• SIAP MENYAMBUT KEDATANGAN ANAK MANUSIA (JOHOR)
  • Lukas 17:20-37
  • Johor
  • 2022-01-16
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1047-siap-menyambut-kedatangan-anak-manusia

Shalom,

Kita telah melewati masa liburan Natal dan Tahun baru. Banyak orang jenuh tinggal di rumah dan ingin bepergian mencari suasana baru termasuk sepupu dari Pembicara yang tinggal di Jakarta ingin menginap di rumahnya. Sebagai tuan rumah yang baik, pasti segala sesuatu dipersiapkan untuk menyambut kedatangan sepupunya seperti membersihkan kamar yang akan ditempati dll.

Bagaimana reaksi kita mendengar pemberitaan Firman Tuhan yang mengatakan Yesus, Anak Manusia, mau datang kembali? Apakah kita siap menyambut kedatangan-Nya dan apa yang harus kita persiapkan?

Ada tiga hal yang perlu kita persiapkan sebagai bukti bahwa kita siap menyambut kedatangan Anak Manusia seperti tertulis dalam Lukas 17:20-37, yakni:

  • Bertekun dalam kuasa persekutuan yang mengubahkan (ay. 20-21)

“Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."

Ketika mempelajari Firman Tuhan, kita perlu memerhatikan konteks dan ayat-ayat sebelumnya karena pasti ada kaitannya. Dikisahkan di ayat-ayat sebelumnya tentang sepuluh orang kusta yang memohon belas kasihan dari Yesus. Ia menyuruh mereka pergi memperlihatkan diri kepada imam-imam yang berpegang hukum Taurat tentang peraturan tahir atau belum melalui pemeriksaan secara fisik (Im. 13).

Apa yang terjadi kemudian? Di tengah perjalanan sepuluh penderita kusta mengalami kuasa Allah bekerja sehingga mereka tahir sebelum bertemu imam-imam. Awalnya ketika mereka mendengar perintah Yesus, tidak ada tanda-tanda lahiriah yang mengatakan mereka sembuh. Terbukti kuasa Allah terjadi menurut waktu- Nya yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun. Penahiran yang terjadi di tengah perjalanan ini dipahami hanya oleh satu orang Samaria yang percaya penyembuhan dilakukan oleh Allah melalui Yesus. Terbukti ada kuasa supranatural bekerja bukan imam yang bekerja menurut aturan Turat.

Setelah peristiwa penahiran sepuluh orang kusta, ada orang Farisi bertanya kepada Yesus kapan Kerajaan Allah datang. Masalahnya orang Farisi ini ingin melihat secara fisik sama seperti tindakan imam-imam yang memeriksa penahiran orang kusta secara fisik menurut hukum Taurat. Dengan tegas Yesus menjawab bahwa Kerajaan Allah hadir tanpa tanda-tanda fisik/lahiriah tetapi hadir dengan kuasa yang hanya dapat dilihat dengan mata iman.

Pertanyaan: apakah persekutuan kita dalam beribadah secara fisik dengan tertib, kerajinan kita membaca Alkitab dan ketepatan memberikan persepuluhan merupakan tanda kita siap menyambut Kerajaan Allah? Tidak! Orang Farisi juga disiplin melakukan ibadah tetapi sebatas liturgi (Luk. 18:11-12). Kita dikatakan siap menyambut Kerajaan Allah bila dalam melakukan semua itu kita mengalami kuasa Allah yang mengubahkan (1 Kor. 4:20). Jelas bahwa kedatangan Kerajaan Allah tidak ada tanda-tanda lahiriah/fisik tetapi kuasa Allah bekerja untuk mengubahkan kita sehingga kita menjadi kesaksian melalui tutur kata, sikap dan tindakan kita. Namun faktanya kita sering mengalami kegagalan dalam ibadah dan pelayanan bahkan malah timbul gesekan- gesekan oleh sebab kita tidak mengalami kuasa keubahan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus. Sebenarnya gesekan dan sandungan merupakan proses yang Tuhan izinkan agar kita mengalami kuasa Kerajaan Allah yang bekerja mengubah kita.

