Shalom,
Bagaimana perasaan Anda ketika hari Minggu lalu kata-kata Yesus dibacakan bagi kita semua? “Semua itu Kukatakan kepadamu supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan tetapi kuatkanlah hatimu. Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16:33).
Begitu Jelas Yesus mengatakan bahwa di dalam Dia ada damai sejahtera (shalom); sebaliknya, di dunia yang ada hanyalah penderitaan dan penganiayaan. Apakah saat ini kita merasakan damai sejahtera atau penderitaan? Masalahnya adalah apakah kita sedang berada “dalam Tuhan” atau “dalam dunia”?
Kata-kata Yesus tidak mungkin salah. “Ada damai sejahtera dalam Aku (Tuhan)!”. Betapa banyak di sekitar kita saat ini menghadapi penderitaan karena penyakit atau krisis ekonomi atau penganiayaan lainnya tetapi tetap memiliki damai sejahtera. Jika Anda mengikuti besarnya gelombang jiwa baru yang datang kepada Yesus dan menerima Dia sebagai Juru Selamat pribadi, Anda akan berdecak penuh kekaguman. Mereka terpaksa harus meninggalkan keluarga yang dikasihinya, terancam kematian karena imannya kepada Yesus, dikucilkan dan merasa sendirian tetapi mereka tetap mengatakan, “Hati saya sukacita luar biasa, penuh damai sejahtera dari Tuhan.” Mereka menghadapi aniaya dengan tetap beriman teguh kepada Tuhan. Ketika sedang mengalami krisis ekonomi, dalam keadaan sakit bahkan di ambang kematian pun masih tetap ada damai dan syukur kepada Tuhan karena tahu kepada siapa mereka berlindung dan ke mana mereka pergi kalau meninggalkan dunia ini.
Sebaliknya, banyak dari mereka yang berkuasa, berkedudukan tinggi, yang berharta banyak, dilanda kecemasan, kepanikan atau tekanan jiwa saat menghadapi pandemi yang berkepanjangan ini. Bahkan beberapa dari mereka mengalami gangguan mental. Ini disebabkan karena mereka yang “dalam dunia” menaruh harapannya pada dunia. Yang ada hanyalah penderitaan dan aniaya…
Ketika Yesus bangkit dan kembali ke Surga, Ia meninggalkan damai sejahtera bagi kita. Itulah yang selalu dikatakan saat bertemu para murid-Nya, “Damai sejahtera bagimu!” Kita pun dapat memiliki damai sejahtera jka kita berada dalam Tuhan. Selanjutnya Filipi 3:15 menuliskan, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu!. ” Dapatkah kita bayangkan jika damai sejahtera sebagai produk kebangkitan Yesus menjadi “penguasa” hati kita? Apakah kelaparan, pencobaan, kesesakan, atau pun aniaya dapat memadamkan damai sejahtera yang ada dalam hati kita? Tentu tidak! Sekarang kita mengerti damai sejahtera-Nya telah mengalahkan dunia dengan segala kesusahannya.