• PERBUATAN IMAN YANG MENYELAMATKAN
  • Lukas 16:19-31
  • Lemah Putro
  • 2021-12-12
  • Pdt Stephen Manurung
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1027-perbuatan-iman-yang-menyelamatkan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Telah satu tahun kita diberkati dengan penyampaian Firman Tuhan dalam bentuk serial/berurutan dan kita diingatkan bagaimana sebagai orang yang sudah menerima keselamatan kita harus melakukan perbuatan iman. Namun benarkah perbuatan-perbuatan baik itu menyelamatkan? Tidak. Kita diselamatkan oleh iman (Ef. 2:6) dan sebagai orang yang telah diselamatkan kita patut melakukan perbuatan iman yakni berbuat baik.

Mengapa keselamatan bukan hasil dari perbuatan baik manusia? Perbuatan iman orang yang diselamatkan digambarkan oleh Yesus melalui dua kisah – hamba tidak boleh mengabdi kepada dua tuan serta kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin.

Saat itu Yesus sedang berbicara kepada murid-murid-Nya tentang pengabdian kepada dua tuan – Allah atau Mamon – dan pembicaraan-Nya didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang (Luk. 16:13-14).

Kemudian Yesus beralih pada topik baru tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin (ay. 19-31). Apa yang terjadi dengan orang kaya dan Lazarus miskin tersebut? Keduanya mati dan dibawa ke tempat berbeda: Lazarus miskin dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham (di Firdaus) sementara orang kaya itu menderita sengsara di alam maut (Hades). Siapa yang dimaksud Lazarus dan orang kaya tersebut? Lazarus menggambarkan jemaat biasa dan orang kaya itu adalah orang Farisi, pemimpin rohani/hamba Tuhan.

Tahukah bahwa sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, manusia di dalam rupa dan gambar Allah sudah rusak tetapi mereka mencoba mencari Allah sebagai induk/sumber jiwanya? Namun sayang semua upaya mereka tidak berhasil. Contoh: Kain gagal mempersembahkan kurban yang diperkenan Allah; Nimrod gagal mendirikan menara Babel yang puncaknya sampai ke langit untuk bertemu Allah. Di zaman Nuh, manusia makin jahat dan hanya Nuh sekeluarga yang selamat. Kemudian Abraham diperkenan Allah karena iman. Dia dibenarkan sebelum disunat; dengan kata lain sunat tidak menyelamatkan. Bahkan ia telah beriman sebelum hukum Taurat ada. Terus berlanjut dan orang Israel gagal memaknai Hukum Taurat dan sampai hari ini masih ada hamba Tuhan dan mereka yang menyatakan diri sebagai orang Kristen beranggapan bahwa keselamatan diperoleh oleh karena kemampuannya dalam menjalankan hukum Allah.

Terbukti mulai dari orang-orang yang hidup di era Perjanjian Lama berlanjut pada mereka yang hidup di zaman Perjanjian Baru termasuk orang-orang Farisi kemudian hamba-hamba Tuhan bahkan orang-orang Kristen saat ini masih memiliki pikiran, hati dan semangat (manusiawi) untuk mengupayakan perolehan keselamatan.

Ada banyak ragam agama di dunia ini dan agama Kristen mengajarkan keselamatan diperoleh karena iman tetapi tidak sedikit hamba Tuhan dan jemaat masih berpikiran bahwa perbuatan baik akan menyelamatkan. Untuk itu Yesus mau meluruskan pola pikir yang salah ini dan apa yang disampaikan-Nya didengar oleh orang-orang Farisi. Penjelasan apa yang dimaksud Yesus melalui dua kisah tersebut?

  • Bahwa keselamatan berhubungan dengan pengabdian

Pekerjaan keselamatan bukanlah sekadar ritual atau liturgi tetapi berkenaan dengan relasi yang mengandung unsur pengabdian, kasih dan kesetiaan.

Ternyata orang Farisi mengabaikan unsur pengabdian karena mereka mengabdi kepada dua tuan itulah Tuhan dan Mamon/uang. Mereka melakukan pelayanan sebatas jabatan dan tugas sebagai pemimpin spiritual/hamba Tuhan. Mereka memanfaatkan (tuan) Mamon untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Itu sebabnya Yesus senyindir mereka karena sudah melenceng dalam pengabdian. Waspada bagi para pemimpin rohani yang menjadi hamba uang.

Pengabdian yang dimaksud oleh Yesus bukanlah bentuk pengabdian seorang hamba terhadap tuannya yang dilakukan karena status hukum atau perolehan upah.

