• SIKAP HATI DALAM MENYAMBUT KERAJAAN ALLAH (JOHOR)
  • Lukas 18:15-30
  • Johor
  • 2022-01-30
  • Pdm. Jannen Pangaribuan
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1058-sikap-hati-dalam-menyambut-kerajaan-allah-2

Shalom,

 

Kita layak memuji Tuhan karena Firman Tuhan mengatakan, “Biarlah segala yang bernapas memuji Tuhan.” (Mzm. 150:6) Hanya makhluk hidup yang dapat bernapas, bergerak, memberikan respons, menyesuaikan diri, mengeluarkan zat-zat sisa, bertumbuh juga berkembang biak. Demikian pula kita, anak-anak Tuhan, juga harus bertumbuh dan berkembang karena kita hidup di dalam-Nya.

Kali ini santapan apa yang disajikan untuk menambah gizi pertumbuhan rohani kita? Makanan bergizi kita diambil dari Lukas 18:15-30 yang terbagi menjadi tiga perikop yaitu:

  • 15-17 → bicara mengenai anak-anak yang dihalang-halangi untuk datang kepada Yesus.
  • 18-27 → bicara mengenai seorang pemimpin/pemuda kaya (Mat. 19:16-22) yang sedih ketika disuruh menjual harta kekayaannya.
  • 28-30 → bicara tentang orang dewasa yang telah menikah (Petrus) yang meninggalkan segala kepunyaannya untuk mengikut Yesus.

Perhatikan, gereja tanpa orang-orang muda dapat dikatakan gereja itu ditandai kemerosatan. Gereja yang menjawab zaman biasanya dipenuhi dengan anak-anak muda. Mengapa? Karena anak-anak muda bertumbuh sesuai trend mengikuti gaya yang lagi populer. Ketika gereja dapat menarik mereka, ini tanda bahwa gereja itu hidup. Apakah gereja kita dipenuhi aktivitas kaum muda? Kita patut bersyukur bila banyak anak muda terlibat dalam pelayanan tetapi jangan melupakan anak-anak. Gereja yang tidak melayani anak-anak sekolah minggu dapat dipastikan tidak akan berkelanjutan dan akan mengalami hilang generasi. Contoh: banyak gereja kosong di Eropa atau jemaatnya hanya para lansia sementara anak-anak muda tidak terlayani dengan baik. Bagaimanapun juga gereja yang benar bukan karena banyaknya anak Sekolah Minggu, anak muda dan dewasa tetapi jika gereja itu hidup sebagaimana Kristus hidup. Gereja yang benar bertumbuh menjadi dewasa rohani, siap meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus.

Jemaat Ibrani pernah ditegur karena sekalipun ditinjau dari umur dan lamanya mengikut Tuhan, mereka belum bertumbuh dewasa tetapi masih kanak-kanak rohani. Mengapa? Karena mereka mendengar untuk dilupakan alias masuk telinga kanan keluar telinga kiri (Ibr. 5:11-13). Tanda kedewasaan rohani ialah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat (ay. 14).

Mengapa tidak terjadi pertumbuhan rohani tetapi malah kemerosotan? Ini disebabkan karena sikap hati yang tidak merespons Kerajaan Allah (Luk. 18:15-30).

Jangan berpikir anak-anak tidak dapat memberikan respons perkara rohani sehingga orang tua meremehkan dan tidak mendorong mereka untuk beribadah. Terbukti Yesus memberikan perhatian kepada mereka sebab mereka polos, jujur dan murni. Mereka memiliki sikap hati percaya maksimal kepada Kerajaan Allah. Itu sebabnya kita perlu memerhatikan mereka karena masa anak-anak ini sangatlah tepat untuk pertumbuhan rohani. Mereka cepat percaya dan menerima sepenuh kebenaran Firman Tuhan. Beda dengan orang dewasa yang penuh curiga, keraguan dan kebimbangan terhadap Kerajaan Allah.

