• SIAP MENYAMBUT KEDATANGAN ANAK MANUSIA
  • Lemah Putro
  • 2022-01-16
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1048-siap-menyambut-kedatangan-anak-manusia-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita telah ditebus oleh darah Yesus yang tidak ternilai dan mulia; oleh sebab itu marilah kita menaati Firman-Nya dan mencontoh teladan-Nya serta pikiran dan pandangan kita berjalan sesuai dengan kehendak-Nya.

Sungguhkah kita siap menyambut kedatangan Anak Manusia? Apa respons kita yang sedang beribadah saat ini jika Tuhan datang menjemput kita? Pastikah kita masuk Surga bersama-Nya? Bagaimana dengan mereka yang malas bahkan tidak mau beribadah kepada-Nya? Jujur, menantikan kedatangan Tuhan dan kesiapan menyambut Dia tidaklah semudah apa yang kita ucapkan.

Bagaimanapun juga kita harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk menyambut kedatangan-Nya kembali. Namanya “siap” tentu tidak dilakukan asal-asalan tetapi semua yang dipersiapkan pasti ada tujuannya. Misal: ketika famili memberitahu akan menginap di rumah kita, apa reaksi kita? Apakah kita langsung cemberut dan jengkel karena akan merepotkan kita atau kita bersukacita ingin melepas kangen kemudian sibuk mempersiapkan semua keperluan untuk menyambutnya? Bagaimana reaksi kita dalam menyambut Anak Manusia, apakah siap atau malah bingung dan ketakutan?

Bagaimana kita mengetahui kedatangan Kerajaan Allah dan menyambut Anak Manusia menurut Injil Lukas 17:20- 25?

“Atas pertanyaan orang-orang Farisi apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, katanya: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah….”

Apa maksud jawaban Yesus bahwa Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah? Ia ingin menunjukkan bahwa Kerajaan Allah tidak dapat dilihat kasatmata tetapi dengan iman kita merasakan ada di antara kita yaitu di dalam hati. Kerajaan Allah ini jauh melebihi kehebatan kerajaan/istana dunia yang ada batasnya.

Perlu diketahui kalau Kerajaan Allah datang, Anak Manusia (Yesus) juga pasti datang sebab tidak mungkin Kerajaan-Nya eksis tanpa ada rajanya. Dengan kata lain, Kerajaan Allah dan Anak Manusia tidak dapat dipisahkan. Itu sebabnya Yesus mengingatkan agar kita tidak mudah percaya apalagi ikut memviralkan Anak Manusia datang di sana/sini (Luk. 17:21-24) sebab banyak nabi palsu akan menyesatkan (Mat. 24:11) dan guru-guru palsu menyebarkan pengajaran palsu yang membinasakan (2 Ptr. 2:1).

Apa ciri-ciri Anak Manusia yang akan kita sambut? Kalau kita mau menyambut kedatangan Anak manusia, kita harus mau menerima tatanan Kerajaan-Nya. Kita menyambut Dia yang menderita – berkurban mati disalib – walau orang Israel kecewa dan pengharapannya pupus ketika Yesus yang mereka dambakan akan menjadi Raja untuk membebaskan mereka dari penjajahan malah mati. Mereka tidak mengerti bahwa Kerajaan Allah tidak sama dengan kerajaan dunia. Untuk itu Yesus menegaskan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh. 18:36) dan Ia berasal dari atas sementara mereka berasal dari bawah (Yoh. 8:23).

