• SIKAP HATI DALAM MENYAMBUT KERAJAAN ALLAH
  • Lukas 18:15-30
  • Lemah Putro
  • 2022-01-30
  • Pdt. Stephen Pandir Manurung
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1056-sikap-hati-dalam-menyambut-kerajaan-allah
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

 

Tak terasa kita mau memasuki bulan kedua di tahun 2022; ini bukti pemeliharan dan kebaikan Tuhan bagi kita sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak setia kepada-Nya.

Apa bukti pemeliharaan Tuhan kepada kita? Melalui Firman-Nya, Ia memberi kita “makanan” untuk pertumbuhan rohani kita. Dijelaskan di dalam Alkitab ada dua kisah nyata yang kontras/bertolak belakang dalam merespons dan menyambut Kerajaan Allah, yakni:

  • Yudas Iskariot, yang selama 3½ tahun dimuridkan oleh Yesus sendiri, menikmati berkat-berkat dari Kerajaan Surga melalui hadirnya Yesus di dunia waktu itu. Dengan waktu yang cukup panjang hidup bersama Yesus, Yudas Iskariot seharusnya telah dapat memahami makna Kerajaan Allah. Namun ternyata sejak dari awal pengikutannya kepada Yesus, dia tidak percaya dan hatinya menolak kehadiran Kerajaan Allah melalui Yesus, Gurunya, walau dia memegang kedudukan sebagai bendahara (Yoh. 12:6). Bahkan Yesus menyebutnya Iblis (Yoh. 6:70-71).

Terbukti lamanya pengikutan kepada Yesus tidak menjadi jaminan orang menjadi percaya kepada Tuhan. Berbanding terbalik dengan sikap orang satu ini. Siapakah dia?

  • Seorang penjahat yang digantung di sebelah Yesus, hanya dalam durasi ± 2-3 jam, hatinya percaya kepada Yesus dan memercayai Kerajaan Surga yang akan datang (Luk. 23;40-43) setelah mendengar perkataan Yesus “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (ay. 34) bagaikan khotbah singkat Yesus di atas kayu salib.

Ternyata menyambut Kerajaan Allah tidak ada kaitannya dengan durasi (lamanya) waktu, harta, kepandaian dll. tetapi semata-mata sikap hati yang percaya kepada Tuhan. Buktinya, penjahat yang tidak mendengar Firman Tuhan setiap hari seperti murid Yesus malah percaya kepada Yesus ketimbang Yudas Iskariot yang ikut Yesus kemana pun Ia pergi.

 Kali ini kita mempelajari lebih jauh tentang penghuni Kerajaan Allah yang dikehendaki Yesus, terambil dari Injil Lukas 18:15-30. Mengapa kita harus menyambut Kerajaan Allah dengan sikap hati yang percaya?

  1. Karena Kerajaan Allah dapat dipahami dengan sederhana (ay. 15-17)

“…..Biarkanlah anak-anak itu (little children, infants = anak-anak kecil, bayi) datang kepada-Ku dan jangan kamu menghalang-halangi mereka sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah…..Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.”

Dengan jelas Yesus mengatakan bahwa anak-anak kecil itulah pemilik Kerajaan Allah. Maksudnya, Kerajaan Allah begitu sederhana – tidak memerlukan IQ tinggi – untuk dapat dipahami sama seperti sikap anak kecil yang percaya kepada Tuhan.

Berbekal Imagodei (= gambar dan rupa Allah) yang dituangkan di dalam diri manusia ciptaan Allah, rasa keingintahuan manusia melahirkan pelbagai ragam ilmu pengetahuan dan percabangannya yang kemudian melahirkan spesialisasi di bidangnya masing-masing membuat seseorang pakar di bidang ilmu A belum tentu tahu bidang ilmu B. Jika pencapaian pengetahuan duniawi diperlukan tingkat kecerdasan dan kemampuan imtelektual, pemahaman tentang Kerajaan Allah (yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia) ternyata dapat dimengerti oleh anak kecil.

Sesungguhnya Kerajaan Allah adalah berita yang masih terjadi di masa akan datang yang belum terlihat tetapi dapat dijangkau oleh iman seperti sikap anak-anak yang dibawa datang kepada Yesus.

Itu sebabnya Yesus marah ketika melihat para murid-Nya (yang sudah diajari tentang Kerajaan Allah) menghalangi anak-anak kecil dibawa kepada Yesus untuk dijamah-Nya.

Ada dua kenyataan yang sangat ironis di ayat 15 ini.

