Makna Kenaikan Yesus Ke Surga
Pdt. Paulus Budiono, Kamis, Lemah Putro, 10 Mei, 2018
Shalom,
Bertahun-tahun kita merayakan Hari Kenaikan Yesus ke Surga dengan mengalunkan lagu-lagu dan pemberitaan Firman Tuhan yang berkaitan dengan kenaikan-Nya. Tanpa disadari kegiatan ini menjadi ritual yang dilakukan tanpa menghayati makna sesungguhnya.
Bagaimana Yesus naik ke Surga dan apa kegunaannya bagi kita? Kisah Para Rasul 1:9-11 me-nuliskan, “Sesudah Ia (= Yesus; Red.) mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Setiap pemberitaan pasti menimbulkan respons entah positif atau negatif. Bagaimana respons kita terhadap pemberitaan kenaikan Yesus yang sudah kita dengar dari tahun ke tahun? Masihkah kita memercayainya atau apatis tidak peduli lagi? Jika Tuhan tidak menolong kita, gereja Tuhan sudah tenggelam menjadi ritual agama. Yesus dianggap hanya sebagai seorang revolusioner dan nabi besar bukan sebagai Tuhan yang telah mati, bangkit, naik ke Surga dan akan datang kembali. Jangan kita menjadikan Alkitab sekadar filosofi dengan mencomot ayat sesuai dengan selera kita untuk mendukung rencana dan kebutuhan kita. Perhatikan, Alkitab adalah suara Allah dan kita patut mematuhinya.
Siapa yang menyuarakan kenaikan Yesus ke Surga 40 hari setelah kematian-Nya?
- Yesus sendiri
- Dua orang berpakaian putih memberitakan apa yang harus dikerjakan oleh orang-orang percaya.
- Markus dan Lukas menyaksikan kenaikan Yesus dan mereka menulis peristiwa tersebut.
- Para rasul lainnya juga menulis tentang kenaikan-Nya. Apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus? “Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!” (1 Kor. 16:22) Maranata berarti Tuhan mau datang. Sementara Rasul Petrus menulis, “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memerhatikannya sama seperti memerhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” (2 Ptr. 1:19)
- Empat Injil dalam PB juga mencatat perkataan Yesus tentang hal kedatangan-Nya kembali, tertulis dalam:
Matius 24:30, “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” dan Matius 26:64, “Jawab Yesus: :Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi Aku berkata kepadamu mulai sekarang kamu akan melihat Anak manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.”
Markus 13:26; Lukas 21:27, “Pada waktu itu orang akan melihat Anak manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.”
Yohanes 14:3, “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”
- Rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu yang mana Yesus memberikan nasihat kepada tujuh jemaat untuk bertobat berkaitan dengan kedatangan-Nya (Why. 2:5, 16, 25; 3:3, 11, 20). Di akhir Kitab Wahyu, Rasul Yohanes menuliskan, “Ya, Aku datang segera!” direspons, “Amin, datanglah Tuhan Yesus!”
Apa respons kita mengenai kedatangan-Nya? Jangan kita menjadi bingung dan stres men-dengar maupun membaca kedatangan Yesus dari media sosial namun jangan pula cuek tidak peduli serta tidak percaya akan kedatangan-Nya seperti ditulis oleh Rasul Petrus (2 Ptr. 3:3-4). Contoh: Yesus lahir ± 6/5 SM, mati umur 33 tahun (27M), murid-Nya, Yohanes, merupakan satu-satunya murid yang mati tua (± 96 tahun) sedangkan murid-murid lainnya sudah mati syahid semua. Hingga Yohanes mati, Yesus masih belum juga datang tetapi iman Yohanes tetap teguh karena dia dekat dan sangat mengenal Guru-Nya.
Sikap yang benar ialah percaya sepenuhnya dengan apa yang tertulis dalam Alkitab. Pelajari dan selidiki Alkitab menggunakan metode-metode yang tersedia untuk menolong dan memper-mudah kita memahaminya secara holistis/keseluruhan. Jangan belajar Alkitab untuk mengisi otak tetapi kosong hati dan perasaannya!
Aplikasi: pengikut Kristus harus belajar dari para rasul yang percaya Firman Allah pasti di-genapi.
