Pilihan Atas Dasar Kasih Karunia (Efesus 1:4-6)

Pdm. Markus Budi Rahardjo, Minggu, Lemah Putro, 11 Februari , 2018

Shalom,

Percayakah Anda bahwa kita selalu diperhadapkan dengan suatu pilihan? Terbukti dalam aktivitas sehari-hari mulai dari bangun tidur sampai malam hari kembali istirahat tidur kita tidak lepas dari pilihan yang harus kita putuskan, misal: memilih lauk-pauk yang disiapkan di meja makan, baju yang dipakai untuk kerja, jalan mana yang tidak macet menuju tempat kerja dst. sementara ibu rumah tangga pusing mau belanja apa untuk menu hari itu belum lagi memutuskan pilihan-pilihan lain (dengan dasar pemikiran sederhana) berkaitan dengan kehidupan rumah tangga. Untuk perencanaan lebih besar seperti membangun kehidupan berumah tangga, dibutuhkan keputusan lebih matang dan rumit dalam memilih pasangan hidup yang memenuhi kriteria bobot (mutu/kualitas diri), bibit (asal usul keturunan), bebet (status sosial, kesiapan memberi nafkah keluarga). Dalam dunia kerja, penerimaan pegawai baru harus memenuhi kriteria dan persyaratan sesuai usia, kemampuan, pengalaman dsb. Makin penting jabatan yang dipilih, makin banyak persyaratan yang harus dipenuhi, misal: pemilihan calon kepala negara harus melalui tahapan seleksi yang cukup panjang.

Alkitab juga memberi contoh tentang pemilihan yaitu: ketika Saul ditolak sebagai raja oleh TUHAN karena ketidaktaatan, Samuel diperintahkan untuk pergi mengurapi calon raja Israel pengganti Saul. Dengan alasan mempersembahkan kurban kepada TUHAN, Samuel datang ke kota Betlehem dan mengundang Isai beserta anak-anaknya ikut upacara pengurbanan itu. Ketika mereka datang, Samuel melihat Eliab yang berperawakan tinggi dan berpikir Eliab merupakan orang yang dipilih TUHAN tetapi firman-Nya, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata tetapi Tuhan melihat hati.” Abinadab dan Syama juga tidak dipilih TUHAN hingga ketujuh anak Isai lewat di depan Samuel, semuanya tidak dipilih oleh-Nya. Akhirnya Isai memanggil anak bungsunya, Daud yang sedang menggembalakan kambing domba. Daud kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman kepada Samuel, “Bangkitlah, urapilah dia sebab inilah dia.” (1 Sam. 16:6-12)

Terbukti pilihan atas Daud tidak didasarkan penampilan luar seperti kakak-kakaknya, dia hanya penggembala domba sederhana tetapi TUHAN melihat kedalaman hatinya. Rasul Paulus pernah mengatakan, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.” (1 Kor. 1:27)

Bagaimana dengan Firman Tuhan berkaitan dengan pemilihan kita? Efesus 1:4 menuliskan, “Sebab di dalam Dia Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”

Sangat jelas disebutkan bahwa pemilihan kita tidak dilakukan oleh siapa pun kecuali Allah di dalam Kristus Yesus bahkan waktu pemilihannya pun ditentukan oleh-Nya yaitu sebelum dunia dijadikan. Ini merupakan hak prerogatif Allah dalam menentukan waktu bagi seseorang karena Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Phk. 3:11a). Dengan kata lain, manusia boleh merencanakan segala sesuatu tetapi tetap Allah yang menentukan semuanya.

Pilihan atas hidup kita merupakan kedaulatan Allah, bukan berdasarkan kriteria (gagah, kuat, terampil, pandai, kaya dll.) yang kita miliki yang dapat menguntungkan pemilihnya namun pilihan Allah justru menguntungkan kita yang dipilih-Nya.

Bagaimana Allah memilih kita? Efesus 1:5-6 menuliskan, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia yang dikaruniakan-Nya kepa-da kita di dalam Dia yang dikasihi-Nya.” Sangat jelas, Allah memilih kita berdasarkan kasih karunia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “kasih karunia” mempunyai arti:

- Anugerah (grace),

- Pemberian dengan cuma-cuma/tanpa pamrih,

- Hadiah,

- Kebaikan Allah,

- Kemuruhan hati.

Dalam bahasa Yunani, “kasih karunia” = charis berarti kesukaan atau berkat. Di dalam kasih karunia, tidak ada unsur usaha manusia sedikit pun tetapi sepenuhnya merupakan karya Allah. Ingat, karena kasih karunia kita diselamatkan oleh iman bukan dari hasil usaha kita tetapi pemberian Allah semata (Ef. 2:8).

Beberapa alasan mengapa Allah memilih kita, antara lain:

  • Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa tetapi semua orang berbalik dan bertobat (2 Ptr. 3:9b).

Allah tetap konsisten dengan pilihan-Nya. Walau manusia sudah jatuh dalam dosa dan jauh dari Allah, Ia berinisiatif manusia kembali kepada-Nya dan ini dibuktikan melalui pengur-banan Putra tunggal-Nya seperti tertulis dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Yesus telah menawarkan keselamatan kekal melalui pengurbanan diri-Nya mati disalib, jangan pernah menolak tawaran-Nya karena bisa berakibat fatal, kita binasa selamanya.

  • Tuhan ingin tinggal bersama manusia untuk selama-lamanya (1 Tes. 4:17).

“Sesudah itu kita yang hidup, yang masih tinggal akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”

Perhatikan, dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh. 2:17). Sama seperti Firman Allah itu kekal maka orang yang melakukan Firman Allah juga akan mengalami kekekalan.

  • Tuhan mau umat pilihan-Nya memuliakan Dia (1 Kor. 6:19-20).

“Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu dan dengan rohmu yang kedua-duanya milik Allah (glorify God in your body and in your spirit which are God’s).”

Sering kali kita tidak menyadari bahwa hidup yang sudah menjadi milik Allah kita pakai untuk kepentingan diri sendiri, kita menomorduakan Tuhan dan mempersembahkan hidup bukan sepenuhnya tetapi hanya sisa-sisanya bahkan memberi kurban ala kadarnya.

Kalau kita menyadari bahwa Allah memilih kita oleh karena kasih karunia-Nya, bukan karena kriteria yang kita miliki, sudah selayaknya kita mengucap syukur kepada-Nya, menghargai pilihan-Nya, mempersembahkan hidup kita untuk memuliakan Nama-Nya dan selalu siap melayani Dia. Amin.