• SUKACITA KARENA SATU ORANG BERTOBAT (JOHOR)
  • Lukas 15:1-32
  • Johor
  • 2021-11-28
  • Pdm. Besar Hartono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1018-sukacita-karena-satu-orang-bertobat-2

Shalom,

Tak dapat dipungkiri waktu berjalan begitu cepat dan ruang gerak kita dibatasi akibat pandemi yang tak kunjung selesai. Apa pun yang terjadi kita patut bersyukur masih dapat beribadah on site walau terbatas jumlahnya. Firman Tuhan Minggu lalu mengatakan “siapa yang bertelinga hendaklah ia mendengar” yang ditujukan kepada tujuh jemaat Asia Kecil juga kepada kita sekarang untuk mendengarkan Firman Tuhan yang terdapat di dalam Lukas 15:1-32 dan terbagi tiga perikop, yaitu:

Perumpamaan Tentang Domba Yang Hilang (ay. 1-7)

“Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?”

Tampak gembala kehilangan seekor domba dari 100 ekor domba di padang gurun. Ironis, domba ini tersesat justru di dalam penggembalaan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Karena domba tersesat ini tidak mendengarkan suara gembala.

Pembelajaran: belum tentu mereka yang digembalakan di rumah Tuhan pasti tidak tersesat. Itu sebabnya jangan bangga sudah beribadah dengan rajin dan aktif dalam pelayanan tetapi tidak mempunyai telinga untuk mendengar apa yang dikatakan oleh Roh Kudus.

Yesus memberi perumpamaan ini setelah mendengar ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bersungut-sungut melihat orang-orang berdosa dan para pemungut cukai datang untuk mendengarkan Yesus. Bukankah ini sama dengan menghalangi orang berdosa untuk mendengarkan Firman?

Waspada bagi pemimpin-pemimpin rohani, termasuk suami sebagai pemimpin rumah tangga, untuk tidak bertindak sebagai garam yang tidak berguna bagi ladang maupun pupuk (Luk. 14:35) alias tidak dapat menggairahkan jemaat maupun anggota keluarga untuk datang kepada Tuhan.

Bapa Surgawi kehilangan Adam dan Hawa karena rancangan-Nya dirusak oleh si ular yang memperdaya mereka berdua. Awalnya manusia pertama memiliki segala kuasa yang diberikan Allah saat penciptaan. Namun karena pelanggaran akan perintah Allah, mereka memisahkan diri dari rumah Bapa dan tidak lagi menjadi orang yang mulia. Mereka hidup dalam kesulitan; akibatnya kita, keturunannya, mengalami kebodohan, kemiskinan, terjajah oleh dosa.

Aplikasi: hendaknya kita memiliki hati Bapa Surgawi, Pemimpin agung, untuk mencari dan menemukan domba yang tersesat (anggota keluarga, tetangga, teman kita). Dampaknya, ada sukacita besar di Surga karena satu orang bertobat. Jangan malah memiliki hati ahli Taurat dan orang Farisi yang nyaman berkedudukan penting di dalam gereja atau berilmu teologi (teori) tetapi sesungguhnya tidak berguna karena menghalangi orang datang mendekat kepada Yesus. Juga bagaimana dengan ibadah on site yang telah diadakan lagi setelah ± dua tahun pandemi? Berapa banyak yang beribadah kembali ke ladang penggembalaan? Apakah kita bersikap seperti ahli Taurat dan orang Farisi dengan membuat alasan seperti menyalahkan orang lain, kondisi yang tidak kondusif dll. agar tidak beribadah? Mari kita mencari mereka yang “terhilang” akibat pandemi agar menemukan kembali Taman Eden bersuasanakan Surga oleh kekuatan Firman dalam kuasa Roh Kudus yang mampu menyucikan orang-orang berdosa. Hendaknya kita berhati Bapa Surgawi yang terus berinisiatif memerhatikan, menghitung, memelihara dengan Firman-Nya supaya semua tergembala dengan baik dan tidak ada satu pun domba terhilang karena satu jiwa sangat berharga dan membuat Kerajaan Surga penuh sukacita.

Jangan terlambat seperti dialami oleh orang kaya yang mati dan menderita sengsara di alam maut kemudian memandang ke atas dan melihat Abraham dari kejauhan. Dia meminta Abraham agar Lazarus yang duduk di pangkuan Abraham pergi ke rumah ayahnya untuk mengingatkan lima saudaranya supaya tidak masuk ke tempat penderitaan bersamanya (Luk. 16:27-28). Firman Tuhan berlaku sekarang dan hendaknya yang bertelinga mendengar untuk dituruti.

Terbukti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bukan pemilik domba tetapi kawanan gembala bayaran/upahan yang tidak peka mengenal suara keluhan orang berdosa dan pemungut cukai yang ingin keluar dari dunianya yang tidak nyaman. Namun sayang, tidak banyak berita Injil keselamatan sampai ke telinga mereka (bnd. Rm. 10:14). Kita berkewajiban memberitakan Kabar Baik dan mencari mereka yang tersesat.

