• MENGHARGAI KEMATIAN YESUS
  • Lukas 23:50-56b
  • Lemah Putro
  • 2022-05-29
  • Pdm. Budy Avianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1139-menghargai-kematian-yesus-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita layak bersyukur telah diselamatkan oleh Tuhan dan menjadi milik-Nya. Ia berjanji dunia tidak dapat merebut kita asal kita tetap berpaut kepada-Nya. Biarlah Roh Kudus bekerja sehingga kita mengerti bahwa Firman Tuhan berkuasa memerdekakan kita dari ikatan dosa dan kesalahan untuk tidak lagi mengulanginya.

Firman Tuhan yang terdapat dalam Injil Lukas 23:50-56b menekankan agar kita menghargai kematian Yesus. Apakah semua orang menghargai-Nya ketika Ia masih hidup? Ternyata pemimpin-pemimpin agama (imam-imam kepala, tua-tua bangsa Yahudi, kepala-kepala pengawal Bait Allah) malah mencari kesempatan untuk membunuh Yesus. Bahkan murid-murid yang selalu ikut menyaksikan mukjizat-mukjizat yang diperbuat-Nya lari meninggalkan- Nya saat Ia ditangkap. Lebih parah lagi, satu murid-Nya, Yudas Iskariot, menjual-Nya dan murid lainnya yang senior, Petrus, menyangkal Dia. Dapat dibayangkan jika selama masih hidup saja mereka tidak menghargai Yesus apalagi menghargai kematian-Nya?

Perlu diketahui Yesus mati di saat memasuki persiapan Sabat yang mana peraturan Taurat melarang adanya kegiatan di hari Sabat. Dapat dipastikan jasad Yesus akan diturunkan dan dilempar di tempat Tengkorak serta dibiarkan tulang-tulang-Nya nanti berserakan di tempat itu. Hukuman salib merupakan hukuman kejam yang mana manusia disiksa hidup-hidup bahkan Alkitab sendiri mengatakan terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib (Gal. 3:13).

Masihkah ada orang menghargai kematian Yesus di menit-menit terakhir memasuki Sabat? Yusuf, anggota Majelis Besar, yang baik lagi benar (Luk. 23:50). Sebenarnya dia juga melihat saat Yesus diadili di hadapan Pilatus oleh sebab para pemuka agama sengaja mencari-cari kesalahan-Nya. Pilatus sendiri mengakui bawa Yesus tidak bersalah (ay. 4,14) juga Herodes mengatakan bahwa tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya setimpal dengan hukuman mati (15). Yusuf dari Arimatea ini tidak setuju dengan keputusan dan tindakan Majelis yang tidak adil dalam menangani kasus Yesus. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa ketika pimpinan agama dan rakyat yang berkumpul berteriak-teriak meminta Barabas, seorang pemberontak bahkan pembunuh yang divonis hukuman mati, justru dilepaskan (ay. 18-19). Jelas ini merupakan pengadilan rakyat dan Yusuf Arimatea menyaksikan peristiwa ini.

Siapa Yusuf dari Arimatea ini dan bagaimana karakternya?

  • Dia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi (Yoh. 19:38). Ternyata Allah masih menyimpan murid walau murid-murid lain meninggalkan Yesus. Yusuf baru muncul setelah Yesus mati dan dia diberi kekuatan serta kemampuan untuk menghadap Pilatus meminta jenazah Dia bertindak di saat injury time – di saat-saat terakhir dia mengalahkan ketakutan dan mengambil keputusan yang berani untuk mengambil/menurunkan jasad Yesus; jika tidak, ia akan terlambat karena sudah masuk hari Sabat. Terbukti dia sangat menghargai kematian Yesus dan berupaya menurunkan jasad-Nya untuk dikuburkan. Walau ada perasaan takut, dia telah belajar tentang kebenaran Firman Tuhan dan tahu bahwa tindakannya kurang tepat bila membiarkan jenazah Yesus dibiarkan tergantung di kayu salib. Jelas, dia tampil pada waktu yang tepat untuk menghargai kurban Kristus.
  • Dia seorang yang baik dan benar.

