• SETIALAH DARI PERKARA KECIL (JOHOR)
  • Lukas 16:1-18
  • Johor
  • 2021-12-05
  • Pdm. Wahyu Widodo
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1022-setialah-dari-perkara-kecil-2

Shalom,
Oleh karena kasih dan penyertaan Tuhan, kita dapat bertatap muka di dalam ibadah walau masih dibatasi jumlahnya karena banyak hal dapat menjadi penghambat dan pengganggu dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun kalau Tuhan membuka jalan, tidak ada satu pun dapat menghalangi kita untuk beribadah dan melayani-Nya

Apa pesan Firman Tuhan hari ini yang terdapat di dalam Lukas 16:1-18? Saat itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya di tengah-tengah orang banyak termasuk orang- orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Kata-Nya, “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.” (ay. 1-4)

Lazimnya orang-orang Farisi, ahli Taurat dan orang Saduki bertemu saat beribadah di sinagoge. Namun orang-orang Saduki jarang dijumpai di tempat umum karena mereka termasuk golongan imam- imam biasa di dalam Bait Allah. Beda dengan orang- orang Farisi yang menjaga hukum Taurat dan adat istiadat nenek moyangnya juga terlibat di dalam politik. Sementara ahli- ahli Taurat adalah rabi/guru yang mengajarkan hukum Turat.

Kita tahu saat Yesus menerima orang- orang berdosa dan pemungut cukai, orang- orang Farisi dan para ahli Taurat bersungut-sungut mengapa Ia mau menerima mereka dan makan bersamanya (Luk. 15:1-2).

Saat Yesus berbicara kepada murid- murid-Nya mengenai seorang bendahara yang tidak jujur, pembicaraan ini juga didengar oleh kumpulan besar orang yang berada disana termasuk orang- orang Farisi. Ini membuktikan bahwa Yesus berbicara tentang kebenaran di mana pun – di dalam Bait Suci maupun di tempat umum.

Apa yang telah diperbuat oleh bendahara itu sehingga dia dianggap tidak jujur? Dia telah menghambur-hamburkan milik tuannya yang dipercayakan kepadanya. Apa arti kata ‘menghambur-hamburkan’? Menggunakan sesuatu dengan tidak tepat sasaran seperti: membeli sesuatu yang tidak perlu/penting dan tidak dibutuhkan, termasuk berfoya-foya. Untuk itu dia diminta pertanggungjawaban oleh tuannya. Melalui perumpamaan ini Yesus mau mendidik bahwa siapa pun yang dipercaya oleh Tuhan harus ada tanggung jawab di dalam dirinya.

Aplikasi: kita perlu belajar bertanggung jawab dengan berkat yang Tuhan percayakan kepada kita. Jangan terperosok, terjerat atau terjebak dengan sifat suka menghambur-hamburkan.

Ketika bendahara menyadari kesalahannya, dia memikirkan apa yang harus dilakukan untuk kelanjutan hidupnya. Dia sadar tidak dapat mencangkul karena tidak memiliki latar belakang petani terlebih lagi mau mengemis terasa malu. Akhirnya dia mene- mukan solusi dengan memanggil orang-orang yang berutang kepada tuannya dan mengubah surat utang dengan memberi diskon. Tentu keringanan pembayaran mem- buat senang orang-orang yang berutang tanpa merasa bersalah. Siapa yang berutang? Mereka yang miskin dan yang berkekurangan. Memang bendahara ini tidak jujur tetapi dia telah menolong mereka yang dalam kekurangan.

Bagaimana tanggapan si tuan melihat sikap bendaharanya ini? Tuannya memuji tindakan cerdik dari bendaharanya yang tidak jujur (ay. 8). Si bendahara cerdik dalam mengikat persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur (ay. 9) agar dia tidak dipecat.

Mendengar kisah yang disampaikan oleh Yesus, justru orang-orang Farisi tersinggung lalu mencemooh Dia (ay. 14). Jadi siapa yang bermasalah, yang diuntungkan dan yang tersinggung?

Perhatikan, setiap kali Firman Tuhan diberitakan (walau berupa perumpamaan), kita selalu mendapat berkat dan hikmah darinya.

Kemudian Yesus mengatakan, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara- perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (ay. 10-13)

Ternyata kita diperhadapkan dengan Mamon dan Allah. Yesus menegaskan bahwa kita tidak dapat mengabdi (= menghambakan diri) kepada Mamon sekaligus kepada Allah karena kita akan berat sebelah alias tidak seimbang. Kita harus memilih salah satu darinya. Contoh yang salah: selagi masih muda kita bekerja keras mengumpulkan Mamon sebanyak-banyaknya, kalau sudah tua baru beribadah menggunakan harta/uang yang ada.

