• NYAMAN DALAM PERLINDUNGAN TUHAN
  • Mazmur 3
  • Lemah Putro
  • 2022-07-17
  • Bapak Hari Gunawan Lianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1175-nyaman-dalam-perlindungan-tuhan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Biarlah setiap aktivitas apa pun yang kita arahkan kepada Tuhan menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Minggu-minggu ini kita mempelajari lebih dalam mengenai Kitab Mazmur dan kali ini pembahasan kita adalah Mazmur 3 yang ditulis oleh Raja Daud dengan perikop “Nyanyian pagi dalam menghadapi musuh” atau “doa pagi dalam menghadapi musuh”. 

Jujur, kita sering malas dan melupakan doa pagi dengan alasan terburu-buru tidak ada waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Beda dengan Daud yang mengutamakan hadirat Tuhan dan menyisihkan waktu di pagi hari dengan mencari serta memohon perlindungan dan pertolongan dari-Nya dalam menghadapi hari yang akan dilaluinya. Perhatikan, sehebat, sekuat, sekaya, sepandai apa pun kita, semua akan sia-sia bila Tuhan tidak menyertai dan memberikan pertolongan serta perlindungan-Nya. 

Raja Daud hebat dan selalu menang melawan musuh-musuhnya bahkan sejak muda saat menjadi gembala dia menang menghadapi singa atau beruang yang mau menerkam kambing domba ayahnya (1 Sam. 17:34-36). Dia menang sebab mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. 

Kalau begitu bagaimana kita merasa nyaman dalam perlindungan Tuhan menurut Mazmur 3?

  • Dengan menyerahkan seluruh pergumulan kita kepada Tuhan (ay. 1-3)

“Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya. Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang yang berkata tentang aku: “Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah.” Sela 

Ini merupakan jeritan hati Daud dalam pergumulan menghadapi banyaknya musuh. Kali ini dia mengalami pergumulan hebat menghadapi problem keluarga. Dapat dibayangkan sebagai raja yang tidak pernah terkalahkan, dia harus lari dari kejaran anaknya sendiri! 

Siapa Absalom ini dan mengapa dia mau membunuh ayahnya sendiri? Daud memiliki 8 istri dan 10 gundik. Absalom merupakan anak dari istri Daud yang bernama Maakha (1 Taw. 3:2). Absalom sangat marah ketika adiknya, Tamar, diperkosa oleh kakak tirinya, Amnon (2 Sam. 13). Peristiwa ini didengar oleh Daud tetapi dia tidak mengambil tindakan apa-apa pun terhadap Amnon. Absalom yang sakit hati dan membenci Amnon akhirnya memutuskan membunuh Amnon kemudian melarikan diri. Setelah tiga tahun tinggal di Gesur, Absalom kembali karena kesedihan Raja Daud terhadap kematian Amnon telah surut. Memang dendam Absalom terhadap Amnon telah terlampiaskan tetapi kebencian terhadap ayahnya yang dirasa tidak adil makin berkembang sehingga dia menghasut orang-orang Israel untuk berpihak kepadanya melawan ayahnya dan menjadikannya raja (2 Sam. 15). Mendengar hati orang Israel condong kepada Absalom, Daud melarikan diri dari Yerusalem. 

Apa yang dilakukan Daud dalam pelarian? Dia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan dan menyerahkan seluruh pergumulannya kepada-Nya. 

Aplikasi: ketika orang tua menghadapi masalah anak yang tidak dapat diatur alias durhaka atau permusuhan dalam keluarga, jangan putus asa tetapi curahkan isi hati kepada Tuhan dalam doa dan serahkan seluruh pergumulan yang dihadapi kepada-Nya. 

Daud mengaku mempunyai banyak lawan, siapa mereka? Selain menghadapi anaknya sendiri, Absalom, Daud juga menghadapi musuh antara lain: Simei yang mengutukinya tetapi Daud tidak menanggapi sumpah serapah yang berusaha menjatuhkannya (2 Sam. 16:5-8), Ahitofel yang menyuruh Absalom menghampiri gundik-gundik Daud (ay. 21-22).