Pengabdian unik ini disertai dengan rasa cinta (love) dan hormat (respect) seperti pengabdian yang berlangsung bagi pasangan nikah. Suami mengabdikan diri kepada istri tanpa rasa takut dan beban tetapi bekerja giat untuk menyenangkan istri yang dicintainya. Demikian pula istri mengabdi kepada suami disertai rasa hormat bukan seperti pelayanan pembantu kepada tuan atau diskriminasi laki-laki dan perempuan. Ada unsur cinta dan hormat di dalam relasi suami-istri seperti dialami oleh Abraham-Sara. Sara memanggil suaminya “tuan” (1 Ptr. 3:6); ini bukan berarti Sara memosisikan diri sebagai hamba terhadap majikan tetapi menunjukkan cara perempuan kudus berdandan dan tunduk kepada suaminya (ay. 5).

Di satu kesempatan, ketika Sara mendengar percakapan dari salah satu “tamu” yang memberitahu Abraham kalau tahun depan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki, Sara tertawa dalam hati dan berkata, “Akan berahikah (bhs. Ibr. eden: pleasure, delight) aku setelah aku sudah layu sedangkan tuanku sudah tua?” (Kej. 18:12). Eden → Taman Eden yang berdandan bagi pengantin baru Adam-Hawa. Tampak hubungan mesra mereka tidak lekang oleh waktu. Sara tetap “berdandan” bagi suami dan terbukti bayi Ishak lahir tahun berikutnya.

Aplikasi: hubungan suami-istri harus tetap ditandai love and respect tanpa batas waktu. Istri berdandan bagi suami dan suami setia kepada istri. Makin tua usia pernikahan, makin suami-istri tampil bijak dan dekat dengan Tuhan. Masing-masing mengerjakan keselamatan dengan adanya relasi kedekatan dengan Tuhan seperti istri (gereja) tidak diam-diaman dengan suami (Kristus, Mempelai Pria Surga). Suasana Eden seperti inilah yang diinginkan oleh Tuhan. Kenyataannya, setelah menjadi suami-istri makin lama kehidupan nikah menjadi suatu kebiasaan. Misal: suami hanya fokus pada tanggung jawabnya mencari nafkah buat keluarga kemudian mengabaikan cinta yang dibutuhkan oleh istri. Demikian pula istri sibuk menyiapkan makanan, pakaian dan keperluan lainnya sehingga melupakan respect dari suami yang perlu dimintai keputusan dsb. Hal sama terjadi antara hubungan kita dengan Tuhan. Kita beribadah dengan rasa hormat tanpa mengurangi rasa cinta kita kepada-Nya. Jika tidak, relasi kita dengan Tuhan akan retak karena dilakukan sebatas kebiasaan tidak ada perubahan. Berkaitan dengan love dan respect, orang Farisi tidak mencintai Tuhan tetapi memanfaatkan Dia.

Perlu diketahui bahwa keselamatan itu bukan taking (= mengambil) tetapi giving (= memberi).

Walau Yesus mengisahkan si kaya dan si Lazarus miskin dalam bentuk metafora/gambaran, Ia sesungguhnya sedang menyoroti langsung orang Farisi, si hamba uang. Bagi mereka, mengikut Yesus itu untuk mendapatkan sesuatu (taking) dan Yesus mau menjungkirbalikkan pikiran mereka yang keliru itu. Mereka mengabdi kepada Tuhan dengan respect keliru dan tanpa love yang benar. Bagi mereka, keselamatan yang mereka upayakan dengan melakukan hukum Taurat adalah sebagai jembatan untuk taking bukan kesempatan untuk giving.

Pembelajaran: akar munculnya kekeliruan dan kesesatan dalam kehidupan anak Tuhan banyak disebabkan karena definisi keliru tentang ibadah. Kita harus mengerjakan keselamatan dengan giving; pengikutan kepada Tuhan itu giving dan ibadah kita kepada-Nya juga memberi sebab tanpa disadari semangat “mendapatkan” sesuatu (minimal berkat) telah tertanam dalam hati dan pikiran pendeta maupun jemaat. Kualitas kerohanian yang tinggi ialah memberi minimal memberikan hidup kita karena keselamatan tidak dapat digantikan dan tergantikan oleh apa pun. Memang kita datang kepada Tuhan dalam pergumulan mempunyai masalah tetapi motivasi kita menghadap Dia ialah untuk bersyukur atas keselamatan yang dikaruniakan oleh-Nya. Kalau kita menerima berkat jasmani ini urusan Tuhan yang peduli pada kita dan merupakan bonus dari-Nya. Namun orang Farisi tidak melakukan hal seperti itu.