Perhatikan, “Kerajaan Allah ada di antara kamu” (ay. 21) menunjukkan bahwa kuasa Kerajaan Allah yang mengubahkan senantiasa ada dan bekerja di dalam hubungan antarsesama orang percaya. Oleh sebab itu kita harus tetap tekun dalam persekutuan orang-orang percaya di mana pun karena kuasa-Nya mampu mengubahkan pribadi kita, mengubahkan suami-istri, orang tua-anak dan hubungan dengan sesama.

  • Berpegang kepada pengajaran salib Kristus (ay. 22-23)

“Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya:”Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari- hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut.”

“Akan datang waktunya”, kapan? Masa setelah Yesus naik ke Surga (Luk. 9:51) hingga masa kita hidup sekarang ini hari-hari Anak Manusia tidak dapat dilihat sebab hadirnya Yesus bukan dengan tanda-tanda fisik lagi. Untuk itu Yesus memberikan peringatan supaya kita waspada dan berjaga-jaga terhadap orang-orang yang ingin mempunyai pengalaman spiritual dengan Anak Manusia lalu mengejar penglihatan-penglihatan perjumpaan dengan Tuhan. Juga munculnya pelbagai pengajaran akhir zaman, pengajaran kedatangan Tuhan yang aneh-aneh berbau mistis. Misal: menghubungkan computer dengan antikristus, vaksinasi dengan cap antikristus juga kesaksian orang melihat Surga dan neraka (bnd. Luk. 16:27-31). Menghadapi semua ini Yesus menegaskan agar kita tidak mudah percaya dan mengikutinya. Jangan hiraukan pengajaran aneh-aneh yang hanya menimbulkan perpecahan di antara orang-orang percaya – antara suami-istri, orang tua-anak. Ingat, Kerajaan Allah bertujuan mempersekutukan bukan memecah-belah.

Perlu diketahui bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara vaksinasi dengan cap antikristus. Apa jaminannya supaya kita tidak terkena cap 666 (Why. 13:16)? Jika nama kita sudah tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab buku kehidupan Anak domba yang tersembelih (ay. 8). Jadi, bila nama kita sudah terdaftar di Surga (bnd. Luk. 10:20), apa pun tidak akan memengaruhi hidup kita.

Lebih lanjut Yesus mengatakan bahwa kedatangan Anak Manusia digambarkan seperti kilat yang memancar dari dari ujung langit yang satu ke ujung langit lainnya (ay. 24) sehingga tidak ada bagian bumi yang terlewatkan dan tidak seorang pun dapat menolaknya. Peristiwa ini begitu menakjubkan sekaligus mengejutkan dan menakutkan karena kejadiannya cepat sekali.

Namun sayang banyak orang tidak siap menyambut kedatangan Anak Manusia karena ajaran sehat tentang salib dalam menyambut kedatangan Yesus (ay. 25) akan ditolak banyak orang – dari generasi dahulu, sekarang dan generasi yang akan datang. Mengapa? Karena ajaran ini memprioritaskan perkara-perkara rohani juga bagaimana berkurban dan mempersembahkan hidup bukan fokus pada hal-hal jasmani dan materi. Sebaliknya, jika agama digandengkan dengan keuntungan-keuntungan jasmani atau dengan hal-hal mistis menyangkut perasaan dan membangkitkan emosi akan laku keras. Contoh: ajaran akhir zaman yang menjelaskan tentang orang dibawa pergi ke Surga atau ke neraka. Apa kata Alkitab mengenai kisah ini? Abraham menegaskan bahwa kesaksian Musa dan para nabi (Perjanjian Lama) dan sekarang Perjanjian Baru cukup membuat seseorang bertobat (selagi masih hidup); kalau dia tidak mau mendengarkan, sekalipun orang mati dibangkitkan tidak akan dapat meyakinkan orang tersebut (Luk. 16:27-31).

Jelas sekarang bahwa kita tidak perlu mengikuti ajaran semacam itu. Tanda kesiapan kita menyambut kedatangan Anak Manusia ialah dengan teguh berdiri di atas ajaran sehat yang berpegang pada salib Kristus. Biarlah anjing-anjing pengajaran tidak sehat itu menggonggong tetapi iman kita berjalan terus.

  • Memprioritaskan perkara yang rohani (ay. 26-31).