Daud juga menghadapi “banyak orang yang berkata tentang dia”; dengan kata lain, dia menjadi bahan perguncingan atau gosip. 

Kenyataannya di era digital sekarang ini begitu mudah orang mengakses segala macam berita baik yang benar maupun hoaks dan gampang pula mengedarkannya. Tak sedikit pula masalah pribadi dan keluarga dicurahkan sehingga menjadi konsumsi publik. Apakah tindakan seperti ini membantu menyelesaikan masalah karena menganggap pembaca akan prihatin dan peduli? Atau malah sebaliknya, berita ini malah diviralkan menjadi ajang gosip? Demikian pula penanganan generasi Z (1995-2010) dan generasi Alfa (2010-2025) yang sudah terbiasa menggunakan gadget. Harus dipikirkan jika komunikasi dilakukan satu arah dan pembicara tidak menarik penyajiannya, mereka tidak akan fokus mendengarkan Firman Tuhan kemudian mengotak-atik HP. Akibatnya, mereka tidak menerima berkat Firman Tuhan. 

Berbeda dengan Daud yang selalu menumpahkan isi hati dan seluruh masalahnya (ancaman pembunuhan, cibiran dan gosip yang menyerang mental) dalam doa langsung kepada Tuhan. Walau mereka mencibir tidak ada pertolongan dari Tuhan, Daud tetap teguh imannya dan menaruh harapan hanya kepada Dia. 

Aplikasi: ketika kita mengalami kondisi tidak nyaman karena diimpit banyak masalah berat juga tidak mendapat penghiburan yang mengangkat semangat bahkan malah menyalahkan kita karena dianggap tidak beriman, hendaknya kita belajar tidak “melawan’ mereka seperti dilakukan oleh Daud. Kita menerimanya sebagai ujian yang harus dihadapi serta pegang janji Allah yang tidak membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita dan memberikan jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya (1 Kor. 10:13). Jangan fokus pada besar dan beratnya masalah tetapi bagaimana cara dan sikap kita menghadapi masalah tersebut! 

  • Memiliki keyakinan penuh kepada Tuhan (ay. 4-7).

“Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku. Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku dari gunung- Nya yang kudus. Sela. Aku membaringkan diri lalu tidur; aku bangun sebab TUHAN menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.” 

Daud berkeyakinan penuh dan mengekspresikannya dalam perumpamaan/metafora bahwa Tuhan adalah perisai yang melindunginya, menjawab doanya dari gunung-Nya yang kudus. Daud sangat yakin akan kekuatan Tuhan yang membuatnya nyaman di dalam perlindungan-Nya.

Daud “membaringkan diri lalu tidur” bukan berarti dia bermalas-malasan tidak melakukan apa-apa atau cuek dan apatis tetapi dia berbuat sesuatu yang menjadi bagiannya. Contoh: saat dikejar oleh Absalom, Daud mengambil tindakan dengan melarikan diri tidak mau konfrontasi dengan anaknya yang sama-sama memiliki pengikut untuk menghindari jatuhnya banyak korban. 

Aplikasi: dalam menghadapi persoalan berat sekalipun, hendaknya kita tidak berpangku tangan dan pasrah tetapi melakukan bagian kita dan selebihnya serahkan kepada Tuhan dan yakini bahwa kuasa pertolongan-Nya lebih besar daripada persoalan yang kita hadapi. 

  • Mengalami penggenapan janji dari Tuhan (ay. 8-9)

“Bangkitlah TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku1 Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku dan mematahkan gigi orang-orang fasik. Dari Tuhan datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-mu! Sela” 

Terbukti Tuhan menyelesaikan masalah dan memberikan kelegaan atas semua persoalan yang menimpa Daud (juga kita) dan berkat-Nya turun atas umat-Nya. 

Persoalan apa pun boleh menimpa kita namun kita harus tahu bagaimana menghadapinya yakni: jangan mengandalkan kehebatan dan kemampuan diri sendiri tetapi libatkan Tuhan dalam masalah kita dengan makin bertaut kepada-Nya, berdoalah dengan tekun dan yakinlah bahwa Ia pasti menggenapi janji-Nya sehingga kita nyaman di dalam perlindungan-Nya. Amin.