Tentu anak-anak kecil tidak datang sendiri kepada Tuhan tetapi mereka dibawa oleh orang tua mereka. Jelas ada unsur kesengajaan dari orang tua untuk membimbing dan memerhatikan mereka. Oleh sebab itu orang tua akan dituntut, diminta pertanggungjawaban bagaimana mereka memperlakukan anak-anaknya. Firman Tuhan mengajar orang tua untuk selalu membicarakan kebenaran Firman Tuhan ketika anak-anak duduk, berdiri, berjalan sejak kecil (Ul. 6:7).

Yesus sendiri mengatakan orang-orang seperti anak-anak inilah yang empunya Kerajaan Allah (ay. 16). Apakah ini berarti Kerajaan Surga hanya untuk anak-anak? Manusia – kecil, anak muda, orang dewasa dan tua – diciptakan serupa dan segambar dengan Allah (Kej. 1:26). Ketika kita diciptakan seturut gambar Allah, di dalam diri kita ada kerinduan kepada satu Pribadi itulah Allah sendiri. John Calvin menyatakan adanya kesadaran akan ilahi di dalam setiap diri manusia. Ada pula yang mengatakan di dalam diri manusia ada ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh apa/siapa pun kecuali oleh Pribadi Allah. Buktinya ada orang di tengah keramaian tetapi tetap merasa kesepian.

Apa penyebab kita ragu, curiga, bimbang dan tidak percaya akan Firman Tuhan? Karena kita masih berada di dalam kuasa dosa. Dosalah yang menghalangi dan membuat batas/jarak antara kita dengan Allah (bnd. Ibr. 11:6). Ketika kita datang kepada Tuhan, hati kita benar-benar harus yakin bahwa Allah itu ada (walau tidak kelihatan kasatmata) dan percaya maksimal akan kebenaran Firman Tuhan.

Saat manusia pertama diciptakan, mereka memiliki persekutuan erat dengan Allah. Baru setelah jatuh dalam dosa karena memakan pohon pengetahuan baik dan jahat yang dilarang Allah, mereka menyembunyikan diri dari-Nya (Kej. 3) dan timbullah keraguan serta kecurigaan terhadap-Nya. Ini disebabkan karena dosa menguasai mereka.

Adapun ciri-ciri orang yang masih kanak-kanak rohani ialah mereka rindu mencari berkat. Hal ini tidak masalah pada taraf awal tetapi dengan berjalannya waktu mereka harus tumbuh makin dewasa. Yang perlu diwaspadai ialah di masa kanak-kanak rohani mereka perlu pendampingan dan perhatian karena mereka tidak memiliki daya tahan yang kuat. Mereka mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, permainan palsu manusia dan kelicikan mereka yang menyesatkan (Ef. 4:14). Itu sebabnya mereka (juga kita) perlu digembalakan.

Bagaimana dengan respons dan sikap hati dari kerohanian di masa muda? Biasanya anak muda memiliki pemahaman-pemahaman yang sudah terbangun seperti pemimpin kaya yang datang kepada Yesus karena ingin beroleh kehidupan kekal (Luk. 18:18-23). Awalnya Yesus mengatakan kepada pemuda itu bahwa hanya Allah yang baik sebab Ia adalah sumber kehidupan. Namun pada akhirnya Yesus menempatkan diri sebagai Pribadi Allah yang hadir di bumi ini tetapi tidak dimengerti oleh pemuda itu.

Memang untuk mencapai hidup kekal kita harus berpegang pada kebenaran. Apa masalah yang dihadapi oleh pemimpin kaya ini? Yesus mengenal kehidupan anak muda dengan segala pengalaman dan pergumulannya. Ia mengetahui halangan dalam proses pertumbuhan rohani yang dialami oleh pemimpin kaya ini. Itu sebabnya Ia menyuruh pemimpin kaya ini menjual segala yang dimilikinya dan membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin kemudian mengikut Dia (ay. 22).

