• MENGHARGAI KEMATIAN YESUS (JOHOR)
  • (Lukas 23:50-56b)
  • Johor
  • 2022-05-29
  • Bapak Hari Gunawan Lianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1137-menghargai-kematian-yesus

 

Shalom,

Berkaitan dengan tema “Menghargai Kematian Yesus”, kita perlu mengerti arti kata dari “menghargai” yaitu tidak menganggap seseorang atau sesuatu itu sepele atau memandang sebelah mata tetapi kita menghormati, mengindahkan dan memandang penting orang/sesuatu itu. Contoh: setiap negara mempunyai peraturan sendiri dalam berlalu lintas. Peraturan lalu lintas di Indonesia berbeda dengan peraturan lalu lintas di Sydney. Ada peraturan tertulis dan tidak tertulis yang patut dipatuhi. Umumnya peraturan lalu lintas di Sydney lebih tertib diberlakukan. Pengendara mobil harus tahu kapan memberi kesempatan kepada pengendara lain atau mendahulukan penyeberang jalan kaki apalagi di school zone, kecepatan pengemudi hanya 45km/jam. Jika peraturan ini dilanggar, pengemudi langsung kena surat denda melalui jepretan kamera yang dipasang di tempat- tempat tertentu. Mengapa peraturan ini begitu ketat? Masyarakat diajar untuk menghargai keselamatan pengguna jalan raya: keselamatan pengemudi, pejalan kaki, anak sekolah dll. Kalau peraturan lalu lintas ini dipatuhi dengan tepat, semua akan menjadi indah, tertib dan minim kecelakaan.

Bagaimana kita menghargai alias tidak menganggap enteng kematian Yesus menurut Injil Lukas 23:50-56b? “Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti- nantikan Kerajaan Allah. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu di mana belum pernah dibaringkan mayat. Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah- rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat,”

Siapa sosok Yusuf dari Arimatea yang muncul setelah penyaliban Yesus dan proses penguburan Yesus?

  • Dia adalah anggota Majelis Besar yang terkemuka (Mrk. 15:43).
  • Seorang yang baik dan benar.
  • Dia tidak setuju dengan keputusan majelis tentang penyaliban Yesus.
  • Dia menanti-nantikan Kerajaan Allah.
  • Dia kaya dan menjadi murid Yesus (Mat. 27:57; 19:38).

Dari keterangan di atas, Yusuf bukan orang biasa tetapi memiliki status sosial tinggi yang tentu mempunyai kuasa dan pengaruh besar. Dari sisi rohani, dia juga murid Yesus dan menantikan Kerajaan Allah. Singkatnya, kehidupan jasmani maupun rohaninya cukup bagus.

Dikatakan bahwa Yusuf menantikan Kerajaan Allah yang belum pernah dilihatnya tetapi kenyataannya dia tidak melihat itu di dalam pribadi Yesus yang mati disalib. Dia hanya melihat sosok Yesus yang terbujur kaku. Dia tidak melihat takhta kerajaan dan kemuliaannya. Dia juga tidak melihat mahkota kerajaan melainkan mahkota duri di kepala Yesus. Dia menantikan Mesias seperti orang Yahudi lainnya yang datang dalam kemuliaan-Nya tetapi yang dilihat justru Yesus dalam kesengsaraan, bermahkota duri dan luka-Nya. Herannya, ketika dia melihat luka, darah, bilur dan kematian Yesus, justru timbul keberanian dan semangat untuk menampilkan diri padahal selama itu dia selalu sembunyi-sembunyi dari Majelis Agama Yahudi. Kalau dia menampilkan diri sebagai pengikut Kristus, konsekuensinya sangat besar namun dia tidak menghiraukan risiko dan menghadap wali negeri, Pilatus, untuk meminta mayat Yesus agar dikuburkan dengan baik sebab dia menghormati kematian-Nya.

Sebenarnya sikap macam apa yang dimiliki oleh Yusuf dari Arimatea ini?

  • Dia memiliki sikap yang baik dan benar (ay. 50).

