• SIKAP HATI TERHADAP KEPERCAYAAN DARI TUHAN (JOHOR)
  • Lukas 19:11-18
  • Johor
  • 2022-02-13
  • Pdm. Edi Sugianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1068-sikap-hati-terhadap-kepercayaan-dari-tuhan-2

Shalom,

Berbicara tentang kepercayaan, merupakan sesuatu yang sangat berharga karena tidak mudah didapatkan. Faktanya, tidak semua orang mudah memberikan kepercayaan kepada seseorang yang tidak dapat dipercayai. Jika Tuhan memberikan kita suatu kepercayaan, itu merupakan anugerah dan bagaimana sikap hati kita? Yesus mengajarkan bagaimana menyikapi kepercayaan yang diberikan oleh-Nya melalui perumpamaan uang mina dalam Lukas 19:11-28.

Latar belakang dari perumpamaan ini adalah Ketika Yesus berada di rumah Zakheus (Luk.19-6-7), Ia mengatakan perumpamaan sebab Ia sudah dekat dengan Yerusalem dan banyak orang menyangka Kerajaan Allah akan segera kelihatan (Luk.19:11). Mereka menyangka bahwa Yesus adalah Mesias yang akan segera memerintah secara politik di Yerusalem dan membebaskan Israel dari penindasan bangsa Romawi. Itu sebabnya mereka bersungut-sungut ketika Yesus menumpang di rumah Zakheus, karena Zakheus adalah orang berdosa dan anteknya penjajah, yang layak dibinasakan, tetapi Yesus mengatakan bahwa Zakheus juga anak Abraham yang patut diselamatkan. Yesus menjelaskan Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah (Luk.17:20-21) dan Kitab Suci menyatakan bahwa Mesias harus masuk ke Yerusalem untuk menderita, mati dan bangkit pada hari ke-3 untuk menebus dosa manusia.

Introspeksi: apakah kita juga mempunyai pemahaman yang sama bahwa Kerajaan Allah hanya berbicara tentang hal-hal lahiriah soal sandang, pangan dan papan? Rasul Paulus menegaskan bahwa Kerajaan Allah adalah soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm.14:17).

Jelas, tujuan kedatangan pertama Anak Manusia (Mesias), ialah mencari dan menyelamatkan yang terhilang (Luk.19:10). Oleh sebab itu Yesus harus masuk ke Yerusalem untuk menderita agar pengampunan dosa terjadi. Seharusnya mereka memiliki pemahaman ini namun kenyataannya tidaklah demikian. Itu sebabnya orang-orang bersukacita dan mengelu-elukan Yesus saat Ia masuk ke Yerusalem (Luk.19:35-38). Peristiwa itu memang sedang menggenapi ke-Mesiasan Yesus (nubuatan nabi: Zak. 9:9-10; Mzm. 118:26), namun itu tentang Mesias yang menderita. Dan ketika Yesus tidak memenuhi harapan mereka secara politik, mereka berbalik menentang-Nya bahkan turut berteriak “Salibkan Dia!”. Inilah yang melatar belakangi Yesus menyampaikan perumpamaan tentang uang mina.

Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang bangsawan yang pergi untuk dinobatkan menjadi raja (Luk.19:12). Perumpamaan ini terkait dengan keadaan politik di Palestina pada waktu itu. Setiap orang yang mau menjadi raja di wilayah jajahan Romawi harus pergi ke Roma meminta restu dari kaisar. Menurut sejarah, bangsawan yang dimaksudkan ialah Arkhelaus, anak Herodes, yang pergi ke Roma untuk dinobatkan raja/wali negeri di Yudea (Mat. 2:22). Jarak Palestina – Roma mencapai ribuan kilometer, dan transportasi saat itu belum berkembang seperti saat ini, sehingga dikatakan pergi ‘ke suatu negri yang jauh’.

Melalui perumpamaan itu, Yesus menyatakan bahwa bangsawan tersebut adalah Yesus sendiri (keturunan Raja Daud – Mat.1:1-16) yang akan pergi ke tempat yang jauh (ke Surga), dan dari sana Ia akan datang kembali untuk menyatakan Kerajaan-Nya. Sebab Kerajaan Yesus bukan dari dunia ini, melainkan dari tempat tinggi. Namun tak seorang pun mengetahui kapan Ia akan datang kembali; yang pasti Ia berjanji akan kembali. Jadi, Yesus ke Yerusalem bukan untuk menjadi Raja politik seperti yang dipikirkan orang banyak, melainkan menggenapi janji Allah melalui para nabi, yaitu Mesias harus menderita, mati dan bangkit pada hari ketiga untuk menebus dosa umat-Nya. Setelah itu Ia naik Surga dan dari sana akan datang kembali sebagai Raja.