Sayang, anak muda ini kaya jasmani tetapi miskin di hadapan Tuhan sebab hatinya masih penuh dengan keinginan- keinginan. Faktanya, orang miskin penuh dengan kekurangan tetapi orang kaya penuh dengan kelimpahan. Ironis, ada orang kaya tetapi merasa miskin sebab dia selalu merasa kurang dan tidak cukup. Sebaliknya, ada orang miskin tetapi merasa kaya karena dia puas dengan apa adanya.

Tuhan melihat kekurangan dari anak muda tersebut yaitu tidak melakukan hukum ke-10 → jangan mengingini milik sesamamu. Inilah kelemahan manusia, semakin bertambah usia, semakin hati dipenuhi banyak keinginan. Jujur, sering kekayaan/uang memudahkan segala urusan tetapi kekayaan juga dapat mempersulit orang masuk ke dalam Kerajaan Surga sebab hatinya terikat pada hartanya (ay. 23).

Apakah ini berarti orang Kristen tidak boleh kaya alias harus miskin semua? Keselamatan adalah anugerah Allah; juga berkat jasmani dicurahkan karena kemurahan-Nya. Demikian pula dengan panggilan dan pilihan, Tuhan berdaulaut memanggil kita apa pun keadaan kita.

Sebenarnya Yesus ingin anak muda yang telah lulus dari Bar-mitzvah (sekolah orang Yahudi untuk mengenal Taurat) ini mengikut Dia untuk peningkatan dalam pemuridan. Yesus ingin anak muda ini makin bertumbuh dengan berpegang pada kebenaran dan seluruh perintah Tuhan. Dengan berpegang pada kebenaran Firman, dia makin dewasa rohani dan menjadi berkat bagi banyak orang. Untuk itu dia harus dimuridkan dengan melihat kehidupan Yesus dan kegiatan-Nya sehari-hari. Karena Yesus mau anak muda ini menjadi murid-Nya, Ia menyuruhnya menjual seluruh harta kekayaannya dan mengikut-Nya. Demikian pula dengan kita, untuk menjadi dewasa rohani, kita perlu dimuridkan dengan melihat sosok Pribadi Kristus. Bukankah kita dipanggil untuk menjadi murid Kristus dan mengikut-Nya dalam segala aspek kehidupan kita?

Aplikasi: hendaknya kita mengambil komitmen dengan hidup berpegang pada kebenaran Firman Tuhan sebab ini menjadi jaminan bagi kita menjadi dewasa rohani (bnd. Ef. 4:14-15).

Selanjutnya kita melihat contoh murid-murid Yesus yang sudah melepaskan segala sesuatu untuk mengikut Guru mereka. Buktinya? Petrus, Andreas, Yohanes, Yakobus meninggalkan semua kepunyaan mereka juga keluarganya untuk mengikut Yesus (ay. 28). Apa respons Yesus? Mereka akan menerima kembali lipat ganda pada masa kini, pada zaman yang akan datang juga menerima hidup kekal (ay. 30).

Introspeksi: apakah kita rela meninggalkan potensi, keuntungan, hobi, dll. untuk beribadah dan mengikut Tuhan? Jangan menyesal atau merasa rugi tetapi miliki sikap hati yang berpengharapan. Ingat, Allah tahu memberikan yang terbaik bagi kita. Terlebih jika kita meninggalkan hidup lama kita. Jangan kecewa kemudian kendor semangat tetapi tetaplah giat mengikut Tuhan karena upah besar telah menanti. Jangan pula mudah putus asa ketika persoalan-persoalan datang menghadang! Sebagai seorang murid, kita sedang dibentuk dan diproses karena jerih lelah kita tidak akan sia-sia bila kita berkemenangan (1 Kor. 15:57-58).

Marilah kita menerima Firman Tuhan dengan sikap hati tulus dan percaya maksimal kepada Kerajaan Allah. Kita juga berpegang teguh pada kebenaran dan selalu berpengharapan kepada Tuhan di dalam Firman-Nya maka kita akan memperoleh jaminan kehidupan kekal bersama-Nya. Amin.