• SIKAP HATI DALAM DOA YANG DIBENARKAN ALLAH
  • Lukas 18:1-14
  • Lemah Putro
  • 2022-01-23
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1052-sikap-hati-dalam-doa-yang-dibenarkan-allah
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita membutuhkan pertolongan Tuhan agar di tahun 2022 ini kita makin mengasihi-Nya dan Tuhan menaruh gairah dalam hati agar kita suka beribadah kepada-Nya terlebih menjelang Ia datang kembali. Jujur, banyak perilaku kita tidak menunjukkan kasih sehingga kita jatuh-bangun dalam beribadah maupun melayani-Nya. Bagaimanapun juga Ia menolong kita melewati hari-hari yang telah berlalu dengan maksud supaya kita makin tertarik dengan Pribadi- Nya serta mengasihi-Nya.

Perlu diketahui, kapan pun dan di mana pun kita berada, biarlah kita tetap menjaga sikap hati juga saat berhubungan dengan sesama. Dan bagaimana pula dengan sikap kita dalam berdoa? Yesus menyampaikan dua perumpamaan dalam perjalanan-Nya dari Galilea ke Yudea di mana Ia mulai mengarahkan langkah-langkah-Nya menuju Yerusalem sebab Ia akan terangkat naik ke Surga (Luk. 9:51).

Firman Tuhan Minggu lalu mengingatkan agar kita siap menyambut kedatangan Anak Manusia maka sikap doa kita juga terkait dengan penyambutan kedatangan-Nya. Sikap doa macam apa yang diinginkan dan dibenarkan oleh Allah?

1. Berdoa tanpa putus asa (ay. 1-7)

“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”

Berdoa tidak jemu-jemu berarti berdoa tanpa putus asa tetapi bersemangat dan bergairah bukan karena didorong oleh seseorang (pendeta) tetapi oleh Yesus sendiri. Yesus kemudian menunjukkan dua pribadi yang sangat kontras. Siapa mereka?

  • Hakim di masa penjajahan Romawi, dia pasti hakim Romawi karena tidak takut kepada Allah dan tidak menghormati manusia (ay. 2).
  • Janda (perempuan), orang Yahudi (ay. 3) yang pasti takut akan Allah datang kepada hakim untuk minta dibela

Hakim Romawi ini berpegang pada hukum Kerajaan Romawi sedangkan perempuan janda Yahudi berpegang pada hukum Allah. Walau janda ini sadar dirinya bangsa yang terjajah menghadapi hakim Romawi sebagai pihak penjajah yang umumnya acuh tak acuh terhadap kesejahteraan orang-orang Yahudi yang dijajahnya, janda ini tidak jemu-jemunya merepoti hakim untuk membela haknya. Perempuan ini mengabaikan segala perbedaan-perbedaan tajam antara hakim dengan dirinya dan maju terus mendesak si hakim membuat si hakim tidak nyaman (ay. 4-5).

Apa kata Yesus kemudian? “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (ay. 7)

Bukankah kita bangsa non-Yahudi yang dahulu tanpa Kristus, tidak beroleh bagian yang dijanjikan, tanpa Allah (Ef. 2:11-12) yang kontras dengan Hakim (adil) di atas segala hakim itulah Allah? Namun oleh kurban Kristus kita dijadikan warga pilihan-Nya (ay. 13) sehingga di dalam menghadapi setiap persoalan hidup, kita sadar semua ini karena kasih karunia Allah yang menjadi jaminan doa kita dibenarkan oleh-Nya dan kita dihisap masuk menjadi orang-orang pilihan-Nya. Sekarang Kristus ada di dalam kita dan menyertai kita (Imanuel), kita berpengharapan masa depan cerah dan siap menyambut kedatangan-Nya.

Introspeksi: bagaimana sikap doa kita? Apakah tetap sama seperti orang yang tidak berpengharapan? Atau bersemangat dalam doa apapun persoalan yang kita alami, misal: mengalami ketidakadilan dalam hubungan dengan sesama, termasuk kaum minoritas, lemah tak berdaya? Jangan putus asa tetapi berserulah kepada Tuhan dan mintalah pembelaan dari-Nya! Kasih karunia-Nya memberi kita kekuatan (Rm. 8:31-34) dan Ia akan membenarkan kita tepat pada waktu-Nya.

Terbukti penindasan, penganiayaan, pelecehan dan perlakuan tidak adil terhadap orang-orang percaya telah terjadi sejak dahulu. Namun Yesus sudah menanggung ketidakadilan itu bagi kita. Kalaupun kita diperlakukan tidak adil, kita hanya mengikut jejak-jejak-Nya. Sejak zaman rasul-rasul, bapak-bapak gereja dan berlaku hingga sekarang mereka mengalami ketidakadilan di dunia ini (Why 6:9-11). Dan kita sekarang menghadapi zaman akhir untuk mencapai akhir zaman dalam menyambut kedatangan Anak Manusia. Konsekuensi logisnya ialah jumlah orang-orang percaya yang dibunuh harus digenapi dan kita tidak tahu apa yang terjadi pada kita tetapi Firman Tuhan telah mendahului memberitahu kita. Perhatikan, dalam menghadapi ketidakadilan dari manusia jangan kita cepat-cepat membalas atau mencari jalan keluar sendiri karena sikap semacam ini membuat kita tidak akan tahan menghadapi aniaya yang telah ditentukan Tuhan. Ingat, Allah beda dengan hakim manusia sebab Ia mengasihi umat pilihan-Nya. Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri demi kita, mana mungkin Ia tidak membela kita? Ia tahu keadaan kita dan menyediakan pakaian putih bila kita menang dan nama kita tertulis dalam kitab kehidupan (Why. 13:8). Oleh sebab itu tidak ada kuasa jahat dapat menjamah hidup kita termasuk meterai Antikristus.