Sementara kita menanti kedatangan Tuhan kembali, Roh Kudus yang berdiam di dalam kita membimbing dan memberikan kekuatan agar iman kita tidak goyah menghadapi pengajaran-pengajaran sesat. Firman Allah harus menjadi tolok ukur bukan khotbah pendeta paling hebat sekalipun atau padatnya acara gereja memberikan gairah dan semangat kita untuk mengikut Dia.
Apa kata Yesus mengenai kedatangan-Nya?
- Setelah kebangkitan-Nya, Yesus banyak berbicara mengenai Kerajaan Allah (Kis. 1:3). Suatu hari, ketika Ia makan bersama para murid-Nya, mereka bertanya apakah Ia mau memu-lihkan kerajaan bagi Israel sebab bangsa Yahudi saat itu sedang dijajah oleh Kerajaan Romawi. Mereka menginginkan kebebasan untuk dapat mendirikan kembali kerajaan Israel yang sudah rusak/musnah. Mereka berpikiran tentang politik dan kerajaan Israel (fisik). Apa jawab Yesus? “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sen-diri menurut kuasa-Nya.”
- Yesus menyuruh para murid-Nya untuk tinggal di Yerusalem hingga mereka dipenuhi Roh Kudus untuk menjadi saksi-Nya di Yerusalem, seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (ay. 8).
Ringkasnya, Yesus berpesan agar para murid (orang Yahudi) yang akan menjadi saksi-Nya tidak perlu pusing tentang kerajaan Israel di bumi fana ini melainkan siap memberitakan Kerajaan Allah dengan mempersiapkan diri dipenuhi Roh Kudus.
Apa yang terjadi setelah Yesus naik ke Surga?
¨ Saat Yesus naik ke Surga, Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Mereka pulang ke Yerusalem penuh sukacita (Luk. 24:50-52). Umumnya, keluarga yang ditinggal mati oleh salah satu anggota keluarga pasti sangat sedih tetapi para murid Yesus bersukacita sebab mereka percaya Yesus adalah Anak Allah yang mati dan bangkit. Jujur, sering kita tidak tahu siapa Yesus sesungguhnya; akibatnya ibadah kita sangat moody tergantung emosi – kalau lagi senang, kita datang beribadah; kalau tersinggung, kita tidak melayani; kalau diperhatikan, kita ‘setia sampai mati’ di gereja tua kita.
¨ 11 murid/rasul turun dari bukit Zaitun dan tiba di kota Yerusalem lalu naik ke ruang atas. Mereka bersama Maria, ibu Yesus, ditambah saudara-saudara Yesus dan yang lain-lainnya sebanyak 120 orang bertekun dengan sehati berdoa bersama untuk menanti turunnya Roh Kudus (Kis. 1:12-14). Apa isi doanya? Agar dilepaskan dari pikiran pembentukan kerajaan duniawi (dinasti gereja, yayasan) tetapi dipenuhi Roh Kudus untuk mampu menjadi pemberita Firman Tuhan. Pemimpin yang mau dipakai Tuhan seyogianya menjadi teladan dalam doa bersama.
¨ Petrus mengingatkan rekan-rekan lainnya untuk memilih murid pengganti Yudas Iskariot. Mereka sudah dididik Firman Allah selama 3½ tahun di bawah asuhan Yesus sendiri. Itu sebabnya syarat penggantinya yaitu: senantiasa ada bersama mereka dan bersama Yesus, mengenal baptisan Yohanes sampai Yesus naik ke Surga (Kis. 1:21-22). Akhirnya terpilih Matias (ay. 26).
¨ Ketika hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Para rasul dipe-nuhi Roh Kudus dan berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain yang dimengerti oleh orang-orang percaya yang datang berkumpul waktu itu (Kis. 2:1-11).
¨ Para rasul memberitakan Injil pertobatan, yang percaya dibaptis menerima keselamat-an. Mereka telah diperlengkapi dengan tanda-tanda mukjizat dan pengusiran setan dalam memberitakan Injil (Mrk. 16:14-20).
