Shalom,
Tuhan sudah memberikan kita sukacita luar biasa oleh karena hadirat dan perhatian-Nya atas kehidupan kita. Terlebih lagi Firman Tuhan yang kita dengar dan renungkan menjadi kekuatan luar biasa dalam perjalanan hidup nikah dan rumah tangga kita.
Firman Tuhan kali ini mengambil tema “Menerobos Kegentingan”. Kata menerobos artinya menembus sesuatu menuju tujuan yang biasanya melalui halangan atau rintangan sementara “genting” mempunyai arti: berbahaya, tidak ada harapan untuk sampai pada sasaran, tidak ada jalan keluar.
Daud mengalami masa genting namun mampu menerobos kegentingan ini seperti tulisannya di Mazmur 59? Kalau Tuhan tidak menolongnya, dia akan mati. Apa yang terjadi pada diri Daud?
“Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud ketika Saul menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk membunuh dia. Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah-penumpah darah. Sebab sesungguhnya mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa menyerbu aku padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, aku tidak bersalah, merekalah yang lari dan bersiap-siap. Marilah mendapatkan aku dan lihatlah!”(ay. 1-5)
Daud mengalami ancaman kematian dari orang suruhan Raja Saul. Setelah beroleh pertolongan dari Tuhan, dia menulis mazmur ini sebagai ucapan syukur atas peristiwa besar yang tidak terlupakan dan terjadi dalam keluarga raja.
Mengapa peristiwa ini begitu genting bagi Daud? Raja Saul ketakutan menghadapi bangsa Filistin dan Daud menang menghadapi Goliat, orang Filistin, lalu orang-orang Israel sangat bersukacita termasuk Raja Saul. Masalah timbul ketika Saul marah dan iri hati terhadap Daud yang dipuja-puja melebihi dia karena daud mengalahkan berlaksa-laksa sementara dia hanya beribu-ribu. Harga dirinya serasa diinjak-injak maka timbullah gap yang membatasi dirinya dengan Daud.
Raja Saul menjanjikan anak perempuannya, Merab, untuk diberikan menjadi istri Daud jika Daud menang perang melawan orang Filistin namun Saul bermaksud supaya Daud mati dalam perang (1 Sam. 18:17). Namun setelah menang perang, Merab diberikan pada laki-laki lain untuk menjadi istrinya (ay. 19). Kemudian Daud boleh kawin dengan Mikhal dengan syarat memberikan 100 kulit khatan orang Filistin sebagai mas kawin (ay. 25). Raja Saul benar- benar licik dengan rencana busuknya menjadikan Daud tumbal untuk mati dalam peperangan tetapi Tuhan selalu menyertai Daud.
Introspeksi: adakah kita berpikiran jahat terhadap anggota keluarga sendiri oleh sebab iri hati? Pemikiran yang tidak berkenan di hadapan Tuhan walau masih berupa pemikiran kalau tidak berhati-hati, pikiran tersebut menjadi tindakan. Kalau sudah bertindak nanti dapat terjebak dari tindakan kecil merentet menjadi tindakan lebih besar yang berakibat makin mengerikan. Misal: awalnya hanya ingin mencuri tetapi karena ketahuan oleh pemiliknya maka dibunuhlah pemilik barang tersebut.
Demikian pula dengan Raja Saul, melihat Daud lebih dipuja oleh perempuan-perempuan Israel karena kemenangannya, Saul marah dan benci kepada Daud (1 Sam. 18:6-8). Sayang, masalah ini tidak diselesaikan sehingga merentet menjadi keinginan untuk membunuh. Apa yang dilakukannya kemudian? Saul melempar tombak untuk menancapkan Daud ke dinding hingga dua kali tetapi Daud dapat mengelak sebab Tuhan menyertainya (ay. 11-12). Kemudian Daud ditempatkan di bagian depan medan perang sebagai kepala pasukan seribu (ay. 13) agar mati dibunuh musuh.
Apa yang dapat menyebabkan timbulnya rasa ketakutan? Ketakutan datang dari diri sendiri bukan dari pihak lain. Bukankah Saul ketakutan sendiri terhadap Daud, orang baik yang telah membantu dalam mengalahkan musuh- musuhnya. Awalnya dari amarah, dengki lalu berkembang menjadi keinginan untuk membunuh. Itu sebabnya Alkitab mengingatkan kita untuk mengasihi sesama supaya tidak timbul kebencian dalam hati yang dapat bertumbuh terus.