  • Orang-orang awam yang sederhana sangat memahami bahwa Kerajaan Allah telah datang di dalam Yesus Mereka menginginkan anak-anak mereka mengenal-Nya.
  • Para murid sebagai rohaniawan hanya memahaminya sebagai kerajaan politik dan rajanya (Yesus) tidak boleh disentuh/didekati oleh sembarang orang. Oleh sebab itu mereka memarahi bahkan menghalang- halangi mereka yang membawa anak-anaknya mendekat kepada Yesus.

Terbukti Kerajaan Allah tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang dewasa saja.

 Terjadilah peristiwa yang sangat monumental dan revolusioner di ayat 16:

  • Monumental: ada special calling untuk anak-anak karena Allah ingin mereka mendekat kepada-Nya. Mereka mendekati Yesus tanpa ada perasaan curiga tetapi dengan hati yang tulus.
  • Revolusioner: tidak lazim dalam kultur perkumpulan rohani dengan mengikutsertakan interaksi anak-anak yang dianggap sebagai gangguan.

Walau Kerajaan Allah dapat dipahami dengan sederhana, kita harus menyambutnya dengan sikap mulia. Kerajaan Allah tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah memahami bahasa lisan dengan sempurna tetapi juga melalui bahasa sentuhan/jamahan yang dilakukan oleh Yesus. Bahasa Kerajaan Allah, bahasa kasih berkaitan dengan keselamatan, seharusnya dapat diterjemahkan oleh semua makhluk hidup termasuk mereka yang masih dalam rahim ibu, yang berkebutuhan khusus, penyandang cacat bahkan yang berstatus ODGJ (orang dengan gangguan jiwa).

Bagaimana anak kecil bahkan bayi dapat memahami Kerajaan Allah telah datang di dalam Yesus Kristus? Ketika mereka dibawa oleh orang tuanya mendekati Yesus, hati mereka tidak curiga apakah mereka dibawa kepada orang yang salah.

Perhatikan, anak-anak seusia mereka (Batita) sudah sensitif terhadap orang asing. Mereka takut dan akan menjauh dari orang yang tidak dikenalnya tetapi mengenal orang tua melalui belaian/sentuhan lembut. Yesus tidak mengiming-imingi mereka dengan sesuatu untuk mendekati-Nya tetapi melihat wajah-Nya dan mendengar suara-Nya (dengan bantuan orang tua), mereka merasa nyaman untuk datang kepada-Nya. Sebaliknya, kebanyakan kita (orang dewasa) yang sudah tercemari dengan asam garam kehidupan dan pendidikan serta pengalaman sering berprasangka dan penuh curiga ketika Firman Allah menasihati, mengingatkan dan menegur kita. Misal: karena sering ditipu dan disakiti orang tanpa sadar kita juga curiga terhadap Tuhan. Kita tidak dapat langsung menerima bahkan merasa dirugikan ketika diingatkan Firman untuk mengampuni orang yang telah menyakiti hati kita. Sifat curiga telah ada sejak Adam-Hawa jatuh ke dalam dosa padahal (berita) Kerajaan Surga tidak pernah bermaksud merugikan kita.

Selain anak kecil tidak mempunyai prasangka/curiga, mereka juga datang dengan penuh ketulusan dan kejujuran. Misal: jika mulut mereka ditetesi madu atau jeruk asam, wajahnya akan mengekspresikan apa yang dirasakannya. Beda dengan sikap orang dewasa yang “lain di mulut lain di hati” – mulut mereka mengucapkan kata-kata manis tetapi hatinya penuh dengan kedongkolan dan amarah.

Aplikasi: hendaknya orang tua membawa anak-anak-nya sejak dini (belum dapat berjalan sendiri) beribadah dan jangan pemberita Firman menghalang-halangi apalagi mempersulit mereka untuk mengenal Tuhan karena dianggap masih kecil dan hanya mengganggu ibadah. Jangan pula pendidikan tinggi kita menjauhkan kita dari Tuhan dan mengira ilmu pengetahuan dapat membuat kita masuk Kerajaan Allah.

  1. Karena Kerajaan Allah tidak dapat dibeli dengan apa pun (ay. 18-27)

Dikisahkan seorang pemimpin yang kaya raya bertanya kepada Yesus apa yang harus diperbuat untuk beroleh hidup kekal. Menurutnya, dia telah melakukan hukum Taurat sejak masa mudanya. Benarkah? Ketika Yesus menyuruh dia menjual segala apa yang dimilikinya lalu membagi-bagikan kepada orang-orang miskin dan mengikut Yesus, orang itu sangat sedih dan meninggalkan-Nya.