Para rasul tetap bersukacita meskipun secara fisik mereka menderita, contoh: Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh sejak lahir (Kis. 3). Tidak lama kemudian mereka ditangkap tetapi sukacita mereka tidak berkurang (Kis. 4).
Bukankah Roh Kudus yang memenuhi kita juga Roh Penghibur (Yoh. 14:26)? Ia menghibur kita sejak Yesus naik ke Surga seperti dialami para murid sehingga mereka tidak pernah menyangkal Tuhan sampai akhir hidupnya. Demikian pula dengan orang-orang Majus yang tidak pernah melihat Raja orang Yahudi, mereka tidak mudah putus asa dan sangat bersukacita ketika menemukan Anak itu bersama Maria, ibu-Nya (Mat. 2:2, 9-10).
Saat Yesus naik ke Surga, tangan-Nya terangkat memberkati kita dan sampai sekarang tangan-Nya belum diturunkan. Artinya, Ia tetap memberkati kita tanpa kita perlu menuntut diberkati oleh-Nya. Bila Ia rela memberikan yang terbaik itulah nyawa-Nya mana mungkin Ia tidak memberikan apa yang kita butuhkan (Rm. 8:32)?
Yesus memperkenalkan diri sebagai Anak Allah di Yerusalem (pusat) tetapi ditolak bahkan orang Yahudi di sana menyalibkan Dia. Yerusalem murtad karena di dalamnya penuh dengan penyembahan berhala. Saat Raja Salomo membangun Bait Suci, Allah berkenan hadir tetapi begitu Salomo mencintai perempuan-perempuan asing yang tidak mengenal Allah, Bait Suci penuh dengan patung-patung berhala. Yerusalem tidak lagi menjadi kota damai dan hingga hari ini Yerusalem (fisik) di Palestina menjadi ajang pertempuran.
Implikasi: keluarga (sebagai pusat) memegang peran penting dalam memperkenalkan Yesus kepada anak-anak, saudara-saudara yang belum/tidak mengenal Yesus agar tidak terjadi ke-murtadan. Waspada, jangan sibuk pelayanan keluar sementara di dalam (keluarga) hancur. Gereja bukan milik pribadi/perorangan tetapi milik Yesus yang telah mati-bangkit-naik ke Surga dan akan kembali menjemput kita yang ada tanda darah-Nya.
Perhatikan, Yesus tidak pernah mengadakan “KKR” pertobatan plus kesembuhan tetapi sekarang orang-orang datang ke KKR karena mau kesembuhan bukan karena Injil. Dengan kata lain, kegiatan kesembuhan lebih ditonjolkan sehingga orang berduyun-duyun datang bukan mau bertobat tetapi hanya ingin sembuh. Yesus tidak memutarbalikkan cara untuk mendekati dan menyelamatkan orang; kesembuhan dan roh-roh jahat yang terusir ke luar merupakan ‘bonus’ dari pertobatan.
Jangan menggeneralisasi bahwa penginjil harus mempunyai tanda mukjizat sebab Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan satu mukjizat pun saat menyampaikan Injil pertobatan. Waspada, di akhir zaman ini akan muncul banyak penginjil palsu dan mukjizat-mukjizat spektakuler untuk menarik orang (2 Tes. 2:9-10). Contoh: berita ‘Injil kemakmuran’ lebih digandrungi ketimbang Injil pertobatan yang membawa manusia kepada keselamatan. Injil/kabar baik bukan bahasa yang menyenangkan telinga; sebaliknya, menusuk hati tetapi menyelamatkan.
Gereja harus berpegang pada satu injil yaitu Injil salib Kristus. Gereja juga berdoa untuk penyebaran penginjilan keselamatan bukan berdoa minta berkat sebab berkat Tuhan turun tanpa perlu dipaksa. Jangan iman kita runtuh gara-gara ‘berkat’ yang bukan berkat sesung-guhnya. Ia memberikan berkat dengan lengkap – jasmani terlebih berkat rohani yang tidak dapat diberikan oleh dunia. Kita tidak boleh sibuk dengan tanda-tanda mukjizat dalam memberitakan Injil tetapi harus fokus pada berita keselamatan di dalam Yesus maka mukjizat dan berkat akan menyertai sebagai ‘bonusnya’. Amin.