• Editorial 812, 9 Mei 2021

Nyanyian terakhir sesudah kebaktian benar-benar merupakan ringkasan dari Firman Tuhan yang kita dengarkan:

Aku mengasihi Engkau Yesus, dengan segenap hatiku

Aku mengasihi Engkau Yesus, dengan segenap jiwaku

Kurenungkan Firman-Mu siang dan malam Kupegang perintah-Mu dan kulakukan

Firman Tuhan yang bertemakan “Kekokohan Mendengar dan Melakukan Firman” menjelaskan bahwa seorang yang mendengar Firman Tuhan dan melakukannya diumpamakan seperti seorang mendirikan rumah di atas batu karang (Yesus) sehingga rumah tersebut tetap berdiri kokoh dan selamat ketika hujan deras turun, angin ribut menderu dan banjir melanda.

Tuhan tentu menginginkan setiap dari kita memiliki rumah yang kokoh dan kuat untuk tetap berada di dalam Dia apapun yang menimpa hidup kita agar kita diselamatkan dan kelak hidup kekal bersama Dia selamanya. Semua di dunia ini akan tergoncangkan tetapi hanya satu yang tetap berdiri kokoh itulah Kerajaan Allah dan orang di dalamnya memiliki hidup kekal yang tak tergoncangkan juga. Apakah kita semua berada di dalam rumah yang tak tergoncangkan itu?

Kerinduan Yesus agar kita berada di dalam rumah yang tak tergoncangkan itu dinyatakan-Nya ketika Ia berkata, “Barangsiapa memegang firman-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yoh. 14: 21) Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa yang memiliki rumah kokoh dan tahan uji serta memiliki kekekalan ialah mereka yang mengasihi Tuhan karena mereka mendengar, memegang dan melakukan Firman-Nya.

Saudara-saudaraku, biarlah ini juga selalu menjadi kerinduan kita untuk dapat mengasihi Dia dengan mendengar, merenungkan dan melakukan Firman-Nya; karena inilah yang menyenangkan hati-Nya. Marilah kita menyatakan kepada-Nya apa yang menjadi tujuan hidup kita:

Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku Hanyalah untuk menyenangkan hati-Mu