Benarkah ada orang baik dan benar di dunia ini? Rasul Paulus yang dipakai Tuhan luar biasa menegaskan bahwa tidak ada seorang pun baik dan benar (Rm. 3:10, 12). Kalau seseorang menjadi baik itu karena ada Orang yang menanggung ketidakbaikannya; demikian pula orang menjadi benar oleh karena penebusan dalam Kristus Yesus (ay. 24).

Rasul Paulus mengakui bahwa di dalam dirinya tidak ada yang baik. Kalaupun dia memikirkan yang baik, faktanya yang dilakukannya malah yang jahat. Dia sadar semua ini karena dosa yang diam di dalamnya sehingga dia mengeluh dan putus asa tidak dapat mengendalikan dirinya (Rm. 7:18-20). Dia tidak berdaya menghadapi dosa. Bukankah Adam-Hawa kehilangan kemuliaan Allah dan diusir keluar dari Taman Firdaus bahkan keturunannya selalu cenderung berbuat jahat (Kej. 6:5)? Dosa dari nenek moyang ini dibawa turun temurun hingga generasi sekarang membuat manusia tidak berdaya untuk berbuat baik. Konsekuensinya, tinggal satu langkah lagi manusia berdosa yang terikat dalam tubuh maut (Rm. 7:24-25) dilempar ke lautan api dan belerang (Why. 20:10).

Satu-satunya jalan keluar bagi manusia berdosa ialah pengurbanan Yesus (yang tidak bersalah) disalib demi memikul dosa manusia. Saulus muda yang sadar sebagai manusia celaka karena perbuatannya yang jahat bertobat setelah pertemuannya dengan Yesus lalu dipenuhi Roh Kudus dan dibaptis. Dia diperbarui hidupnya, kalau sebelumnya dia tidak mampu menghadapi dosa, sekarang dia bangkit oleh pertolongan Roh Kudus menjadi Paulus yang dipakai luar biasa oleh Tuhan.

Apa yang harus kita perbuat sebagai ucapan syukur dan penghargaan kita terhadap pengurbanan-Nya? Kita tidak jemu-jemu berbuat baik terhadap semua orang terutama kepada kawan seiman karena kita akan menuai hasilnya (Gal. 6:9-10). Ingat, semua perbuatan kita dicatat di dalam kitab (Why. 20:12).

Apa kriteria seseorang disebut baik?

♦. Baik Kebaikan dimulai dari hati yang sudah diperbarui sehingga tidak lagi munafik seperti dilakukan oleh orang-orang Farisi yang melakukan kebaikan supaya dilihat orang dan mendapat pujian.

♦. Jujur.

♦. Berguna, tidak hidup untuk diri sendiri tetapi juga memerhatikan kepentingan orang lain.

♦. Suka memberi sebab apa pun yang dimiliki hanyalah “titipan” dari Tuhan.

Yusuf memenuhi kriteria orang baik. Apa yg dia lakukan?

Dia meminta jenazah Yesus untuk dikuburkan menurut adat orang Yahudi. Dia membeli (dengan uang sendiri) kain lenan dan rempah-rempah untuk mengapani mayat Yesus dan membaringkan-Nya di kuburan miliknya yang masih baru (Mat. 27:60) di mana belum pernah dibaringkan mayat sebelumnya (ay. 53). Dia berguna dan berani menempuh bahaya.

Introspeksi: apakah kita yang sudah diselamatkan dan diberkati hanya hidup untuk diri sendiri atau memerhatikan kepentingan orang lain yang membutuhkan? Sudahkah hidup kita berguna bagi Tuhan dengan melayani-Nya serta berdampak bagi orang-orang di sekitar kita?

Yusuf juga orang benar karena dia tidak setuju dengan keputusan dan tindakan Majelis yang tidak adil. Hati nuraninya memberontak terhadap ketidakadilan walau saat itu dia belum berani terang-terangan memprotes.

