• SUKACITA KARENA SATU ORANG BERTOBAT
  • Lukas 15:1-32
  • Lemah Putro
  • 2021-11-28
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1015-sukacita-karena-satu-orang-bertobat
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita patut bersyukur berada di dalam rencana Allah melalui Firman hidup yang kita baca dan dengar uraiannya untuk kita imani dan lakukan dalam keseharian hidup kita.

Perlu diketahui kita adalah anggota Tubuh Kristus yang berlainan tempat, fungsi dan pekerjaan tetapi semua memiliki kesamaan yaitu bersukacita ketika salah satu anggota (orang) bertobat seperti dilukiskan dalam Injil Lukas 15. Saat itu para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang mendengarkan Yesus namun orang-orang Farisi dan ahli- ahli Taurat bersungut-sungut mengapa Ia mau menerima bahkan makan bersama-sama mereka. Terjadi dua kelompok dalam peristiwa ini: orang-orang Farisi (setia beribadah) dan ahli-ahli Taurat (mempelajari hukum Taurat) yang merasa “dekat” dengan Yesus tetapi bersungut-sungut sementara pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang jauh dari Yesus datang kepada-Nya untuk mendengarkan Firman-Nya. Di lain kesempatan Yesus pernah menegur orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang memuliakan Tuhan dengan bibirnya tetapi hatinya jauh dari-Nya (Mat. 15:8).

Pertanyaan: kita berada di posisi mana? Apakah seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang “dekat” dengan Yesus dan merasa tidak berdosa kemudian mengkritik orang lain? Atau seperti pemungut cukai dan orang berdosa yang mendekat kepada Yesus untuk mendengarkan Firman-Nya dan bertobat? Apakah kita ikut bersukacita melihat orang-orang dekat kita bertobat?

Mendengar sungutan mereka, Yesus kemudian memberikan tiga perumpamaan dan apa maknanya bagi kita sekarang:

  • Perumpamaan tentang domba yang hilang (ay. 1-7) → peran Gembala baik (Yesus) yang menemukan domba terhilang

“Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?.................... Aku berkata kepadamu: demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Siapa yang meninggalkan 99 ekor domba untuk mencari 1 domba yang terhilang? Gembala. Bukankah Yesus – Sang Firman – adalah Gembala baik (Yoh. 10:11) yang datang untuk mencari domba terhilang itulah orang berdosa? Gembala yang baik sangat peduli akan keselamatan dombanya walau satu ekor pun hilang tersesat akan dicarinya hingga ditemukan kembali. Ia mengenal domba-dombanya dan melindungi mereka dari serangan serigala yang mau menerkam dan mencerai-beraikan mereka. Ia bahkan rela mati demi domba-dombanya (ay. 14-15).

Aplikasi: Firman Tuhan peduli dan mencari kita, domba yang terhilang dan tersesat, untuk diselamatkan. Kita boleh kecewa dengan si pembawa Firman yang fasih berbicara di mimbar tetapi Firman Tuhan mengandung kebenaran dan penyucian yang membawa keubahan hidup bahkan hidup kekal. Jangan beribadah untuk mengkritik Firman Tuhan seperti dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat! Harus diakui, domba dapat khilaf dan hilang tersesat tetapi Yesus tetap mencarinya agar tidak binasa tetapi beroleh hidup kekal (Yoh. 10:28).

Walau orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat melecehkan pemungut cukai dan orang berdosa, Yesus tetap memerhatikan mereka. Ia bahkan mencari domba di luar penggembalaan yang keselamatan kekalnya dipertanyakan. Waspada, domba-domba yang tidak tergembala akan terserak dan menjadi makanan bagi segala binatang di hutan (Yehez. 34:5). Siapa binatang yang siap menerkam mereka? Serigala itulah nabi palsu yang siap dengan pengajaran sesatnya (Mat. 7:15).

Introspeksi: apa yang kita dengar hari-hari ini untuk kepentingan rohani kita? Masihkah kita suka mendengarkan Firman penggembalaan yang menguatkan, menyucikan dan mengubahkan? Ciri domba yang tidak hilang/tersesat ialah selalu mendengarkan suara gembalanya dan makan minumnya terpelihara seperti pengakuan Daud yang tidak mengalami kekurangan apa pun (Mzm. 23:1-6).

