POHON ARA YANG TIDAK BERBUAH

Ibadah Kaum Wanita 30 Januari 2020

Ibu Ester Budiono

 

Shalom.

"Pohon Ara yang tidak berbuah"

Matius 21:18-22 dan Markus 11:12-14. Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah.

Ketika itu Tuhan Yesus dan para murid-Nya, dalam perjalanan dari Baitani ke Yerusalem, mereka bermalam di Baitani karena di Yerusalem tidak ada yang menerima mereka. Namun, pekerjaan-Nya di Yerusalem, oleh sebab itu, Yesus kembali pada keesokan hari paginya, pada jam kerja. Meskipun Yesus tahu bahwa dikota itu, penjara dan sengsara, menunggu-Nya, tetapi semua itu tidak dihiraukan-Nya. Rasul Paulus meneladaniNya (Kisah Para Rasul 20:22).

Pelajaran yang kita bisa dapatkan, bahwa kejahatan musuh atau sikap dingin kawan, tidak boleh membuat kita mengabaikan kewajiban.

Markus 11:12 dikatakan bahwa Yesus merasa lapar, dari jauh Yesus melihat pohon ara yang sudah berdaun, Yesus mendekatinya untuk melihat kalau2 Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi IA tidak mendapat apa-apa kecuali daun saja, sebab memang belum musim buah ara, maka kata-Nya, “Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!” dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Murid-murid mendengar dan melihat kejadian itu tercenganglah! Bukankah seperti yang dikatakan juga oleh penulis Injil Markus, waktu itu memang bukan musim buah ara.

Perhatikan!  Kita akan memahami sikap keras Tuhan Yesus tersebut jika kita memahami sifat pohon ara, bagaimana pohon ara bertumbuh dan berbuah.

Pada musim semi sebelum berbuah, pohon ara biasanya akan mengeluarkan daun bersamaan dengan putik-putik yang bentuknya menyerupai buah kecil.

Putik-putik ini bisa dimakan, dan akan gugur dengan sendirinya kalau buah ara mulai muncul. Apabila ada pohon ara yang tidak mengeluarkan putik, maka berarti pohon ara itu tidak akan berbuah, sekalipun daun-daunnya tumbuh lebat. Karena itu dalam Injil Markus tidak dikatakan Tuhan Yesus hendak mencari buah ara. Tetapi dikatakan, ”kalau2 Ia menemukan sesuatu pada pohon itu” (ayat 11-13). Yang dimaksud “sesuatu” di ayat tersebut yaitu putik-putik itu tadi. Ternyata Dia memang tidak mendapatkannya. Dia hanya menemukan daun-daun. Inilah pangkal kata-kata keras Tuhan Yesus, yakni karena pohon ara itu berdaun lebat tetapi tidak berbuah.

Apa maknanya bagi kita sekarang? Perhatikan!  Mengandung makna simbolis. Pohon ara berdaun lebat tetapi tidak berbuah adalah gambaran dari orang-orang yang rajin sekali mengikuti ibadah formal, tekun menjalankan aturan-aturan keagamaan, tetapi hidupnya tidak berbuah, tidak membuat keadaan sekelilingnya lebih baik, kelihatannya memang saleh, tetapi kosong di mata Allah. Sebab ibadah bukan pertama-tama menjalankan serentetan peraturan dalam gereja, tetapi justru soal hidup sehari-hari, dan justru disitulah letak nilai suatu ibadah. Karena hidup in adalah bait Allah, tempat kediaman Roh Allah. Puji Tuhan.

Mental pohon berdaun lebat tetapi tidak berbuah sampai saat ini pun sebenarnya masih kerap terjadi. Penampakan luar—sangat rohani, rajin dan taat aturan-aturan ibadah, tetapi praktik hidup sehari-harinya penuh tipu daya dan kesewenangan. Dimulut senang menyebut Nama Tuhan dan mengutip ayat-ayat Alkitab, tetapi dalam hati dan pikiran penuh sumpah serapah. Atau mereka yang aktif digereja tidak dengan motivasi karena mau dan terpanggil untuk melayani, tetapi daripada nganggur atau demi dapat pengakuan dan perhatian. Ciri-ciri orang seperti ini biasanya suka memaksakan keinginan sendiri, pendapatnya tidak dapat dibantah. Terhadap orang yang setuju mereka akan mendekat, tetapi terhadap orang yang tidak setuju mereka akan menjauh bahkan tidak jarang menganggapnya sebagai musuh. Biasanya mereka sangat rajin, tetapi kerajnannya itu kosong, karena tidak mendatangkan sukacita.

Sungguh sangat berbeda dengan mereka yang aktif di gereja karena sungguh-sungguh mau melayani, dan sebagai ucapan syukurnya kepada Tuhan. Mereka biasanya tidak gembar-gembor, karena memang tujuannya bukan mencari nama. Tentu mereka juga punya pendapat dan keinginan, tetapi mereka akan menempatkan keinginan dan pendapatnya itu demi kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri sendiri. Mereka tidak segan mengalah kalau memang perlu. Mereka selalu melihat orang-orang di sekelilingnya dengan kacamata positif. Itulah sebabnya walaupun mungkin tidak banyak bicara, tetapi kehadiran mereka dapat menjadi berkat. Ada sukacita yang mereka bawa. Puji Tuhan!! Haleluyah!!

Sekarang, bagaimana dengan kita? Dimanakah posisi kita? Apakah pelayanan ibadah kita sungguh-sungguh berbuah dalam hidup keseharian kita serta dapat menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita?  Atau, kita ini tidak lebih seperti pohon ara berdaun lebat tetapi tidak berbuah? Banyak berbuat, banyak melakukan, banyak mengatakan, tetapi hasilnya kosong. Tak hanya tidak mendatangkan sukacita bagi lingkungan sekitar, tetapi juga tidak membangun hal-hal yang baik bagi diri sendiri.

Akhirnya, kalau ternyata selama ini kita telah berlaku seperti pohon ara berdaun lebat tetapi tidak berbuah, maka celakalah kita.

Tetapi, kalau kita mau kembali ke jalan yang benar, kita masih berkesempatan, kita belum terlambat, asal jangan ditunda.

Amin!

 

Video Ibadah ini dapat disimak di Ibadah Kaum Wanita - 30 Januari 2020 - Ibu Ester Budiono