Dalam perumpamaan itu, sebelum ia berangkat, bangsawan itu memanggil sepuluh hambanya dan memercayakan sepuluh mina kepada mereka (Luk.19:13). Setiap orang dipercayakan satu mina (1 mina = 100 dinar - upah pekerja harian 3 bulan) untuk dikembangkan dalam berdagang. Mina tersebut bukan diberikan sebagai hak milik, tetapi dikembangkan untuk tuannya. Memang nilainya kecil, namun yang ditekankan adalah kepercayaan untuk dikembangkan sampai tuannya kembali.

Demikian pula dengan Yesus, sebelum pergi ke Surga Ia memanggil para murid-Nya dan memberikan kepercayaan untuk melaksanakan Amanat Agung. Walaupun para murid masih mengharapkan kerajaan Israel secara jasmani, Yesus menegaskan untuk tidak perlu mempersoalkan itu, tetapi mereka akan menerima Roh Kudus dan menjadi saksi-Nya di Yerusalem, Yudea, samaria dan sampai ke ujung bumi hingga kedatangan-Nya kembali (Kis.1:6-8).

Amanat Agung dipercayakan kepada para murid-Nya dan sekarang menjadi tugas kita. Berbicara tentang Amanat Agung, dikatakan “pergi menjadikan semua bangsa murid Tuhan, membaptis & mengajar mereka” (Mat.28:18- 20). Ini berbicara tentang keutuhan pelayanan yang dapat kita kembangkan dalam berbagai bidang pelayanan, baik bidang penggembalaan, pendidikan maupun penginjilan, dll. untuk kepentingan Kerajaan Allah.

Selanjutnya, dalam perumpaan tersebut, juga dikatakan bahwa ada juga orang-orang sebangsanya membenci bangsawan itu (Luk.19:14). Mereka adalah orang-orang Yahudi yang tidak setuju Arkhelaus menjadi raja di Yudea. Saat Arkhelaus pergi ke Roma, orang-orang Yahudi mengirim utusan ke Roma menyusulnya dan menyatakan kepada Kaisar bahwa mereka tidak menghendaki Arkhelaus menjadi raja mereka sebab mereka cukup menderita di bawah kekuasaan ayahnya, Herodes, dan Arkhelaus tidak lebih baik dari ayahnya. Namun permohonan mereka tidak dikabulkan oleh kaisar Romawi dan bangsawan tetap menjadi raja di Palestina.

Berbicara mengenai penolakan, bukankah Yesus sebagai Raja dan Mesias juga mengalami penolakan dari ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, imam-imam kepala, orang-orang Saduki dll. padahal Kitab Suci telah menceritakan Mesias yang menderita? Mereka tidak memahami sepenuhnya mengenai Mesias, akibatnya sebagian percaya dan yang lain tidak percaya bahkan menolak serta membunuh-Nya. Memang wajar jika mereka membenci Arkhelaus karena kekejamannya, namun Yesus bukanlah Pribadi yang kejam, justru sangat baik. Sampai saat ini masih banyak orang yang belum percaya & menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Apapun yang terjadi, Kerajaan Allah tetap terus berkembang. Seusai kenaikan Yesus ke Surga, Roh Kudus dicurahkan dan gereja berkembang hingga saat ini melalui para murid-Nya. Tugas kita sekarang ialah menjangkau mereka yang belum/tidak percaya kepada Yesus agar mereka juga beroleh keselamatan.

Lalu, dalam perumpamaan itu apa yang dilakukan oleh bangsawan itu ketika dia kembali dan menjadi raja? Dia mengadakan perhitungan dan meminta pertanggungjawaban dari hamba-hamba kepercayaannya (Luk.19:15).

Yesus menegaskan walau ada orang-orang menolak Dia menjadi Raja, Ia tetap Mesias dan Raja di atas segala raja. Ada saatnya Ia datang kembali seperti yang sudah dijanjikan-Nya. Kedatangan-Nya dapat secara pribadi kepada kita (ketika kita meninggal) atau Ia datang ketika kita masih hidup, kita diubahkan (1Kor.15:50-52). Kedatangan-Nya kedua kali bukan lagi untuk penyelamatan tetapi penghakiman & pertanggungjawaban atas kepercayaan yang sudah Ia berikan.

Mulailah para hamba itu melaporkan apa yang telah diperbuat dengan kepercayaan 1 mina (Luk.19:16-23). Hamba pertama menghasilkan 10 mina. Tuannya menilai hamba ini baik dan setia pada perkara kecil. Kebaikan dan kesetiaan (hatinya) dinyatakan melalui perbuatannya yang mengembangkan mina tuannya. Tuannya menganugerahi 10 kota sebagai upah hasil kerjanya. Hamba kedua menghasilkan lima mina dan tuannya memberikan 5 kota serta mengakuinya sebagai hamba yang baik. Si tuan tidak menargetkan jumlah tertentu tetapi semua mendapat apresiasi dan upahnya sesuai dengan yang dikerjakannya.