Tuhan memberi waktu kepada manusia menjelang kedatangan Anak Manusia seperti telah dialami oleh orang- orang di zaman Nuh juga kepada keluarga Lot dan calon menantunya. Apakah mereka memanfaatkan waktu yang ada? Ternyata mereka lebih memprioritaskan perkara-perkara duniawi. Buktinya? Calon menantu Lot memilih tetap tinggal di kota itu sementara istri Lot yang sudah keluar dari kota itu menoleh ke belakang lagi berakibat dia menjadi tiang garam (Kej. 19:14-26). Mengapa istri Lot menoleh ke belakang? Karena hatinya masih berat meninggalkan apa yang dimilikinya. Terbukti bahwa keselamatan itu ditentukan oleh diri sendiri, apa yang menjadi prioritas kita? Persoalan duniawi atau rohani?

Perhatikan, persoalan makan-minum dapat normal dapat pula didorong oleh hawa nafsu; kawin mengawinkan juga bisa normal bisa pula didorong oleh hawa nafsu. Demikian pula dalam bekerja mencari nafkah, berdagang, membangun bahkan melakukan segala jenis pekerjaan apa pun, berhati-hatilah supaya tidak didorong oleh hawa nafsu atau menurut cara-cara dunia dengan menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan sehingga menimbulkan konflik dan perpecahan antarsuami-istri, antarsesama. Semua ini dilakukan karena memprioritaskan keduniawian, kedagingan sehingga menjadi materialitis.

Demikian pula nyawa kita sudah ditebus oleh darah Anak Domba yang tersembelih; oleh sebab itu prioritaskan segala sesuatu yang rohani untuk Tuhan.

Introspeksi: apakah sepanjang hari baik waktu kerja maupun saat tidur kita hidup bersama Tuhan (ay. 32-36) dan memprioritaskan yang rohani dengan menjauhi pengaruh duniawi dan hawa nafsu daging (1 Tes. 5:9- 11)? Atau kita lebih dipengaruhi oleh emosi kemarahan dan kesombongan yang membuat damai hilang ketika menghadapi tantangan sebab kita memikirkan perkara duniawi? Ironi jika terjadi seperti ayat 34-36 tersebut, maka marilah kita saling menasihati dan saling membangun supaya hati dan pikiran kita tertuju kepada Tuhan sehingga tidak ada satu pun ditinggal melainkan semua siap menyambut saat Ia datang.

Yesus menjawab pertanyaan orang-orang (ay.34-36), “Di mana Tuhan?” Lalu Yesus menjawab, “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar (eagle = rajawali).” (ay. 37) Ia mengutip burung nasar/rajawali dari Ayub 39:30-33 yang memaparkan burung ciptaan Allah saja mempunyai naluri tahu apa yang utama dan prioritas demi hidup anak-anaknya, dari puncak bukit matanya tajam mengetahui di mana ada yang tewas sebagai mangsanya, terlebih lagi kita, manusia ciptaan Allah yang paling mulia menurut gambar rupa-Nya. Kita mempunyai pikiran, perasaan dan kemauan yang seharusnya jauh melebihi naluri burung nasar dalam memprioritaskan apa yang penting bagi kita apalagi dalam menyambut kedatangan Anak Manusia. Bukankah hidup kita tidak sebatas di dunia ini tetapi sampai pada kekekalan?

Ironisnya, di tempat-tempat di mana orang percaya memprioritaskan perkara-perkara rohani, di situ malah terjadi pemisahan – yang satu dibawa yang lain ditinggalkan – yang satu bersama Anak Manusia sedang yang lain di tempat berbeda. Anak Manusia menderita sampai mati disalib karena memprioritaskan keselamatan kita, lalu Ia bangkit, naik ke Surga, dan akan datang kembali untuk kita yang memprioritaskan perkara rohani, keselamatan kekal, untuk membawa kita bersama-Nya selamanya.

Marilah kita mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Yesus, Anak Manusia, dengan bertekun dalam kuasa persekutuan yang mengubahkan, berpegang kepada pengajaran salib Kristus dan memprioritaskan perkara yang rohani. Dengan demikian kita yang masih hidup saat Ia datang, kita akan diangkat bersama-sama dengan mereka yang mati di dalam Kristus menyambut Dia di angkasa. Amin.