Kalau Kerajaan Allah dan Anak Manusia tidak kelihatan bagaimana kita menunggu Dia? Rasul Petrus mengatakan di zaman akhir ini tampil pengejek-pengejek yang mempertanyakan janji tentang kedatangan-Nya (2 Ptr. 3:-4). Perhatikan, perjalanan pengikutan kita kepada Yesus ditandai dengan iman (Ibr. 11:1-3). Itu sebabnya dalam doa “Bapa kami” Yesus mengajarkan kita untuk berdoa “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi ini seperti di sorga” (Mat. 6:9). Ilustrasi: Negara Indonesia yang wilayahnya sangat luas (17.000 pulau) berada di bawah pemerintahan satu presiden dan lokasi istana kepresidenan terletak di Jakarta. Bila Presiden berkunjung ke daerah-daerah, beliau tidak perlu memboyong istana kepresidenan dan undang-undang negara yang telah ditetapkan berlaku di seluruh pelosok Indonesia untuk dipatuhi oleh setiap warga walau Presiden tidak ada di tempat. Demikian pula dengan Kerajaan Allah yang tidak datang secara fisik tetapi kita memercayainya dengan iman dan hidup sesuai tatanan Kerajaan-Nya sehingga apa yang kita lakukan di bumi seturut dengan yang ada di dalam Kerajaan-Nya. Peraturan Kerajaan Allah antara lain “makan secukupnya” dan “mengampuni” perlu dipraktikkan. Ternyata tatanan Kerajaan Allah tidak berkelebihan dalam sandang, pangan dan papan. Bukankah Yesus tidak tertarik dengan godaan Iblis yang menawarkan kerajaan dunia dengan segala kemuliaannya (Luk. 3:5- 8)?

Kerajaan Allah secara sederhana dilukiskan di Kitab Wahyu 21-22 tentang Yerusalem baru di mana ada sungai air kehidupan mengalir dari takhta Allah dan takhta Anak Domba. Juga di seberang sungai itu ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali serta daunnya dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.

Masihkah kita mau menyambut Kerajaan Allah dan Anak Manusia yang akan datang kembali? Ternyata Kerajaan Allah itu penuh dengan keadilan dan kebenaran. Apa ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya?

  • Persoalan Nikah Meja Roti Sajian

“Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak manusia: mereka kawin dan dikawinkan sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.” (Luk. 17:26-27)

Allah menunggu 120 tahun agar manusia yang makin jahat bertobat tetapi hanya Nuh sekeluarga yang selamat.

Nuh hidup benar dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Keluarga Nuh tidak sembrono dalam kehidupan nikah seperti dilakukan oleh orang-orang di zaman itu yang mencari jodoh sesuka hati mereka dan ini membuat Allah sedih luar biasa (Kej. 6:1-2,6). Pernikahan Nuh dan istri langgeng (tidak kawin cerai) dan ini juga menjadi contoh bagi anak-anaknya. Dampaknya, Nuh sekeluarga (empat pasangan nikah) juga sepasang-sepasang (jantan-betina) dari segala makhluk hidup masuk dalam bahtera untuk diselamatkan dari hukuman air bah. Semua pasangan ini terpelihara hidupnya (Kej. 6:18-19).

Introspeksi: bagaimana dengan kehidupan nikah kita? Apakah sesuai dengan tatanan Kerajaan Allah atau sibuk makan-minum dan kawin-mawin dengan sembrono seperti dilakukan oleh pasangan-pasangan yang mempraktikkan seks bebas? Tuhan akan memberkati nikah kita asal kita hidup tertib tidak melampiaskan kebebasan hawa nafsu kita. Jangan biarkan anak-anak kita hidup sembarangan tetapi ingatkan mereka untuk hidup dalam kekudusan sebab semua tindakan selalu ada konsekuensinya. Contoh: Ananias dan Safira yang mendustai Allah dan mencobai Roh Tuhan berakibat kematian mereka berdua (Kis. 5:4,10).

Mengapa Yesus menyinggung soal Nuh? Sebelum dieksekusi, Rasul Petrus menulis ulang peristiwa Nuh juga tentang nabi-nabi palsu serta guru-guru palsu yang menghujat Jalan Kebenaran dan memutarbalikkan Firman (2 Ptr. 2:1-5). Peristiwa ini terulang kembali yang mana hati manusia tidak lagi takut kepada Tuhan dan orang tua tidak serius dalam persoalan nikah. Perhatikan, takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (Ams. 1:8); oleh sebab itu didiklah anak-anak supaya takut akan Tuhan di dalam tumbuh kembang mereka.