Walau kaya, berstatus sosial tinggi dan memiliki kuasa dan pengaruh besar, dia mempunyai karakter baik dan benar. Dia juga murid Yesus berarti dia sudah mendengar pengajaran yang disampaikan Yesus.

Sebagai murid Yesus, tentu karakter baik dan benar ini terbentuk karena pekerjaan Firman Tuhan yang mengubah hidupnya. Apa buktinya dia bersifat baik dan benar? Dia tidak setuju dengan keputusan dan tindakan majelis itu. Apa alasannya?

Ternyata Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus; bahkan dia mengatakan hal itu sampai tiga kali (Luk. 23:4,1422) tetapi dia tidak berani mengambil keputusan melawan arus karena massa yang berkumpul berteriak dan meminta Yesus disalibkan. Pilatus kalah suara dengan mereka.

Apa yang mendorong Yusuf tidak setuju dengan keputusan dan tindakan Majelis? Orang yang baik dan benar akan selalu melihat suatu persoalan dari kacamata hati nurani yang baik dan benar. Sebaliknya, orang yang memiliki hati tidak baik dan tidak benar akan melihat sesuatu juga dari kacamata hati yang tidak baik dan tidak benar. Misal: kalau kita punya hati selalu penuh curiga, kita pasti menilai seseorang dengan rasa curiga, apa pun yang diperbuat olehnya kita menafsirkan dengan kacamata curiga kita.

Aplikasi: kita harus belajar bagaimana memiliki sikap dan sifat yang baik dan benar untuk dapat menilai seseorang/sesuatu dengan proporsional dan objektif. Kita juga harus berani “tampil beda” dan berani mengambil risiko untuk menyatakan kebenaran walau harus melawan arus dari mayoritas. Jujur, bukankah kita menjadi ciut hati dan kalah suara untuk menyatakan kebenaran sesuai dengan Firman Tuhan karena takut ketika berhadapan dengan massa?

  • Dia memiliki sikap menantikan Kerajaan Allah.

Yusuf yang menantikan Kerajaan Allah di dalam pribadi Yesus harus menghadapi kenyataan melihat Yesus dengan luka sekujur tubuh dan mahkota duri di kepala-Nya yang membawa-Nya kepada kematian. Apakah dia kecewa atau patah semangat? Tidak.

Kalau begitu apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah yang dinanti-nantikan oleh Yusuf? Sebagai murid Yesus, dia pasti pernah mendengar ajaran Gurunya yang mengatakan, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Mat. 12:28)

Dari perkataan Yesus, Yusuf memaknai bahwa Yesus merupakan manifestasi atau gambaran dari Kerajaan Allah itu sendiri. Yusuf Arimatea yang menantikan Kerajaan Allah sebenarnya sudah melihatnya di dalam Pribadi Yesus yang lahir, melakukan pelayanan disertai mukjizat-mukjizat, mati dan bangkit dan mengarah kepada Kerajaan Allah yang akan datang dan bersifat kekal.

Aplikasi: kita yang juga menantikan kedatangan Kerajaan Allah hendaknya tetap memandang Yesus yang akan datang kembali sebagai Raja di atas segala raja.

Untuk layak tinggal di dalam Kerajaan Allah, kita harus menjadi warga Kerajaan-Nya. Untuk itu diperlukan karakter (2 Tes. 1:2-5):

⊕. Tabah dan iman yang kuat dalam menghadapi penganiayaan dan penindasan oleh karena Kristus (ay. 4).

⊕. Selalu mengucap syukur kepada Allah (ay. 3).

⊕. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kita (ay. 2). Artinya hidup kita selalu di dalam penyertaan Tuhan dalam kondisi apa pun.

 

  • Dia memiliki keberanian (Luk. 23:53).

Dengan posisinya sebagai orang penting/terkemuka, Yusuf berani menanggung risiko menghadap Pilatus untuk meminta mayat Yesus diturunkan dan dikuburkan. Tentu ada konsekuensi yang harus ditanggung karena dia dianggap bersekongkol dengan terpidana mati. Nama baiknya dipertaruhkan sebab Majelis Besar memusuhi Yesus tetapi dia justru mau merawat mayat Yesus.