Apa ciri-ciri orang upahan seperti orang Farisi dan ahli Taurat ini? Mereka suka bersungut-sungut menyalahkan kondisi, situasi dan orang lain, menghindar dari problem yang menjadi tanggung jawabnya, malas tidak mau mengembangkan talenta yang diberi oleh Tuhan.

Jauh beda dengan pemilik domba (gembala) yang rela menghadapi kondisi apa pun untuk menemukan kembali dombanya yang terhilang. Contoh: Rasul Paulus menghadapi banyak mara bahaya dan penderitaan demi pengabaran Injil Kristus.

Perumpamaan tentang dirham yang hilang (ay. 8-10)

"Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham dan jika ia kehilangan satu di antaranya tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."

Hendaknya ibu-ibu (rumah tangga) tidak kehilangan dirham/rupiah (yang diperoleh dari suami) tetapi menggunakan/membelanjakannya dengan tepat. Jangan membelanjakan sesuatu yang bukan roti yang tidak mengenyangkan (Yes. 55:2) anak-anak dan tidak membuat pertumbuhan mereka baik.

Kehilangan dirham ini dialami oleh perempuan (istri) di dalam rumah sementara suami bekerja di luar rumah untuk menjaga, merawat dan mengembangbiakkan domba-domba. Kalau ada dirham yang hilang, pelita diperlukan untuk menerangi rumah dan menyapunya dengan cermat di setiap sudut untuk menemukan dirham tersebut. Kenyataannya, banyak rumah tangga kehilangan sukacita karena banyak kotoran dosa tersembunyi dan perlu dibuang serta disapu bersih. Tak jarang ibu-ibu menyiasati/mengelabui suami dan tidak transparan dalam soal keuangan. Untuk itu diperlukan pelita Firman Tuhan yang menerangi dan membongkar semua kegelapan dalam rumah tangga agar perjalanan (kaki) tidak terantuk (Mzm. 119:105).

Mengapa terjadi perpecahan dalam rumah tangga dan anggota keluarga tercerai-berai? Istri yang tidak berhikmat/bijak dapat menjatuhkan kedudukan/pekerjaan suami juga anak-anak yang tidak dididik untuk memiliki visi dan misi. Contohlah Yusuf muda yang berhikmat dengan mengumpulkan gandum di musim kelimpahan untuk dipergunakan di saat kelaparan. Hendaknya istri/perempuan rajin agar berguna bagi seluruh anggota keluarga.

Perumpamaan tentang anak yang hilang (ay. 11-32)

Lazimnya seorang ayah mempersiapkan keperluan untuk masa depan anak-anaknya. Di sini anak bungsu yang tinggal di rumah ayahnya yang berkelimpahan merasa tidak nyaman dan ingin keluar dari “Taman Eden” itu. Dia kemudian meminta warisan dan ayahnya memberikan harta yang menjadi haknya. Sayang, si bungsu tidak menyimpan/mengembangkannya tetapi justru menghabiskannya dengan berfoya-foya hingga akhirnya dia bekerja menjadi penjaga babi. Ternyata keluar dari rumah ayahnya membuatnya sangat menderita – dunia luar tidaknya senyaman yang dibayangkannya. Kemelaratan mendidik si bungsu sadar bahwa orang-orang upahan yang bekerja di rumah ayahnya tidak sesengsara dia. Dia lalu kembali ke rumah ayahnya dan mau menjadi seorang upahan. Walau dikecewakan oleh anaknya, si ayah menyambut dia dengan sukacita dan memberikan jubah terbaik, mengenakan cincin dan sepatu serta menyembelih anak lembu tambun.

Aplikasi: walau disakiti hati oleh anak yang durhaka, hendaknya orang tua tetap bersedia menerimanya kembali ketika si anak menyadari kesalahannya dan mengerti bahwa kebebasan di luar tidaklah seindah yang dibayangkan.

Si ayah penuh kasih dan kemurahan menghadapi anaknya yang durhaka juga memperlakukan pengerja-pengerja di rumahnya dengan baik sehingga mereka tidak kekurangan sandang pangan.

Hendaknya kita sebagai umat kepunyaan Allah berhati Bapa Surgawi dan bersedia mencari mereka yang terhilang agar bertobat seperti Yesus dari tempat mahatinggi turun hingga ke dunia orang mati untuk menyelamatkan manusia yang tersesat dan terhilang. Bahkan Ia menerima kembali kita yang telah mendurhakai- Nya untuk dikuduskan oleh Firman pengajaran kemudian dipercaya menjadi garam yang berguna untuk memberitakan Firman Tuhan agar makin banyak jiwa bertobat membuat para malaikat dari keluarga besar Kerajaan Surga bersorak-sorai. Jangan sia-siakan Firman Tuhan tetapi tukik dalam hati agar kita menjadi pribadi yang berguna dalam menyiapkan kedatangan Tuhan kedua kalinya. Bila kita menuruti Firman Tuhan dan dipimpin oleh Roh Kudus, rumah tangga kita akan dipenuhi sukacita dan terang sukacita ini terpancar keluar ke orang-orang di sekitar kita. Mereka akan mengenal Tuhan melalui kesaksian hidup kita dan Nama Tuhan makin dipermuliakan. Amin.