• MASIHKAH BERIMAN SAAT YESUS DITOLAK? (2) - JOHOR
  • Lukas 23:1-25
  • Johor
  • 2022-05-08
  • Pdm. Kasieli Zebua
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1122-masihkah-beriman-saat-yesus-ditolak-bagian-2

Shalom,

Kita patut bersyukur masih diperkenan datang kepada Tuhan dengan berkumpul untuk beribadah dan mendengarkan Firman-Nya. Marilah kita terus belajar tentang Firman Tuhan juga bagaimana sikap dan komitmen kita kepada Kristus ketika mendengarkan Firman dengan tema yang sama seperti minggu lalu yaitu “Masihkah Beriman Saat Yesus Ditolak?”.

Kita mempelajari lebih lanjut apa yang dialami oleh Yesus tentang penolakan yang terjadi pada diri-Nya dan bagaimana kita bersikap, apakah kita tetap beriman kepada-Nya.

A.    Fakta penolakan terhadap Yesus. Siapa yang menolak Yesus dan apa alasan mereka menolak Dia?

Yang menolak Yesus adalah para tua-tua orang Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Mereka membawa Yesus ke Mahkamah Agama untuk disidang (Luk. 22:66). Setelah sidang selesai, Yesus dibawa ke Gubernur Pilatus yang mendapati Dia tidak bersalah (Luk. 23:1,4).

Ketika Pilatus mengetahui Yesus adalah orang dari Galilea wilayah Herodes, dia mengirim Yesus ke Herodes untuk diadili (ay. 6-7). Herodes juga tidak menemukan apa pun yang dilakukan-Nya setimpal dengan hukuman mati (ay. 15) tetapi dia dan pasukannya menista serta mengolok-olok Yesus bahkan mengenakan jubah kebesaran kepada- Nya (ay. 11).

Kemudian Yesus dikirim kembali ke Pilatus dan dia mengumpulkan imam-imam kepala, pemimpin-pemimpin serta rakyat (ay. 13). Sekali lagi dia mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah (ay. 14) tetapi dia akan menghajar lalu melepaskan-Nya sebab ia wajib melepaskan seorang pada hari raya itu (ay. 16-17).

Apa reaksi rakyat mendengar perkataan Pilatus? Mereka berteriak bersama-sama, “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!” (ay. 18) Ternyata selain pemimpin-pemimpin agama, rakyat yang kumpul waktu itu juga menolak Yesus.

Ironis, walau sudah diputuskan di pengadilan bahwa Yesus tidak pantas menerima hukuman setimpal hukuman mati, Ia tetap dihukum mati. Sekalipun mereka tahu bahwa Yesus adalah orang benar dan tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan kepada-Nya, Ia tetap disalib. Jelas, ini penolakan yang luar biasa dan tidak ada keadilan di sini. Pilatus sebagai wakil dari pemerintahan pun tidak berdaya meskipun dia mempunyai kuasa sebab ada ketakutan di dalam dirinya berkaitan dengan kedudukannya. Kalau dia tetap membebaskan Yesus, dia dianggap melawan Kaisar (Yoh. 19:12). Pilatus akhirnya mengikuti tuntutan rakyat sekalipun dia tahu Yesus tidak bersalah.

Apa alasan mereka menolak Yesus? Mereka mengajukan tuduhan palsu terhadap Yesus (Luk. 23:2) seperti:

  • Ajaran Yesus menyesatkan.
  • Melarang membayar pajak kepada Kaisar. Kenyataannya, Yesus menunjuk gambar dan tulisan yang tertera di uang satu dinar kemudian menegaskan memberikan kepada kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah (Luk. 20:24-25). Ia sendiri juga membayar pajak dengan menyuruh Petrus memancing ikan dan mengambil uang yang ada di dalam mulut ikan untuk membayar pajak (Mat. 17:24-27).
  • Mengaku diri-Nya adalah Kristus yaitu Raja. Kenyataannya dari mulut Yesus sendiri tidak pernah keluar perkataan bahwa Ia adalah Raja tetapi Ia mengonfirmasi pertanyaan Pilatus “Engkaukan Raja orang Yahudi?” (Luk. 23:3)

Tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada Yesus terbukti tidak benar dan dari pemeriksaan disimpulkan bahwa Yesus tidak bersalah.

