mengerti; mulut dapat mengucap syukur; jari-jari bekerja menghasilkan suatu pekerjaan dst. Itu sebabnya nenek moyang dahulu selalu memberkati anak-anaknya sebelum meninggal. Contoh: Yakub memberkati satu-satu anaknya. Karena sudah diberkati, dia harus menyalurkan berkat itu kepada anak-cucunya.
Apakah karena anak kita sudah diberkati, kita tidak perlu mendoakan berkat baginya? Tidak! Doa terus dipanjatkan untuk mendatangkan berkat bagi anak-cucu kita.
Apa arti dari berkat? Berkat artinya karunia, pemberian, anugerah untuk perjalanan hidup berkelanjutan. Apakah Iblis dapat memberi berkat? Tidak! Iblis adalah bapa segala dusta dan pembunuh (Yoh. 8:44).
Kalau dalam beribadah, kita tidak merasakan berkat Tuhan dilimpahkan kepada kita, ini berarti kita tidak percaya bahwa Tuhan itu kasih sebab berkat Tuhan bertujuan supaya hidup kita berkelanjutan menjadi kehidupan yang dikehendaki-Nya.
Sayang, manusia diperdaya oleh si ular berakibat ular dikutuk oleh Allah (Kej. 3:13-14). Ular gambaran dari Iblis yang menipu manusia sudah terkutuk, bagaimana dia dapat memberi berkat? Jadi kita tidak dapat mencari berkat di luar (Firman) Tuhan.
Bagaimana dengan kondisi manusia setelah diperdaya oleh ular? Allah tidak mengutuk manusia tetapi tanah sehingga manusia mencari rezeki dengan susah payah (ay 17). Karena tidak taat akan Firman Tuhan, berkat Tuhan tidak dicabut tetapi manusia tidak dapat memanfaatkan dengan baik apa yang telah Tuhan berkatkan.
Introspeksi: pernahkah kita menyadari pemeliharaan Tuhan atas hidup kita walau kita hidup pas-pasan? Apakah karena kita berbuat baik? Tidak, tetapi karena Tuhan mengasihi kita. Tidak ada rumus untuk memperoleh berkat namun yang penting ialah kita taat kepada Tuhan, menjaga diri untuk tidak melanggar kebenaran Firman-Nya, hidup berkenan di hadapan-Nya maka Roh Kudus akan membimbing serta mengingatkan kita apa yang boleh/tidak boleh dilakukan. Terbukti kita memperoleh berkat bukan karena kerja keras kita tetapi karena campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita masing-masing.
Di zaman Taurat, siapa yang beroleh berkat? Ulangan 28:1-6 menuliskan, “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar.”
Berkat dipaparkan dengan sangat rinci bagi mereka yang melakukan perintah Tuhan dengan setia. Sebaliknya, kutuk barlaku bagi mereka yang tidak mendengarkan suara Tuhan dan tidak melakukan perintah-Nya dengan setia (ay. 15-16). Berkat dan kutuk saling bertolak belakang dan kita tidak dapat berdiri di tengah-tengahnya. Kalau kita diberkati, kita bebas dari kutuk. Di era Taurat, kalau kita terkutuk, kutuk berlangsung hingga binasa karena telah meninggalkan Tuhan (ay. 20).
Namun sekarang kita hidup di dalam kasih karunia. Kita hidup bukan karena peraturan yang mematikan tetapi hidup oleh iman yang memberi hidup.
Kita rindu agar Allah mengasihani, memberkati juga menyinari dengan wajah-Nya; ini menunjukkan iman yang didasarkan oleh kerinduan kita untuk bersekutu dengan Tuhan. Tentu doa permohonan semacam ini berkenan di hadapan Tuhan karena tujuan Tuhan memberkati kita ialah Ia mau dekat dengan kita. Faktanya banyak orang kaya putus asa dalam hidupnya karena mereka tidak dekat dengan Tuhan dan tidak merasakan wajah Tuhan menyinarinya.
Apa kata pemazmur selanjutnya? “supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah; kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Sela Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!” (ay. 3-8)
Kata "kiranya" disebutkan lima kali menunjukkan suatu kerinduan permohonan doa setelah seluruh bangsa menikmati berkat yang menopang kebutuhan hidupnya.
Tuhan tahu berkat apa yang kita rindukan dan sejak manusia diciptakan dia sudah diberkati seluruh hidupnya. Namun ada berkat terbesar yang kita terima, yakni: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Rm. 8:31-32)
Berkat luar biasa yang kita terima ialah Anak tunggal Allah itulah Yesus diberikan kepada kita. Di dalam diri-Nya ada kekayaan jasmani maupun rohani dan kita dapat memilikinya oleh iman. Disebut berkat walau kita tidak memiliki tetapi dapat memanfaatkannya dengan bebas. Kita tidak harus memiliki semua baru terbebas dari kekhawatiran. Ingat, kita datang ke dunia ini tidak membawa apa pun; kalau kita memiliki segala sesuatu yang ada di dunia, ini juga bukan milik kita karena saat kita meninggalkan dunia kita juga tidak membawa apa-apa.
Jadi semasa hidup kita dipelihara dan dicukupkan oleh Tuhan, ini adalah berkat melimpah dalam kehidupan kita. Terlebih lagi Allah tidak menyayangkan Putra satu-satunya, Yesus, mati disalib agar kita hidup bebas dari kematian kekal. Kematian-Nya menjadi berkat terbesar supaya kita dapat hidup berkelanjutan.
Setelah kita diberkati, kita mempunyai tugas menjadi berkat bagi sesama dengan bersaksi dan berdoa melalui mulut kita, menolong dengan menggunakan tangan kita, menghibur dan menguatkan mereka yang lemah iman dst. Apa pun dapat kita lakukan bertujuan agar hidup kita berdampak bagi banyak orang sehingga Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.