Shalom,
Kemuliaan Tuhan menaungi seluruh muka bumi; untuk itu kita patut meninggikan dan memuliakan Nama-Nya. Namun apa yang kita peroleh dari pujian yang kita panjatkan kepada-Nya?
Apa yang Daud (juga kita) peroleh setelah mengagungkan dan memuliakan Tuhan? “Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!. Tuhan bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.” (ay. 1-2, 10)
Bila kita menyanyikan pujian yang liriknya diambil dari ayat-ayat Alkitab, kita tidak boleh mengabaikan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya supaya kita mengerti maksud dari lagu tersebut. Daud tidak basa-basi memuji Tuhan, mengapa? Ternyata jawabannya terdapat di ayat 11, “…TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat- Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!
Ternyata Daud percaya bahwa Tuhan memberikan kekuatan dan memberkati umat-Nya dengan sejahtera. Apa yang ditulis Daud secara keseluruhan di Mazmur 29? “Suara TUHAN di atas air….Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak……Suara TUHAN mematahkan pohon aras….Suara TUHAN menyemburkan nyala api….Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar….suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung….” (ay. 3-9)
Tampak jelas Daud menganggap begitu penting suara Tuhan dengan kekuatannya sehingga dia menulis sebanyak tujuh kali. Kadang suara Tuhan terdengar seperti air mendesau atau menggelegar dalam guruh (Kel. 19:19) atau angin sepoi-sepoi (1 Raja 19:12-13).
Bagaimana Adam merespons suara TUHAN? Suara TUHAN kepada Adam seharusnya telah dilanjutkan kepada Hawa bahwa mereka berdua dilarang makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat karena dapat menyebabkan mereka mati (Kej. 2:17). Namun apa yang terjadi? Hawa malah menuruti suara ular ketimbang suara TUHAN; suara ular dinomorsatukan karena dianggap cocok, benar, nikmat di mata dan di tenggorokan kemudian memberikan buah itu kepada suaminya, Adam (Kej. 3). Akibatnya, mereka diusir dari Taman Eden dan berakhir dengan kematian.
Apakah suara Tuhan hanya sebatas tujuh kali di dalam hidup Daud? Tentu tidak. Ayub yang hidup ± 1.000 tahun sebelum Daud lahir telah mendengar suara Tuhan yang gegap gempita bagaikan guruh agar semua orang mengetahui perbuatan-Nya (Ay. 37:1-7) sebab Ayub tidak percaya bahwa Allah itu ada. Akhirnya timbul pengakuan darinya bahwa matanya sendiri memandang Allah bukan sekadar mendengar dari kata orang (Ay. 42:5).
Aplikasi: mata rohani kita penting melihat Firman Tuhan dan telinga kita mendengar suara-Nya. Kapan sebenarnya Tuhan mulai bersuara?
- Sejak dari Kitab Kejadian → Allah Tritunggal berfirman/berbicara ketika menciptakan alam semesta beserta isinya termasuk manusia dari hari pertama hingga hari keenam (Kej. 1).
Di hari pertama Allah Tritunggal berfirman menciptakan terang karena Ia mengetahui kegelapan sangat menghambat apa yang akan dikerjakan oleh siapa pun. Dengan kata lain terang mutlak dibutuhkan. Mazmur 119:105 menegaskan, “ Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Jadi, (suara) Fiman ini terang dan berkarya menghasilkan alam semesta yang sangat menakjubkan terlebih ketika menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah Tritunggal (Kej. 1:26). Manusia diciptakan dan tinggal di dalam bumi untuk menikmati semua ciptaan Allah dari hari pertama hingga hari ke-6 yang semuanya baik (Kej. 1:31).
Aplikasi: hendaknya kita mengakui bahwa setiap hari adalah baik; jangan percaya dan mencari ‘hari baik’ untuk melakukan sesuatu. Dan kita perlu mendengar suara Tuhan setiap hari.
- Saat Adam jatuh dalam dosa, suara Tuhan terdengar olehnya, “Di manakah engkau? Siapakah yang memberitahukan kepadamu bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon yang Kularang engkau makan itu?” (Kej. 3:9,11) Di sinilah mulai terjadi komunikasi antara manusia dengan Allah.
Aplikasi: Tuhan dapat berbicara kepada kita melalui Firman yang kita dengar atau baca bahkan tidak menutup kemungkinan berbicara langsung kepada kita untuk menegur atau membuat kita bertobat. Jangan keraskan hati dengan menolak perkataan-Nya demi kebaikan kita sendiri.