Kita sekarang mengerjakan apa yang Tuhan percayakan kepada kita dan pada saatnya kita beroleh upah mahkota. Mahkota yang kita dapatkan tergantung seberapa keras kita mengembangkan kepercayaan yang diberikan oleh- Nya. Kita sudah diselamatkan dan sekarang bagaimana kita mengerjakan keselamatan tersebut. Mulailah setia dalam perkara kecil untuk dapat dipercaya perkara besar dan arahkan iman kita jauh ke depan seperti tokoh-tokoh iman dalam Alkitab yang menantikan upah di masa depan.

Bagaimana dengan hamba ketiga? Ternyata hamba ini tidak mengembangkan mina tetapi malah menyimpannya. Dengan alasan takut karena menganggap tuannya keras & jahat. Hamba ini memiliki pemikiran yang salah terhadap tuannya. Seorang hamba (doulos) tidak mempunyai hak sama sekali, dia hanya memiliki kewajiban. Jadi, hamba ini tidak menghargai kepercayaan tuannya & tidak tahu diri; seharusnya dia bersyukur karena dibeli dan dipekerjakan oleh tuannya.

Lalu tuan itu menghakimi hamba yang jahat itu menurut perkataan hamba itu sendiri (ay. 22). Diambilnya mina yang ada padanya dan diberikan kepada hamba yang mempunyai sepuluh mina (Luk.19:24-26). Heran, orang yang tidak mempunyai malah dari padanya diambil; sebaliknya, mereka yang mempunyai malah ditambah. Ini menekankan tentang kepercayaan! Orang yang dapat dipercaya, akan diberi kepercayaan, namun orang yang tidak dapat dipercaya, kepercayaan itu akan diambil dari padanya. Harus diakui bahwa mengemban suatu kepercayaan tidaklah mudah. Jika seseorang sudah kehilangan kepercayaan, sulit baginya untuk mendapatkan kepercayaan itu kembali. Kepercayaan itu bagaikan gelas, sekali pecah sulit untuk dikembalikan pada kondisi semula. Itu sebabnya kepercayaan harus dipegang dengan baik, tidak mengabaikan kepercayaan sekecil apapun melainkan mengembangkannya dengan setia.

Demikian pula dengan kita yang telah ditebus dan diselamatkan oleh Yesus. Kita menjadi hamba kebenaran bukan lagi hamba dosa. Dan mari mengenal Tuhan sebagai Raja yang sangat baik, yang rela mati untuk kita dan memercayakan pelbagai karunia kepada kita untuk dikembangkan (Rm.12:6-8). Mari kita tidak menyembunyikan melainkan mengembangkan setiap karunia yang diberikan. Ketika Yesus datang kembali, sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan karunia dan talenta yang telah dipercayakan kepada kita?

Selain mengadakan perhitungan dengan para hamba-hambanya, Ia juga mengadakan perhitungan terhadap semua orang yang membenci dan menolak-Nya (Luk.19:27). Jelas, kedatangan-Nya kembali bukan lagi untuk menyelamatkan tetapi menghakimi semua orang. Siapa saja yang tidak percaya dan menolak Yesus sebagai Tuhan & Raja, akan dibinasakan dalam hukuman kekal.

Luk.19:28 Yesus melanjutkan perjalan-Nya ke Yerusalem. Artinya Yesus menggenapi semua yang tertulis dalam Kitab Suci, yaitu bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, serta naik ke Surga untuk mengadakan pendamaian bagi umat-Nya. Untuk itu, pada masa penantian ini, berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa dalam nama Yesus harus disampaikan kepada segala bangsa dengan kuasa dari Roh Kudus sampai kedatangan-Nya kembali (Luk.24:44-49; Kis.1:6-8).

Sekarang bagaimana sikap hati kita terhadap kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita?

  • Kita memahami kehendak Allah yaitu bahwa Kedatangan Mesias pertama untuk menyelamatkan umat-Nya, sementara kedatangan-Nya kedua untuk menegakkan Kerajaan-Nya dan menghakimi mereka yang tidak percaya kepada-Nya. Oleh sebab itu hendaknya pikiran kita tidak hanya tertuju kepada hal-hal jasmani tetapi fokus pada yang rohani.
  • Kita bersyukur & menerima dengan sepenuhnya bahwa Yesus adalah Tuhan, Raja dan Juru Selamat kita.
  • Kita menyadari bahwa kita adalah hamba kebenaran dan wajib mengerjakan setiap kepercayaan yang diberikan kepada kita dengan setia dan penuh tanggung jawab.
  • Kita rindu menantikan kedatangan Tuhan kembali dengan giat selalu dalam pekerjaan-Nya sebab jerih payah kita tidak akan sia-sia (1Kor.15:58; 2Tim.4:6-8).

Marilah kita memiliki sikap hati mengasihi Tuhan dan melayani-Nya sampai Ia datang kembali untuk menjemput kita dan tinggal bersama Dia selamanya. Amin.