• Editorial 831, 26 September 2021

Shalom, pembaca sekalian.
Kita tentu sangat bersyukur kepada Tuhan karena Jawa Timur telah memasuki PPKM level 1. Ini semua berkat adanya pengertian, kepatuhan pada prokes yang ditentukan pemerintah juga adanya kerja sama antara masyarakat Jawa Timur dengan pemerintah daerahnya. Lebih dari itu juga karena banyaknya pendoa syafaat dari anak-anak Tuhan yang terus menerus berdoa bagi bangsa dan negara kita. Kiranya doa syafaat terus kita lakukan tanpa mengabaikan prokes yang selalu diingatkan hingga Tuhan memulihkan kita seutuhnya.

Minggu lalu kita diajar untuk mempraktikkan Firman Allah yang berintegritas. Berintegritas berarti: jujur, lurus, tidak neko-neko, kepaduan, kesatuan, keharmonian, kejujuran, tidak ada yang disembunyikan. Ringkasnya tidak munafik. Yesus menggambarkannya:
Ada dua orang sedang berdoa, seorang Farisi dan seorang pemungut cukai. Orang Farisi sangat tahu tentang Taurat – hukum-hukum Tuhan. Doanya setiap hari: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu karena aku tidak sama seperti semua orang yang lain, bukan pezina bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” (Luk. 19:18).

Pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh karena tahu ia telah berbuat banyak kesalahan bahkan ia tidak berani menengadah ke langit melainkan memukul diri dan berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini……”

Menurut Anda mana yang munafik dan mana yang berintegritas? Yang jujur? Ya, Anda benar!

Mengenai orang Farisi Yesus berkata: “Celakalah kamu….kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan”, sedangkan pemungut cukai yang terbuka dan jujur itu dibenarkan Allah karena dia berterus terang akan keadaannya dan memohon belas kasihan Tuhan untuk disucikan.

Yesus menginginkan kita menjadi pelaku-pelaku Firman yang berintegritas, jujur dan benar, yang dibersihkan luar dan dalamnya dan yang hidupnya berpadu harmonis dengan Firman-Nya. (Red.)