Berbicara mengenai makanan, apa yang kita konsumsi? Seekor kambing menderita rusak mulut karena rumput yang dimakan tidak cocok untuk kebutuhannya dan ini dapat diketahui gembalanya untuk dibawa ke padang rumput yang lain. Kalau kita digembalakan oleh makanan Firman Tuhan, mulut bibir kita akan menceritakan apa yang ada di dalam hati yang penuh Firman bukan ucapan yang menghina orang lain.

Tahukah Kitab Mazmur 119 yang terdiri dari 176 ayat terbagi menjadi 22 berdasarkan huruf-huruf Ibrani? Pasal ini diakhiri dengan pernyataan, “Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini sebab perintah- perintah-Mu tidak kulupakan.” Penulis ayat ini menyadari kebutuhan seorang gembala sekaligus pentingnya perintah/Firman Tuhan. Dia sadar di luar Firman-Nya dia tersesat.

Aplikasi: jangan kita bosan mendengarkan Firman Tuhan; sebaliknya kita harus makin mencintai-Nya dan rindu digembalakan oleh-Nya. Yesus sendiri mengatakan Ia adalah pintu dan domba keluar masuk menemukan padang rumput untuk makanan (Yoh. 10:9).

  • Perumpamaan tentang dirham yang hilang (ay. 8-10) → peran perempuan (gereja) dan pelita (Roh Kudus) dalam menemukan dirham yang hilang

“Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham dan jika ia kehilangan satu di antaranya tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?....Bersukacitalah bersama-sama dengan aku sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan….Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

Siapa pernah bersalah berkaitan dengan uang? Entah karena utang tidak dibayar, mengemplang pajak, mengkorupsi uang perusahaan dll. seperti dilakukan oleh Zakheus, pemungut cukai. Untung Zakheus menyadari kesalahannya dan mengembalikan uang empat lipat kepada orang-orang yang diperasnya (Luk. 19:8). Juga pemungut cukai lainnya, Lewi, yang meninggalkan profesinya kemudian mengikut Yesus (Mat. 9:9).

Introspeksi: pernahkah kita bersalah dan tidak jujur terhadap suami, istri, atasan? Bertobatlah! Jangan bercerai gara-gara masalah uang, semua harus transparan!

Perempuan ini menggambarkan gereja dan pelita berfungsi menerangi tempat di mana uang itu hilang untuk ditemukan. Yesus pernah menasihati bahwa seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan karena ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain (Luk. 16:13). Mendengar hal ini, orang-orang Farisi mencemoohkan Dia sebab mereka adalah hamba-hamba uang (ay. 14). Namun ada seorang Farisi, Paulus, yang awalnya juga cinta uang tetapi setelah mengenal Yesus dia meninggalkan kehidupan lamanya (Flp. 3:7-8).

Aplikasi: (pelita) Roh Kudus menerangi semua sisi gelap hidup kita supaya terbongkar terutama masalah keuangan. Ingat cinta uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Tim. 6:10). Faktanya banyak gereja bertengkar dan pecah karena masalah uang bahkan sampai dibawa ke pengadilan.

  • Perumpamaan tentang anak yang hilang (ay. 11-32) → peran bapa (Allah Bapa) yang berbelas kasihan menerima kembali anaknya yang terhilang

“….anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.…lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya tetapi aku di sini mati kelaparan…aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa….Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”

Bila domba dan uang yang hilang dicari oleh pemiliknya, anak yang terhilang kembali sendiri dan mengaku tidak layak disebut anak karena perbuatannya telah menyakitkan ayahnya. Apa respons ayahnya? Timbul belas kasihan melihat kondisi anaknya yang pasti berpakaian compang-camping dan pengakuannya yang jujur. Si ayah memberikan jubah yang terbaik, cincin, sepatu dan menyembelih lembu tambun untuk dimakan dengan sukacita sebab si bungsu yang hilang telah ditemukan, telah mati hidup kembali (ay. 22-24). Si bungsu pasti sangat bersyukur karena memakai jubah luar biasa – beroleh kasih karunia untuk dilayakkan (bnd. 1 Tim. 1:12-17).