- Tuhan berfirman/ berkata dari Kitab Kejadian sampai Kitab Maleakhi. Di kitab terakhir dari Perjanjian Lama ini Allah berbicara kepada imam-imam supaya pengajaran yang benar ada dalam mulutnya sehingga dalam damai sejahtera serta kejujuran banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan (Mal. 2:6).
- Setelah Kitab Maleakhi mengunci Perjanjian Lama, Allah tidak bersuara selama ± 400 tahun karena Allah mencintai bangsa Israel tetapi bangsa Israel tidak mencintai-Nya.
- Memasuki Perjanjian Baru, Yesus, Anak Allah, menjadi perantara-Nya berbicara banyak menggantikan nabi- nabi yang berbicara kepada nenek moyang di zaman dahulu (Ibr. 1:1-2). Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud-Nya serta menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Setelah selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi (ay. 3).
Aplikasi: kita ditopang oleh Firman Tuhan. Ilustrasi: jika kursi yang menopang kita untuk dapat duduk dengan nyaman patah, kita akan jatuh. Bila Firman Tuhan tidak menopang hidup kita, kita akan jatuh dalam dosa. Kita membutuhkan (makanan) Firman Tuhan agar kehidupan rohani kita tumbuh kuat dan sehat. Ingat, Allah tidak pernah bekerja setengah-setengah; kalau Ia menyelamatkan kita, Ia menyelamatkan kita secara utuh baik tubuh, jiwa maupun roh. Jadi, jika kita masih mudah kesal, tersinggung dll. ada kemungkinan kita mengabaikan bahkan menolak suara (Firman) Tuhan yang berbicara untuk menyucikan dosa kita dengan darah-Nya sendiri.
Firman Tuhan dalam Perjanjian Baru yang tertulis dari Injil Matius hingga Kitab Wahyu selalu menyinggung tentang Yesus. Manusia dengan kepandaiannya menyelidiki planet-planet dan makhluk yang mungkin hidup di sana bahkan menyangkal keberadaan Allah tetapi kebenaran Alkitab tetap tidak terbantahkan. Kita mau ikut yang mana? Yang atheis atau Firman Allah?
Apa yang Yesus katakan di kitab terakhir Perjanjian Baru? "Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang." (Why. 22:16)
Yesus, Sang Firman, sangat mengenal hati Daud. Ia tahu saat Daud ketakutan luar biasa karena berbuat kesalahan fatal hingga dia minta ampun agar Tuhan tidak mengambil Roh-Nya yang kudus darinya (Mzm. 51:13).
Jelas Roh Kudus bukan hanya menghibur orang-orang yang sedang berduka tetapi juga membimbing kita masuk ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Jujur, kita dapat membaca seluruh Alkitab (Kejadian – Wahyu) berulang-ulang dan mengimaninya tetapi belum tentu dapat melakukannya dengan mudah padahal iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yak. 2:17,26). Ingat, hidup kita yang sebelumnya mati dalam dosa dihidupkan oleh darah Yesus dan Firman-Nya.
Seusai Yesus bersuara, Roh Kudus didampingi oleh pengantin perempuan mengakhiri Kitab Wahyu dengan bersuara, “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah”! (Why. 22:17)
Siapa pengantin perempuan-Nya? Mereka yang berkemenangan didampingi oleh Roh Kudus. Itu sebabnya jangan menyakiti Roh Kudus yang bersuara melalui Firman Tuhan, hati nurani dan melalui peristiwa. Roh Kudus memegang peran penting dalam menentukan kita menjadi mempelai Tuhan atau tidak. Kepada jemaat Efesus dikatakan, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh….Barangsiapa menang, dia akan kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.” (Why. 2:7)
Bila sampai hari ini Tuhan Yesus belum datang, ini merupakan kesempatan bagi kita untuk mendengarkan suara- Nya. Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang masih Ia berikan untuk kita beribadah mendengarkan suara Firman-Nya. Mempelai Tuhan lebih dahulu membuktikan kepada dunia bahwa dia haus akan air kehidupan/air Firman Allah.
Kini kita tahu siapa yang memiliki “mighty voice”, yakni: Allah Bapa yang berbicara dan berkarya; Yesus – Sang Firman – yang menciptakan alam semesta beserta isinya; Roh Kudus yang berbicara memberikan kita hidup (Rm. 8:9-11), ketenangan, kesejukan, kelegaan, kebahagiaan dst. Allah Tritunggal berbicara sejak awal penciptaan, marilah kita memuliakan Tuhan, mendengarkan suara Firman-Nya juga suara Roh Kudus yang memberikan kita kekuatan dan damai sejahtera. Amin.