Yusuf menjadi orang benar karena ada Orang benar yang mati baginya. Siapakah Orang benar ini? Kepala pasukan Romawi (orang kafir) yang melihat detik demi detik bagaimana Yesus diperlakukan tidak manusiawi hingga kematian-Nya kemudian memuliakan Allah dan mengaku bahwa Yesus adalah orang benar (Luk. 23:47). Yesus, Orang benar, dihina, diremukkan dan menyerahkan diri-Nya sebagai kurban penebus salah (Yes. 53:5- 6, 10-11).

Perhatikan, tidak ada orang baik dan benar di luar Tuhan. Kematian Yesus telah membenarkan kita, apa tindakan kita selanjutnya dalam menghargai Dia? Kita harus suka membaca Injil yang menyelamatkan supaya hidup oleh iman (Rm. 1:16-17). Bukankah iman diperoleh dengan mendengar Firman Kristus (Rm. 10:17)? Jadi, setelah menjadi orang benar, kita suka bergaul dengan Yesus yang adalah kebenaran itu sendiri (Yoh. 14:6). Jangan sudah menjadi orang baik dan benar tetapi tidak beriman sebab malah memilih bergaul dengan orang-orang duniawi yang dapat mengontaminasi iman kita!

Salah satu ciri murid Yesus ialah suka membaca Injil (Firman Tuhan) sehingga mengetahui kebenaran yang akan memerdekakannya (Yoh. 8:31-32). Berbahagialah mereka yang suka mendengarkan, menyimpan dan melakukan Firman-Nya (Why. 1:3). Sebaliknya, jangan seperti pemimpin-pemimpin agama yang tidak hidup dalam kebenaran walau mengaku anak-anak Abraham (Yoh. 8:33-38); akibatnya mereka mau membunuh Yesus.

Aplikasi: kita yang telah dimerdekakan dari belenggu dosa hendaknya menghargai kematian Yesus dengan suka bergaul dengan Firman kebenaran sehingga iman kita bertumbuh menjadi pengharapan dan kehidupan kita terus menerus disucikan untuk dapat mengasihi Dia dan mengasihi sesama.

  • Dia menanti-nantikan Kerajaan Allah.

Setelah dikubur, Yesus bangkit pada hari ketiga dan masih berada di bumi selama 40 hari mengabarkan Kerajaan Allah kemudian Ia diangkat ke Surga dan berjanji akan datang kembali.

Yusuf, orang benar, menantikan kapan Yesus datang kembali. Namun tidak ada seorang pun tahu kapan Ia datang kembali. Kenyataannya, berita kedatangan-Nya telah dikumandangkan lebih dari 2.000 tahun lalu tetapi sampai sekarang tidak ada perubahan yang signifikan.

Bagaimanapun juga kita harus tetap beriman menantikan kedatangan-Nya dan bersikap seperti hamba yang berjaga-jaga dan siap melayani ketika sewaktu-waktu tuannya datang (Luk. 12:36-37). Jangan malah bersikap seperti murid-murid Yesus yang tertidur ketika disuruh berdoa sementara Yesus sendiri bergumul menghadapi penderitaan disalib. Kemudian Yesus menasihati mereka supaya berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan (Mat. 26:41; Mrk. 14:38).

Introspeksi: apakah kita suka berdoa sebagai tindakan berjaga-jaga? Kalau tidak, ditakutkan ketika Ia mendadak datang kita tidak memerhatikan pakaian (perbuatan baik) kita bahkan dalam kondisi telanjang (Why. 16:15). Ilustrasi: pencuri masuk ke rumah tanpa pemberitahuan lebih dahulu tetapi menunggu pemilik rumah lengah.

Sekarang kita mengetahui bagaimana menghargai kematian Yesus, yaitu: suka melayani, hidup berguna bagi orang lain, suka memberi, imannya bertumbuh terus sebab mencintai kebenaran hingga mencapai pengharapan dan kasih. Selain itu kita berjaga-jaga dengan suka berdoa juga menjaga perilaku kita untuk tidak hidup sembrono hingga saat Tuhan datang kembali kita siap menyambut Dia untuk berbahagia tinggal bersama-Nya selamanya. Amin.