Sebenarnya baik anak sulung maupun anak bungsu beroleh harta warisan dan terserah bagaimana mereka mengatur harta tersebut agar makin berkembang atau malah habis. Ironis, si bungsu terhilang di luar dengan memboroskan hartanya sementara si sulung “terhilang” di rumah sebab tidak pernah menggunakan hartanya karena dia memosisikan diri sebagai hamba yang melayani ayah. Bagaimanapun juga si ayah tetap mengasihi kedua anaknya.

Si ayah menggambarkan Bapa Surgawi yang tetap mengasihi kedua anaknya. Si sulung menggambarkan bangsa Yahudi sementara si bungsu adalah bangsa kafir. Bukankah kita keturunan Abraham karena iman (Gal. 3:7) dan menjadi anak-anak Allah karena percaya dalam Nama Yesus (Yoh. 1:12)? Dan semua yang dipimpin Roh Kudus adalah anak Allah sehingga dapat berseru “ya Abba, ya Bapa” (Rm. 8:14-17). Roh Kudus menjadi saksi dan bukti nyata bahwa kita adalah anak-anak Allah juga ahli waris yang berhak menerima janji-Nya walau kita masih banyak ditandai kekurangan. Kita disebut anak-anak Allah sebab mengenal Kristus (1 Yoh. 3:3). Kalau kita tanpa sengaja “terpeleset” melanggar perintah-Nya, kita memiliki Pengantara itulah Yesus Kristus (1 Yoh. 2:1).

Silsilah Yesus dalam kemanusiaan-Nya adalah anak Yusuf hingga berakhir sampai anak Adam, anak Allah (Luk. 3:23-38). Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa dari Allah Tritunggal (Kej. 1:26) juga Yesus menjadi wujud manusia dan diam di antara kita (Yoh. 1:14).

Mendengar bunyi seruling dan nyanyian tarian di rumah, si sulung yang baru pulang dari ladang bertanya kepada seorang hamba apa yang terjadi. Hamba itu mengatakan ada pesta besar untuk menyambut kepulangan si bungsu. Marahlah si sulung dan tidak mau masuk rumah sehingga si ayah keluar memberikan pengertian kepadanya. Si sulung yang tidak tahu masalah sebenarnya harus bertanya kepada orang yang tepat (ayahnya) untuk mendapatkan alasan mengapa bersukacita bukan kepada seorang hamba yang hanya mengerjakan tugas yang diperintahkan kepadanya. Mendengar sesuatu peristiwa dengan tidak lengkap menimbulkan ketidaksenangan terhadap adiknya sehingga semua unek-uneknya keluar.

Sayang, si sulung memosisikan diri sebagai hamba (bukan anak) yang melayani si ayah sehingga dia tidak pernah menikmati harta ayahnya yang juga merupakan kepunyaannya (ay. 29,31). Akibatnya, dia mengomel karena merasa telah melakukan banyak pekerjaan dan tidak senang melihat adiknya disambut dengan penuh sukacita.

Aplikasi: Bapa Surgawi telah mengurbankan Putra tunggal-Nya, Yesus, mati disalib agar kita mendapat jaminan menjadi anak-anak Allah. Begitu Bapa mengampuni manusia berdosa, Ia melupakan dan membuang pelanggaran kita sejauh timur dari barat (Mzm. 103:12).

Kita dahulu bagaikan domba yang terhilang dan tersesat namun beroleh kemurahan ditemukan oleh Gembala baik dan bertobat. Pertobatan kita disambut sukacita oleh penghuni Surga. Marilah kita mencintai Firman penggembalaan dan Roh Kudus menerangi perjalanan hidup kita agar kita terhindar dari jerat mammon juga Bapa Surgawi menjadikan kita anak-anak-Nya untuk satu kali kelak tinggal bersama-Nya di dalam Kerajaan-Nya yang kekal. Amin.