• PERBUATAN IMAN YANG MENYELAMATKAN (JOHOR)
  • Lukas 16:19-24
  • Johor
  • 2021-12-12
  • Pdm. Jannen P.
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1026-perbuatan-iman-yang-menyelamatkan

Shalom,

Tak dapat disangkal selama masih hidup di dunia ini, kita pasti menghadapi gelombang hidup yang naik turun – senang dan susah. Apa pun yang terjadi, percayalah bahwa Tuhan tetap hadir dan menyertai kita.

Penyertaan Tuhan apa yang kita rasakan melalui pesan Firman-Nya kali ini dengan tema “Perbuatan Iman Yang Menyelamatkan”? Lukas 16:19-24 mengisahkan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Apa yang terjadi dengan mereka? “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas dan dari jauh dilihatnya Abraham dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.”

Kisah ini didahului dengan suatu pernyataan bahwa betapa berharga dan pentingnya Firman Tuhan, “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.” (ay. 17) Firman Tuhan tidak berbicara mengenai suka (like) atau tidak suka (dislike) terhadap orang kaya atau orang miskin tetapi mengenai kebenaran dan bagaimana kita menghargai Firman.

Orang kaya ini hidup dalam kemewahan dan sibuk dengan kesenangannya tetapi dia tidak dihukum karena apa yang diperbuatnya melainkan apa yang tidak diperbuat selama hidupnya. Mengapa? Karena sebenarnya dia memiliki banyak kesempatan untuk berbuat baik tetapi tidak melakukannya. Contoh: tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengingat Lazarus yang berbaring di depan rumahnya lemah kelaparan dan badannya penuh borok. Bukankah Firman Tuhan mengatakan jika kita tahu berbuat baik tetapi tidak melakukannya maka kita berbuat dosa (Yak. 4:17)?

Apa yang terjadi pada si kaya dan Lazarus? Orang kaya telah menerima segala yang baik sewaktu hidupnya sedangkan Lazarus segala yang buruk (ay. 25). Mereka mati tetapi dibawa ke tempat berbeda. Lazarus dibawa ke pangkuan Abraham sedangkan orang kaya menderita sengsara di alam maut (ay. 22-23). Kondisi sekarang berbalik, si kaya sangat kehausan dan minta tolong supaya Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air untuk menyegarkan lidahnya. Namun Abraham menjelaskan ada jurang yang tidak terseberangi antara Lazarus dengan si kaya. Kemudian si kaya meminta Abraham untuk menyuruh Lazarus menemui lima saudaranya dan mengingatkan mereka supaya kelak tidak masuk ke dalam tempat penderitaan seperti yang dia alami. Abraham merespons bahwa saudara-saudaranya dapat mendengarkan kesaksian Musa dan kesaksian para nabi. Si kaya ngotot jika ada orang mati bangkit mendatangi mereka, mereka akan bertobat. Dengan tegas Abraham menjawab percuma mendatangkan orang mati yang bangkit kalau mereka tidak mau mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi (ay. 31).

Apa yang tidak diperbuat oleh orang kaya selama hidupnya dan membawanya kepada kebinasaan? Dia tidak mau mendengarkan kesaksian/hukum Musa dan kesaksian para nabi.

Apa isi dari kesaksian Musa (hukum Taurat) dan kitab para nabi? Matius 22:34-39 menuliskan:

  • Mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi.

Yang terutama ialah kita mengasihi Allah dengan totalitas dan ini tidak ada kaitannya dengan masalah kekayaan atau kemiskinan. Itu sebabnya kita tidak boleh membuat perbedaan dengan pengelompokan orang kaya yang sombong dan kelompok orang miskin yang minder.

  • Mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.

Aplikasi: hendaknya dalam hidup ini kita tidak fokus mengejar kekayaan melulu atau bersedih meratapi nasib yang tidak beruntung kemudian menyalahkan Tuhan. Yang terpenting untuk dilakukan ialah bagaimana kita menghargai hukum-hukum Tuhan itulah Firman-Nya.

Orang kaya ini menghabiskan hidupnya bersenang-senang dengan kekayaannya sehingga ia melupakan Allah. Bukankah sering terjadi kekayaan membuat seseorang lupa kepada si Pemberi kekayaan? Contoh: bangsa Eropa yang berjuang menjadi bangsa besar dan maju tidak bisa lepas dari kekristenan. Mereka menjadi kaya raya tetapi dengan berjalannya waktu mereka melupakan dan tidak merasa memerlukan Tuhan lagi. Seperti inilah yang terjadi pada orang kaya ini.

Sebaliknya, Lazarus di dalam kemiskinan dan ketidakberdayaannya hanya makan remah-remah sisa makanan yang jatuh dari meja orang kaya itu. Remah-remah ini biasanya diberikan kepada anjing-anjing atau pengemis-pengemis. Karena lapar, Lazarus begitu berharap akan remah-remah. Betapa menderitanya dia! Namun dia tidak pernah mengeluh dan meratapi nasib apalagi menyalahkan Tuhan yang berbuat tidak adil kepadanya.