  • Bahwa keselamatan ada hubungannya dengan hidup kekal. Oleh sebab itu hidup kita sekarang ini akan dipertanggungjawabkan karena penghakiman itu nyata. Buktinya orang kaya masuk ke Hades (tempat penantian bernuansa neraka) sementara Lazarus masuk ke Firdaus bersuasanakan Surga. Mengapa Yesus tiba-tiba mengalihkan pembicaraan-Nya mengenai perceraian dan perzinaan yang sepertinya tidak ada hubungannya dengan kisah tentang pengabdian kepada dua tuan dan kisah orang kaya dan Lazarus miskin?

Ironis, orang Farisi sangat membenci perzinaan (secara teori) tetapi paling getol mencari siapa saja yang berzina. Bukankah ini berarti mereka bermain-main dengan percabulan? Mereka bahkan menangkap perempuan yang kedapatan berzina (Yoh. 8:3).

Di mata Yesus orang Farisi sudah selingkuh/bercerai dengan Tuhan karena hati mereka terikat dengan Mamon. Mereka beribadah bukan atas dasar kasih dan kesetiaan tetapi hanya sebatas ritual. Mereka telah berzina dengan uang.

Bagaimana sikap mereka? Yesus mengatakan, “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.”

Orang kaya ini menggambarkan orang Farisi yang selalu berpakaian jubah ungu → wajib menggunakan pakaian branded (bermerek) dan kain halus → mengikuti mode dan setiap hari bersukaria dalam kemewahan → pesta terus. Adakah rohaniawan dan hamba Tuhan yang melayani Tuhan dengan pola hidup mewah, trendy dan suka posting menunjukkan dia diberkati dalam pelayanan. Ingat, semua sikap dan tindakan kita harus dipertanggungjawabkan kepada Allah (Rm. 14:12).

Orang kaya ini tidak menghiraukan Lazarus yang badannya penuh borok serta menahan lapar dan berbaring dekat pintu rumahnya. Bahkan si kaya masih mengambil keuntungan dari Lazarus miskin dengan membiarkan anjing-anjing menjilat boroknya. Ini menggambarkan hamba Tuhan mentereng yang menutup mata terhadap jemaatnya yang miskin dan penyakitan.

Introspeksi: sudahkah kita peduli dan menolong mereka yang hidup dalam kesulitan terlebih di masa pandemi ini? Atau malah mengekspolitasi para janda dan yatim piatu untuk mendapatkan dana dengan mengatasnamakan mereka? Jangan melegalkan semua cara untuk memenuhi keinginan hati yang tamak akan uang. Ingat, penghakiman itu nyata dan ada! Buktinya orang kaya (pendeta) mati dan masuk Hades sementara Lazarus miskin mati dan dibawa ke Firdaus. Di mana tempat-tempat yang berpotensi tidak kudus? Justru di tempat kudus. Dan siapa orang paling efektif menyesatkan dan menghancurkan umat? Justru pendeta.

Lebih lanjut dikisahkan orang kaya ini menangis kesakitan serta kehausan di Hades lalu meminta Abraham menyuruh Lazarus mengingatkan lima saudaranya yang masih hidup di bumi agar tidak masuk ke tempat penderitaan yang sama seperti dia. Abraham menegaskan jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak akan mau diyakinkan sekalipun oleh orang yang bangkit dari kematian.

Angka lima sering dikaitkan dengan Pentateukh (lima Kitab Musa), artinya: masih banyak orang di luar yang tahu Firman Tuhan tetapi tidak melakukannya. Mereka perlu diingatkan untuk tidak bermental dan bergaya hidup seperti orang Farisi.

Aplikasi: kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru harus disuarakan di gereja. Kita butuh pengajaran yang kuat untuk mendewasakan rohani kita dan memperbaiki kehidupan nikah yang hancur. Juga mukjizat dan keajaiban tidak dapat membawa orang kepada keselamatan.

Tuhan telah menganugerahkan keselamatan bagi kita yang beriman kepada-Nya. Untuk itu kita harus mengerjakan keselamatan dengan berbuat baik, penuh pengabdian, ditandai kasih dan kesetiaan, suka memberi dan menolong orang yang dalam kesulitan hidup. Semua yang kita kerjakan akan dipertanggungjawabkan nanti karena penghakiman itu nyata. Oleh sebab itu jangan hidup sembrono tetapi kejarlah kekudusan agar diperkenan Tuhan. Amin.