Topik tentang “orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah” menjadi momok bagi orang yang beruang banyak padahal ada 309 kali Allah berbicara mengenai orang kaya untuk menyatakan kasih-Nya kepada mereka. Saat itu Yesus sedang berbicara kepada murid-murid dan pemimpin Yahudi yang rohani dan tahu banyak tentang perintah Allah; seharusnya hati mereka penuh ucapan syukur kepada-Nya. Orang kaya macam apa yang sukar masuk Kerajaan Allah? Ingatkah Simon, mantan tukang sihir, ketika melihat Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan dan banyak orang dipenuhi Roh Kudus, dia ingin membeli kuasa yang dimiliki Petrus dan Yohanes agar dia juga dapat melakukan hal sama? Petrus langsung mengatakan binasalah dia dengan uangnya karena dia menyangka dapat membeli karunia Allah dengan uang (Kis. 8:14-20). Jadi titik kesalahannya bukan karena beruang banyak tetapi menyalahgunakan uang untuk membeli kuasa karunia Allah.

Apa yang tidak diperkirakan oleh pemimpin kaya itu untuk beroleh Kerajaan Allah?

  • Kerajaan Allah tidak dapat dibeli dengan apa pun (ay. 18-27)

Pemimpin kaya ini mengira perbuatan baiknya akan diperhitungkan untuk masuk dalam Kerajaan Allah. Dapat dibayangkan kalau sekelas pemimpin saja memiliki mental bahwa hidup kekal/masuk Kerajaan Allah diperoleh dengan cara berbuat baik, sangatlah wajar kalau banyak orang awam bahkan orang-orang di lingkungan gereja bermental sama dengan pemimpin ini yang menganggap hidup kekal dapat diperoleh dengan seberapa banyak ia berbuat baik.

Yesus mau merombak mental dan pikiran pemimpin kaya tersebut menggunakan logika spiral maksudnya ‘memukul KO menggunakan tangan musuh”. Apa maksud Yesus mengatakan “Tak seorang pun yang baik selain daripada Allah saja” ketika pemimpin itu memanggil Yesus sebagai Guru yang baik? Yesus mau meluruskan pernyataan pemimpin itu bahwa Ia bukan hanya Guru yang baik tetapi juga Allah yang baik. Selain itu Ia mau mengoreksi hati pemimpin itu yang menyatakan bahwa dirinya sama baiknya dengan Allah/Yesus sebab telah melakukan hukum Taurat. Bagi orang Israel, melakukan hukum Taurat merupakan standar kebaikan yang tertinggi.

Pemimpin kaya itu berpikir Yesus akan memujinya tetapi bak disambar petir di siang hari ketika Yesus ‘memukul KO” dan menunjukkan bahwa dia hanya omong kosong belaka. Bagaimana mungkin? Karena inti dari hukum Taurat hanya dua: (1) mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi serta (2) mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Luk. 10:27). Terbukti pemimpin kaya ini hanya mengasihi dirinya sendiri bahkan mengasihi orang miskin pun tidak dilakukannya. Dia pikir Kerajaan Allah dapat dibeli dengan perbuatan baiknya.

Kalau begitu untuk apa kita berbuat baik? Kita berbuat baik – beribadah dan membantu pelayanan pekerjaan Tuhan juga sesama – bukan untuk mencari keselamatan tetapi sebagai wujud terima kasih kita kepada Tuhan yang telah menyelamatkan dan memberi kita kehidupan kekal.

  • Kerajaan Allah tidak dapat digantikan oleh apa pun.

Yesus tidak terjebak dengan perbuatan baik pemimpin kaya itu sebab terbukti dia melakukan hukum Taurat tanpa hati tetapi sebatas perintah dan aturan manusiawi. Contoh:

Dia menjaga matanya agar tidak berzina tetapi hatinya bersundal dengan Mamon/harta.

Dia tidak membunuh dengan tangannya tetapi sikap pelitnya telah membunuh orang-orang dengan membiarkan kemiskinan ada di sekitarnya.

Dia tidak mencuri dengan tangannya tetapi mengklaim harta yang Tuhan titipkan sebagai kepunyaannya. Dia tidak berdusta dengan mulutnya tetapi berdusta di dalam hatinya – ingin memperoleh hidup kekal tetapi terikat dengan hidup duniawi penuh kelimpahan.

Aplikasi: Yesus tidak melarang orang menjadi kaya tetapi hatinya harus terlepas dari ikatan harta dunia ini.

Siapkah kita menyambut Kerajaan Allah? Persiapkan hati yang tulus dan jujur untuk menerima Yesus dan Kerajaan- Nya. Jangan terikat dengan harta duniawi karena Kerajaan Allah tidak dapat dibeli dengan harta kekayaan dan tidak dapat digantikan oleh apa pun. Jangan pernah melepaskan keselamatan berharga dan Kerajaan Allah kekal yang dijanjikan bagi kita yang setia kepada-Nya hingga Maranata. Amin.