Nama orang kaya ini tidak disebut tetapi dia menyadari dirinya adalah keturunan Abraham. Sayang, dia hanya berbangga menjadi anak Abraham tetapi tidak hidup dalam iman Abraham. Beda dengan Abraham yang sangat diberkati dan dikenal karena sikapnya. Dia peduli terhadap sesama dan menolong Lot, keponakannya, yang ditawan oleh musuh (Kej. 14:12-16) juga berdoa syafaat untuk Sodom (Kej. 18:16-33). Abraham memiliki jiwa suka menolong orang lain dan peduli dengan jiwa-jiwa. Dia sangat diberkati tetapi tidak terikat dengan kekayaannya. Dia mengasihi TUHAN dan siap mengurbankan Ishak, anak satu-satunya, ketika TUHAN mengujinya. Biarlah kita yang diberkati Tuhan tidak sibuk dengan berkat namun sibuk dangan Tuhan kita.

Bagaimana mugkin Lazarus yang miskin ini dapat masuk Surga? Apakah karena kemiskinannya sebab ada ayat mengatakan “berbahagialah orang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah (Mat. 5:3)? Apa yang diperbuat dan yang tidak diperbuat oleh Lazarus sebagai pernyataan imannya kepada Tuhan? Seperti permintaan Agur bin Yake dari Masa, dia memohon sebelum mati agar dijauhkan dari kecurangan dan kebohongan juga tidak diberikan kemiskinan atau kekayaan supaya kalau kenyang tidak menyangkal Tuhan atau kalau miskin akan mencuri sehingga nama Tuhan dicemarkan (Ams. 30:1-9). Terbukti walau miskin, Lazarus tidak mencuri bahkan tidak mengingini kekayaan orang kaya itu. Dia hanya mengambil remah-remah yang jatuh dari meja orang kaya itu. Dia juga tidak iri hati dengan orang kaya tersebut.

Jujur, kemiskinan dan penderitaan merupakan godaan berat yang dapat membuat orang menyalahkan Tuhan. Contoh: Ayub di dalam penderitaannya yang luar biasa mempersalahkan Tuhan dan membenarkan diri sendiri. Namun Lazarus tidak melakukannya. Perhatikan, Tuhan memberi kita kemampuan untuk menanggung semua pencobaan yang kita alami (1 Kor. 10:12).

Benarkah kita diselamatkan oleh karena perbuatan-perbuatan baik kita? Apakah Lazarus diselamatkan karena perbuatan-perbuatannya tidak mencemarkan nama Allah? Kita diselamatkan oleh anugerah melalui (through) iman bukan karena hasil usaha dan pekerjaan kita (Ef. 2:8-9). Iman adalah respons kita terhadap karya keselamatan yang sudah dinyatakan di dalam Yesus Kristus (Yoh. 3:16).

Perlu diketahui iman bukan soal pengakuan percaya semata tetapi merupakan relasi/hubungan dan janji komitmen untuk setia kepada Allah yang hidup. Kita percaya Yesus adalah Juru Selamat kita dan kita hidup bagi Dia karena Dia adalah Tuhan (Kurios) pemilik hidup kita.

Orang kaya ini menyadari lima saudaranya perlu bertobat agar tidak mengalami penderitaan seperti yang dideritanya (Luk. 16:30). Ini respons kita terhadap karya keselamatan yang luar biasa itu. Bertobat! Berbalik! Namun sayang, orang kaya ini baru sadar ketika ia sudah berada di alam maut. Seharusnya kesadaran itu muncul ketika dia masih hidup.

Jangan berpikiran “sekali selamat tetap selamat” tetapi kita tetap hidup dalam dosa kenajisan. Ini merupakan iman yang mati dan tidak dapat menyelamatkan kita. Iman harus disertai dengan perbuatan iman (Yak. 2:17,26); iman semacam ini adalah iman yang hidup. Melalui iman kita memiliki relasi baru dengan Allah Pencipta. Jangan terlena dengan kerajinan beribadah tetapi harus ada tindakan/respons nyata bahwa kita mengalami keubahan hidup.

Orang kaya ini berpikir saudara-saudaranya akan merespons dan bertobat jika ada orang mati bangkit. Ada orang berpikir bahwa imannya akan bertumbuh jika melihat mujizat yang spektakuler. Tidak! Tidak ada cara lain yang dapat menolong kita selain menghargai Firman Tuhan dan memberikan respons sesuai dengan kebenaran Firman-Nya.

Waspada bagi mereka yang pernah diterangi hatinya oleh kebenaran Firman Tuhan, sudah mengalami karunia-karunia Surgawi dan pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus kemudian murtad dan menolak Firman-Nya (Ibr. 6:4-5)! Tidak lagi ada harapan bagi orang itu (ay. 6). Oleh sebab itu jangan biarkan iman kita kosong tidak disertai perbuatan. Sebaliknya, hiduplah sebagai anak-anak Allah yang memiliki otoritas atas segala dosa dan daging untuk membuktikan bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Dengan demikian kita telah mencapai tujuan iman yaitu keselamatan jiwa kita (1 Ptr. 1:9). Amin.