Pertanyaan: bagaimana sikap kita jika diperhadapkan pada situasi yang sama yaitu lingkungan/mayoritas yang menolak Yesus? Apakah kita tetap beriman kepada Tuhan dan berpegang pada kebenaran walau semua orang menolak Dia dan kebenaran serta keadilan dilecehkan?

B.    Sikap terhadap Yesus yang ditolak (Luk. 23:4, 13-17).

Alkitab memberikan beberapa contoh sikap yang benar ketika semua orang menolak kebenaran, yakni:

  • Nuh (Kej. 6:1-12; 24:37-39).

Nuh hidup di tengah-tengah orang-orang yang menolak kebenaran, tidak menghormati Allah dan melakukan apa yang mereka inginkan. Dia hidup di tengah-tengah orang-orang yang hidup nikahnya rusak dan kejahatan yang makin memuncak sehingga Allah mau menghapuskan mereka dari muka bumi.

Kontras dengan kehidupan mereka, Nuh hidup benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Dia memiliki istri satu, tiga anak (Sem, Ham dan Yafet) yang masing-masing juga beristri satu. Total mereka sekeluarga berjumlah 8 orang. Walau termasuk kaum minoritas, mereka tetap mempertahankan hidup yang benar di hadapan Tuhan. Tentu hal ini tidak mudah untuk hidup di tengah-tengah kondisi seperti itu.

  • Yosua (Yos. 24:15).

Di masa tuanya, Yosua mengumpulkan seluruh pemimpin orang Israel dan suku-suku Israel lalu mengingatkan bagaimana asal mula mereka menetap di tanah Kanaan. Dijelaskan bahwa nenek moyang mereka sebelumnya tinggal di seberang Sungai Efrat dan mereka menyembah berhala. Kemudian Allah memanggil Abraham untuk membawa mereka ke tempat yang sekarang mereka diami dan menjadi bangsa yang besar. Diceritakan pula bagaimana Tuhan menolong mereka keluar dari perbudakan Mesir sampai mereka menduduki Tanah Kanaan setelah mengalahkan suku dan bangsa yang mendiami Kanaan. Lelbih lanjut dia mengingatkan mereka supaya tidak menyembah berhala sebab hati mereka tidak lagi berpaut kepada Tuhan. Katanya, “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Terbukti setelah Yosua meninggal, mereka dengan mudahnya meninggalkan Tuhan.

  • Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Dan. 3:16-19).

Raja Nebukadnezar mendirikan patung emas dan memerintahkan semua orang yang berada di wilayah kekuasaannya menyembah patung itu. Siapa yang melanggar perintahnya akan dilemparkan ke perapian yang menyala-nyala. Namun anak-anak muda yang ditawan ke pembuangan – Sadrakh, Mesakh dan Abednego – tidak menyembah patung tersebut saat bunyi-bunyian musik diperdengarkan dan tindakan mereka dilaporkan ke Nebukadnezar. Raja Nebukadnezar geram dan memanggil mereka datang menghadapnya. Suasana waktu itu cukup menegangkan tetapi tiga orang ini tidak mau ikut-ikutan dengan mereka yang hanya mau menyenangkan raja dan cari aman. Ketika Nebukadnezar bertanya apakah mereka tidak menyembah patung yang didirikannya, tiga orang (minoritas) ini menjawab bahwa mereka hanya menyembah Allah mereka. Kalaupun Allah mereka tidak melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala, mereka tetap tidak mau menyembah patung emas itu. Raja begitu geram dan menyuruh perapian dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Apa yang terjadi? Keajaiban terjadi, mereka bertiga diikat dan dilemparkan ke perapian tetapi tidak terluka dan tampak ada empat orang berjalan bebas di tengah-tengah api.

Introspeksi: bagaimana sikap kita (anak muda) ketika diperhadapkan pilihan berat dengan taruhan kematian? Apakah kita memiliki komitmen dan keteguhan iman untuk tidak ikut-ikutan/kompromi dengan mayoritas yang tidak hidup dalam kebenaran walau dengan konsekuensi mengalami kerugian bahkan taruhan nyawa?