  • Persoalan sandang-pangan-papan Kandil Emas

“Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot, mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun…..Ingatlah akan isteri Lot.” (ay. 28-32)

Homoseks dan lesbian marak di zaman Lot. Sebelum Allah memusnahkan kota Sodom dan Gomora dengan api, dua malaikat menyuruh Lot sekeluarga beserta dua menantunya keluar meninggalkan kota terkutuk itu tetapi dua menantunya tidak mau ikut. Memang keluarga Lot tidak terlibat dalam seks menyimpang tetapi sayang istri Lot yang sudah keluar menoleh ke belakang dan menjadi tiang garam (Kej. 19:12-15,26).

Ternyata persoalan istri Lot bukan karena kehidupan nikah tetapi berkaitan dengan menjual-membeli (dunia bisnis) dan membangun yang berakhir menjadi tiang garam.

Bukankah dunia sekarang tidak pernah puas dengan persoalan kebutuhan sandang pangan yang berkelebihan dan terus menerus membangun bahkan membangun pembuatan senjata nuklir yang canggih untuk ketenaran serta kehebatan? Akan terulang kembali api dari Surga yang sudah dipersiapkan untuk menghanguskan langit dan bumi ini (2 Ptr. 3:10).

Aplikasi: hendaknya kita waspada untuk tidak hanyut dan tenggelam dalam segala kemewahan dan kebutuhan jasmani yang tidak terkontrol. Sebaliknya, kita tidak ikut-ikutan dengan pola hidup orang dunia tetapi menjadi sinar “pelita” di tengah kegelapan dunia.

  • Persoalan Hidup “TERANGKAT” Mazbah Pembakaran Ukupan

“Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya ia akan kehilangan nyawanya dan barangsiapa kehilangan nyawanya ia akan menyelamatkannya.” (ay. 33)

Yesus menegaskan barangsiapa kehilangan nyawa karena Dia, ia akan memperolehnya sebab apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya (Mat. 16:24-26). Bukankah Yesus sendiri rela kehilangan nyawa-Nya dengan mati disalib untuk kemudian ditinggikan oleh Bapa-Nya menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36)?

Terbukti nyawa berkaitan dengan dunia. Kalau tidak hati-hati, kita akan terjebak oleh dunia dengan segala kemewahannya tetapi nyawa kita akan binasa.

Bukankah kita telah ditebus dan diselamatkan oleh-Nya lalu untuk apa hidup kita? Kristus telah mati untuk kita supaya kita hidup bukan untuk diri sendiri tetapi untuk Dia (2 Kor. 5:15). Yesus pernah menegur Petrus yang berpikiran duniawi (Mat. 16:23). Memang kita tidak dapat menghindar dari dunia sebab kita perlu makan- minum tetapi Tuhan menolong kita untuk tidak tamak karena dunia menggoda kita untuk mendapatkan uang banyak. Siapa tidak membutuhkan uang? Namun pantaskah kita menjual nyawa untuk diberikan kepada setan? Jangan terlambat sebab Tuhan mau memelihara kita!

Perhatikan, akan terjadi pengangkatan hidup-hidup yang mana satu dari dua orang yang berada di satu tempat tidur atau sedang mengilang di ladang, seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan (ay. 33-35). Peristiwa ini terjadi ketika sangkakala berbunyi, Tuhan turun dari Surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit. Sesudah itu kita yang hidup akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa (1 Tes. 4:16-18). Namun perhatikan, tidak semua yang masih hidup terangkat sebab ada pula yang ditinggal alias tidak terangkat. Oleh sebab itu kita harus memerhatikan bagaimana hidup dalam kesalehan dan kesucian (2 Ptr. 3:11).

Bagaimana persiapan kita dalam menyambut kedatangan Anak Manusia? Marilah kita hidup dalam kekudusan (nikah) dan jangan mengorbankan kehidupan nikah untuk sesuatu yang tidak dikehendaki Tuhan. Hiduplah berpadanan dengan keadaan dan jangan tamak akan uang hingga melupakan keselamatan. Jangan pula terjerat dengan godaan dunia yang sedang menuju kehancuran tetapi kita rindu bersekutu dengan Dia sambil menanti kedatangan-Nya untuk menjemput kita dan tinggal bersama-Nya di dalam Kerajaan-Nya selamanya. Amin.