Daud dapat menerobos kegentingan dan lolos dari ancaman pembunuhan dari Saul karena Tuhan menyertainya namun dia tidak membenci Saul yang kerasukan roh jahat. Bahkan Yonatan, anak Saul, sangat mengasihi dan melindungi Daud dari rencana pembunuhan ayahnya (1 Sam. 19:6-10; 1 Sam. 20). Dia juga lolos dari pembunuhan orang suruhan Saul karena Mikhal, anak Saul, menolongnya (1 Sam. 19:11-13).
Aplikasi: kita tetap waspada dan mengantisipasi kegentingan (bencana alam, kesehatan, keuangan, pekerjaan) yang akan melanda hidup kita walau kita telah melewati kegentingan-kegentingan yang cukup menakutkan. Percayalah Tuhan tetap menyertai kita menerobos masa-masa genting tersebut melalui orang-orang untuk menolong kita.
Daud kemudian melarikan diri ke Nayot bertemu Samuel dan tinggal bersamanya di sana. Lalu Saul mengirim orang suruhannya untuk mengejar Daud tetapi mereka melihat sekumpulan nabi dikepalai Samuel sedang kepenuhan Roh Allah. Ternyata Roh Allah juga menguasai orang orang suruhan Saul (ay. 18-24). Peristiwa ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya.
Bagaimana orang-orang suruhan Saul mengepung Daud? “Engkau, TUHAN, Allah semesta alam, adalah Allah Israel. Bangunlah untuk menghukum segala bangsa; janganlah mengasihani mereka yang melakukan kejahatan dengan berkhianat! Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. Sesungguhnya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir mereka sebab – siapakah yang mendengarnya?” (ay. 6-8)
Orang-orang suruhan itu bagaikan anjing melolong yang berkeliaran hendak menangkap Daud. Mereka berkelompok mengepung hanya satu orang itulah Daud.
Aplikasi: kita juga dilepaskan dari kondisi genting yang mana dosa mengepung hendak menerkam jiwa kita oleh sebab kita tidak mau hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Dan dosa bagaikan ragi yang membuat adonan berkembang sehingga kehidupan kita makin tenggelam dalam masalah. Oleh sebab itu hendaknya kita menghargai Firman Tuhan yang mampu menyinari hati dan pikiran kita sehingga kita dapat menerobos kegelapan dosa.
Apa permohonan Daud selanjutnya? Agar Allah menghabisi musuh-musuhnya supaya ada kesaksian bagi keturunan- keturunan Yakub bahwa Allah memerintah di antara mereka (ay. 9-14). Tahukah musuh-musuh kita dapat datang dari keluarga maupun orang luar? Namun Firman Tuhan mampu menyelesaikan kegentingan-kegentingan yang terjadi dalam keluarga juga kita, gereja kepunyaan Tuhan, dipanggil keluar dari kegentingan dan ancaman maut dosa untuk hidup damai sejahtera.
Perhatikan, mereka yang menjadi kesaksian bahwa Allah memerintah di antara keturunan Yakub ialah orang-orang yang dipanggil menjadi umat-Nya, Israel dan kita, bangsa kafir, oleh sebab pengurbanan darah Kristus (Ef. 2:12-13).
Daud mengakui, “Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. Mereka mengembara mencari makan; apabila mereka tidak kenyang, maka mereka mengaum. Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya.” (ay. 15-18)
Daud membuktikan bahwa Allah telah membentengi hidupnya sehingga dia dapat menerobos kegentingan yang luar biasa sebab Allah adalah kekuatannya.
Setelah kita dibebaskan dari gentingnya cengkraman kuasa kegelapan, kita dipenuhi sukacita dan ada pengharapan akan masa depan yang dipermuliakan. Kita beroleh perlindungan kukuh menghadapi kegentingan akhir zaman ini yakni perkembangan dosa. Tuhan mengenal dan mengetahui persis kegentingan-kegentingan yang kita alami dan siap menolong kita menerobos kegentingan untuk menghasilkan sukacita dan damai sejahtera. Amin.