Perlu diketahui tempat di mana Yesus disalibkan dinamakan Tengkorak karena kebanyakan mayat-mayat dari penjahat yang mati disalib di bukit itu dibiarkan saja tidak dikuburkan. Kalau ada yang menurunkan berarti dia adalah temannya. Yusuf Arimatea tidak mau mayat Yesus dibiarkan tidak terurus seperti mayat penjahat- penjahat terpidana mati walau dengan risiko direndahkan teman-teman sejawatnya di Majelis karena hukum Taurat mengatakan orang yang terkena mayat akan najis tujuh hari lamanya (Bil. 19:11). Semua ini dilakukannya sebab dia menghargai kematian Yesus.

Selain berani mengambil risiko dia juga berani berkorban. Dia membeli kain lenan untuk mengapani mayat Yesus dan mengeluarkan uang untuk keperluan lain dalam melakukan prosesi pemakaman.

Jujur, dalam pelayanan yang paling susah adalah ketika harus keluar uang. Kita senang menerima uang tetapi tidak gampang mengeluarkannya untuk berkurban.

Dia juga berani mengutamakan Yesus. Buktinya? Yesus dimakamkan di kubur baru yang belum pernah dipakai sebelumnya dan kubur ini adalah miliknya (Mat. 27:60) sebab tidak mungkin mayat Yesus dikuburkan di kuburan orang lain tanpa izin. Yusuf telah mempersiapkan kuburan bagi kematiannya sendiri tetapi dia memilih mengutamakan Yesus dan membaringkan mayat-Nya di dalam kuburannya.

  • Dia menghargai hari Sabat.

Dia tahu mayat Yesus harus segera diturunkan dan dikuburkan karena persiapan hari Sabat hampir mulai. Dia juga tahu hukum Taurat melarang orang bekerja pada hari Sabat. Oleh sebab itu dia menurunkan mayat Yesus, mengapani, memberi rempah-rempah dan menguburkan-Nya sebelum Sabat tiba.

Bicara mengenai Sabat, kalender orang Yahudi menentukan hari baru dimulai sore hari (pkl. 18:00) berbeda dengan kalender kita yang mana hari berganti setelah pukul 24.00. Itu sebabnya kematian Yesus berlangsung tiga hari dengan perincian: Yesus mati di hari Jumat (pkl. 15:00) dan sore itu (pkl. 18:00) sudah masuk hari Sabat berarti sudah satu hari, kemudian hari Sabtu sampai pkl 18:00 merupakan hari kedua dan Sabtu sore sampai hari Minggu merupakan hari ketiga. Jadi Yesus mati pada Jumat Agung dan bangkit pada Minggu Paskah.

Yusuf bekerja cepat dengan menurunkan dan menguburkan Yesus tepat sebelum hari Sabat mulai sehingga dia bersama perempuan-perempuan yang ikut serta melihat kubur Yesus tidak melanggar peraturan Sabat (ay. 56b).

Sesungguhnya kurang lengkap kalau kita hanya menghargai kematian Yesus sebab pengajaran kematian, kebangkitan dan kemuliaan merupakan satu kesatuan dalam keimanan kita. Mengapa? Kematian Yesus bertujuan mengampuni dosa seluruh umat manusia yang percaya kepada-Nya. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Yesus ajaib dan dahsyat (1 Kor. 15:14) sebab tanpa kebangkitan-Nya kita masih hidup dalam dosa dan berakhir dengan kebinasaan (ay. 17-18). Kemudian kita yang diselamatkan hidup dalam kebenaran sambil menantikan kedatangan Yesus kedua kalinya dalam kemuliaan (Mat. 24:30).

Marilah kita menghargai kematian Yesus dengan bersikap baik dan benar yang diperoleh dari pengajaran Firman Tuhan, berani tampil beda melawan arus massa demi kebenaran dan menantikan kedatangan Yesus, Raja segala raja dalam kemuliaan kekal-Nya. Kerinduan ini membuat kita membarui kekuatan kita untuk tetap setia dalam mengiring Yesus sampai Dia datang kembali. Amin.