Bila hakim (Romawi) yang lalim akhirnya membela perkara janda Yahudi apalagi Allah yang oleh darah Anak- Nya telah menebus kita. Jangan dikacaukan dengan isu-isu yang tidak Alkitabiah supaya kita tahu di mana posisi kita. Menghadapi situasi semacam ini, marilah kita menggairahkan ibadah doa kita. Kita mau menyambut kedatangan Anak Manusia sebagai Hakim yang adil dengan doa tanpa putus asa.

2. Berdoa dengan iman yang teguh (ay. 8)

“Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Iman apa yang dimaksud di sini? Iman yang dikaitkan dengan kedatangan Anak Manusia; jadi bukan iman untuk perkara-perkara jasmani seperti kesembuhan dari penyakit, pertolongan dari masalah dll. yang tidak akan bertahan hingga kedatangan Anak manusia. Iman kita jangan hanya sebatas area permasalahan lahiriah tetapi kita perluas ke area rohani yang memberikan kelegaan sehingga hati menjadi damai dan pikiran dapat fokus pada hari kedatangan-Nya.

Orang pilihan Allah dikaruniai segala berkat rohani di dalam Surga (Ef. 1:3,4) maka kita perlu menggumulinya dalam doa dengan iman yang terus menerus agar tidak ada perkara-perkara duniawi menghalangi kita untuk meraih berkat-berkat rohani tersebut. Kalau kita beriman menyambut kedatangan-Nya, Ia akan membela dan menyelesaikan masalah kita. Kita dipilih oleh-Nya dan menerima percikan darah-Nya – menderita aniaya karena Dia. Kalau berkat-berkat rohani yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, tidak dapat layu yang tersimpan di Surga dan diberikan Allah menjadi bagian kita (1 Ptr. 1:1-5), tidak mungkin doa pergumulan kita sehari-hari tidak dibela-Nya; kalaupun Tuhan tidak membela kita hingga akhir napas hidup kita, tetaplah bergembira (ay. 6), sebab semua ini untuk membuktikan kemurnian iman kita (ay. 7). Bila Tuhan berkehendak kita mati teraniaya, jiwa kita tetap di tangan Tuhan sebab kita adalah orang pilihan-Nya.

Perlu diketahui Tuhan berdaulat menggenapi jumlah orang-orang percaya yang mati terbunuh dan jangan menuduh bahwa Ia tidak menolong mereka sbab Ia mengenal manusia satu persatu. Ia mengetahui semua rencana kita sebelum dunia dijadikan bahkan tahu apa yang akan terjadi dengan kita. Yang penting kita harus tahu menempatkan diri sebagai orang pilihan-Nya yang telah menerima kasih karunia dengan hidup dalam kekudusan dan menjaga sikap hati dalam berdoa kepada-Nya sebagai Hakim di atas segala hakim.

Perhatikan, iman yang tidak dikaitkan dengan kedatangan-Nya tidak akan tahan uji. Bila iman kita teguh bagaikan emas yang dimurnikan, kita akan mendapatkan upah, kehormatan dan kemuliaan pada hari Kristus menyatakan diri.

3. Berdoa disertai introspeksi diri (ay. 9-14)

“Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai….”

Keduanya orang Yahudi, bangsa pilihan Allah dan sama-sama berhadapan dengan Hakim di atas segala hakim yaitu Allah yang melihat hati dan pikiran. Yang satu (pemungut cukai) mengambil keuntungan haram dari bangsanya sendiri. Kemudian Allah menghakimi siapa dari mereka mempraktikkan doa sebagai orang pilihan- Nya dan siapa yang tidak. Terbukti doa orang Farisi tidak benar di hadapan-Nya walau tampak isi doa dan sikap doanya baik (ay. 11-12). Beda dengan doa pemungut cukai yang rendah hati karena introspeksi diri dan merasa tidak layak di hadapan-Nya (ay. 13).

Doa disertai introspeksi diri sangat penting sebab semua orang telah berbuat dosa. Apalagi kita berasal dari bangsa bukan pilihan Allah yang oleh kurban Kristus kita dihisab/dihitung ke dalam warga umat pilihan-Nya. Untuk itu kita perlu hati-hati supaya tidak tinggi hati dan menganggap kita dibenarkan Allah karena telah mempraktikkan semua kegiatan agamawi seperti: rajin beribadah, giat dalam pelayanan, tepat memberi perpuluhan, suka berkurban apalagi ada pamrih ingin menonjolkan diri supaya terkenal. Semua hasil usaha pekerjaan kita tidak dapat menggantikan kurban penghapusan dosa kecuali darah Anak-nya yang tidak bercacat cela.

Aplikasi: hendaknya kita tidak bersikap main hakim sendiri dengan menuduh/menuding dosa sesama kita yang jatuh dalam dosa. Sebaiknya kita doakan mereka sambil introspeksi diri sebab suatu waktu kita juga mungkin melakukan dosa,mungkin sama, atau tidak sama tetapi dosa apapun yang dilakukan mempunyai konsekuensi maut sebagai upahnya (Rm. 6:23.

Mari kita tingkatkan gairah doa kita dan keteguhan iman kita untuk perkara-perkara Surgawi serta selalu introspeksi diri menjelang kedatangan Anak Manusia sekaligus Hakim yang mahaadil untuk memberikan kita upah kekal dan tinggal bersama-Nya selamanya. Amin.