  • Daniel diangkat menjadi pemimpin wakil-wakil raja di masa pemerintahan Raja Darius karena dia setia, penuh Roh dan dapat Namun para wakil-wakil raja iri kepada Daniel dan mencari alasan agar Daniel dapat dijerat dan dipersalahkan sebab mereka tidak dapat mempersalahkan Daniel kecuali dalam hal ibadah kepada Allahnya. Mereka datang kepada Raja Darius dan meminta untuk mengeluarkan penetapan yang tidak dapat diubah bahwa dalam 30 hari semua orang yang ada di wilayah kerajaan tidak boleh berdoa atau menyembah kepada dewa lain kecuali kepada raja. Apa reaksi Daniel terhadap keputusan raja Darius ini? Dia tetap berdoa kepada Allahnya seperti biasanya, tiga kali sehari. Melihat hal ini, dia dilaporkan kepada Darius dan dianggap tidak menghormati keputusan raja. Raja Darius tidak dapat membatalkan keputusannya selain menghukum Daniel dengan dilemparkan ke dalam gua singa. Terbukti Daniel tetap memegang kebenaran, percaya kepada Tuhan dan tidak mau menyembah manusia siapa pun. Ajaib, Tuhan menolong dia dengan mengatupkan mulut- mulut singa yang lapar. Peristiwa ini membuat Raja Darius mengeluarkan peintah baru yang mengharuskan rakyatnya takut dan gentar kepada Allahnya Daniel. Jelas Daniel memiliki komitmen dan pendirian yang kuat sekalipun hidup di tengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Allah.

Jauh berbeda dengan tindakan Pilatus yang walaupun punya wewenang dan kuasa untuk membebaskan Yesus yang tidak bersalah tetapi dia takut dengan suara mayoritas yang menuntut Yesus disalibkan. Dia kalah menghadapi teriakan para pemimpin agama dan rakyat dan akhirnya menyerahkan Yesus untuk diperlakukan semau-mau mereka.

Apa nasihat Yesus agar kita tetap teguh beriman kepada-Nya dan tidak mudah terbawa arus mayoritas? Kita masuk melalui pintu sesak dan jalan sempit yang menuju kepada kehidupan bukan pintu lebar dan jalan luas yang menuju kepada kebinasaan (Mat. 7:12-14). Tentu mayoritas lebih memilih masuk pintu yang lebar sementara sangat sedikit orang tertarik masuk pintu yang sesak dan jalan yang sempit. Untuk tetap berpegang pada kebenaran, kita harus mengambil keputusan tetap berdiri teguh sekalipun jalannya sempit dan banyak tantangan berat harus dihadapi.

Bagaimana kita menerapkan iman dalam keseharian hidup? Tak dapat dipungkiri kita diperhadapkan dengan banyak masalah dan bagaimana kita harus mengambil keputusan dengan tetap teguh dalam iman. Contoh: Dalam pergaulan anak-anak muda: hendaknya berpendirian teguh dan mempertahankan iman untuk mencari pasangan hidup yang seiman. Jangan mudah mengorbankan iman hanya karena penampilan cantik/tampan dan kekayaan!

Dalam lingkungan pekerjaan: hendaknya kita berpendirian kuat dan tetap hidup dalam kebenaran di tengah mayoritas pekerja yang hidup sembrono (perokok, pemabuk, pecandu narkoba, koruptor, tukang selingkuh dst.). Jangan malah ikut-ikutan karena tidak tahan menghadapi ejekan atau ingin hidup glamor!

Dalam penantian Yesus datang kembali: hendaknya kita tetap beriman kepada-Nya walau Yesus ditolak dan kebenaran tidak ditegakkan. Bagaimana kondisi iman kita ketika Anak Manusia datang? Tuhan sudah mengingatkan bahwa kedatangan Anak Manusia sama seperti zaman Nuh yang mana manusia mencari kenikmatan dunia: makan, minum, kawin-mengawinkan (Mat. 24:37-38). Jangan kita mengejar kesenangan duniawi yang nikmatnya hanya sesaat! Sebaliknya, hendaknya kita tetap mempertahankan iman yang muncul bagaikan emas yang diuji kemurniannya dengan api (1 Ptr. 1:7).

Sekali lagi, tetaplah beriman walau menghadapi tantangan dan ujian berat sekalipun! Iman kita tetap teguh dan teruji ditengah-tengah masyarakat yang belum/tidak mengenal Tuhan dan dapat dilihat melalui tutur kata, sikap dan perbuatan kita. Jangan malah kalah dengan kondisi dan pengaruh mayoritas! Beranilah masuk melalui jalan sempit yang menuju pada kehidupan kekal bersama-Nya. Amin.