Tak dapat disangkal, tidaklah mudah mendapatkan orang yang jujur dan bertanggung jawab. Bendahara tersebut tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Walau jujur tetapi tidak bertanggung jawab, ini akan bermasalah.

Aplikasi: kita harus berani jujur mengaku bersalah dan berani pula bertanggung jawab atas konsekuensi dari kesalahan yang kita perbuat.

Ternyata orang-orang Farisi tersinggung mendengar perkataan Yesus sebab mereka berpegang teguh pada hukum Taurat juga adat istiadat – bagaikan memiliki dua tuan – dan menggunakan salah satu yang dianggap lebih menguntungkan. Contoh: orang Farisi beranggapan kalau sudah berkurban untuk pekerjaan Tuhan, tidak perlu lagi berkurban untuk orang tua.

Selain terlibat dalam politik kenegaraan, orang-orang Farisi bermuka dua alias munafik (Mat. 23:13-29). Mereka juga hamba-hamba uang (Luk. 16:14). Mereka sangat mengerti hukum Taurat dan tahu apa yang dilanggar. Mereka paham kepada siapa sasaran yang Yesus ceritakan kepada murid-murid-Nya.

Bendahara itu mendapat pujian dari manusia (tuannya) tetapi merupakan kebencian di hadapan Allah. Dia boleh dikatakan cerdik dengan memberi keringanan bagi mereka yang berutang namun sebenarnya dia sudah menghambur-hamburkan (= mengorat-arit) kebenaran.

Lebih lanjut Yesus berbicara tentang hukum Taurat kepada para murid-Nya (Luk. 16:16-17). Disebutkan hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; ini berarti terjadi peralihan dari hukum Taurat kepada hukum kasih yang diberitakan oleh Yesus, Juru Selamat dan Anak Allah yang hidup.

Si bendahara telah gagal melaksanakan tugas tuannya; demikian pula orang Farisi gagal melakukan hukum Taurat sepenuhnya. Zaman peralihan merupakan kesempatan di mana Kerajaan Surga diberitakan dan setiap orang menggagahi (= press, force = memaksa) berebut masuk.

Bukankah kita adalah orang-orang yang berutang? Kita, bangsa kafir, tidak mendapat bagian dalam ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan, tanpa Allah (Ef. 2:12). Kita benar-benar orang yang tidak masuk perhitungan sama sekali. Kita bagaikan orang berutang yang tidak mampu melunasi utang. Namun ada “bendahara” tidak jujur yang memberikan keringanan pembayaran bagi orang-orang yang berutang.

Siapa yang dimaksud dengan “bendahara yang tidak jujur” ini? Orang-orang Israel yang tidak mengelola milik Tuan mereka dengan baik. Baik bendahara yang tidak jujur maupun orang-orang yang berutang patut dihukum. Namun kita beruntung karena mendapat kesempatan hidup dalam kasih karunia dan utang (dosa) kita tidak hanya diringankan tetapi dibayar lunas oleh pengurbanan Yesus.

Manusia tidak dapat melakukan hukum Tuhan dengan sempurna karena melanggar satu hukum sama dengan melanggar semuanya. Bagaimana kita dapat melakukan seluruh hukum dengan baik kalau tidak ditolong oleh kekuatan dari Pembuat hukum itu sendiri? Siapa Dia? Itulah Allah di dalam Yesus Kristus. Ia telah melunasi utang dosa kita dan sebagai pertanggungjawabannya kita layak bersyukur kepada-Nya.

Aplikasi: kita belajar bertanggung jawab terhadap hal-hal sekecil apa pun tentang kebenaran. Juga bertanggung jawab atas setiap pemberian dari Tuhan seperti napas hidup, kesehatan, kesempatan dll.

Tak kalah pentingnya kita juga bertanggung jawab terhadap kehidupan nikah (Luk. 16:18). Dasarnya apa? Janji setia dan undang-undang pernikahan. Firman Tuhan menjelaskan bagaimana hidup nikah dengan benar dan peraturan nikah tidak boleh diorat-arit. Kalau tidak, terjadilah perzinaan karena perceraian kemudian menikah lagi. Sebaiknya kalau sudah melakukan pelanggaran, cepatlah perbaiki agar tidak makin runyam di kemudian hari.

Kita tahu bahwa kasih Allah dan hikmat-Nya mampu menyelesaikan permasalahan serumit apa pun. Oleb sebab umat pilihan-Nya (orang Israel) tidak melakukan perintah Tuhan dengan baik, kita (bangsa kafir) beroleh keselamatan. Dua kelompok ini disatukan untuk memperoleh kasih setia, pengampunan dan pembaruan (Rm. 11:11-12, 31-33). Amin.