Shalom dan SELAMAT TAHUN BARU 2020!
Stevie sedang duduk di kursi roda ketika memberikan kesaksiannya yang sangat menginspirasi. Sebagai penyandang disabilitas, ia tidak mampu beraktivitas banyak dan bebas. Walau keadaannya makin hari makin lemah, ia tidak henti-hentinya memuliakan Tuhan dan mengatakan bahwa Tuhan itu baik dan selalu menyertainya. Ia bergabung dalam komunitas pecinta sepak bola yang peduli dengan lingkungan dan penyandang disabilitas. Untuk pertama kalinya dia dapat melihat pertandingan sepak bola live di stadion Delta Sidoarjo bersama dua penyandang disabilitas lainnya. Dia sangat bersyukur dalam keterbatasan fisik masih dapat berpartisipasi dalam kegiatan go green yang diapresiasi oleh pemerintah.
Benarlah seperti lagu yang dinyanyikannya, “Dia sanggup menjawab lebih dari yang kita doakan….Dia sanggup melakukan lebih dari yang kita pikirkan.”
Kesaksiannya membuat jemaat trenyuh bahkan ada yang merasa malu karena tidak berbuat apa-apa padahal memiliki tubuh jauh lebih sehat dari dia.
Mudahkah bagi dia untuk bersikap mandiri dan bersosialisasi dengan orang luar? Sebagai penyandang disabilitas, tentu dia memiliki perasaan khawatir, bimbang, kecewa, frustrasi, penyesalan, putus asa, saat lemah dan ini wajar. Pasti dia pernah berpikir “andaikan aku seperti dia, andaikan….” atau bertanya, “Mengapa aku harus mengalami semua ini?” Ingin menjadi seperti orang lain yang lebih beruntung adalah wajar bagi manusia tetapi memiliki iman yang kuat dalam Tuhan dan selalu bersyukur dalam keadaan apa pun adalah LUAR BIASA dan tidak semua orang dapat melakukannya. Sikap hidup semacam ini merupakan pemberian/persembahan hidup yang berkenan di hadapan Tuhan.
Keadaan LUAR BIASA juga telah kita pelajari berbulan-bulan melalui Surat Filipi dari pribadi Paulus yang selalu penuh sukacita dan ucapan syukur walau keadaannya tidak memungkinkan bagi orang biasa untuk dapat melakukannya. Dia dipenjara, dianiaya, didera di luar batas, dilempari batu, kelaparan, kapalnya karam dll. tetapi ia tetap mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Pandangan Paulus kini hanya berfokus pada Seorang yang telah memberikan Diri-Nya untuk keselamatan jiwanya. Kini dia memberikan diri seutuhnya sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, menjadi alat-Nya untuk memberitakan keselamatan bagi mereka yang mau percaya kepada-Nya apa pun rintangannya.
Ku mau memberi hingga tiada yang kuberi
Dan mengasihi hingga tiada kasih lagi
Ku mau hidup s’perti kehendak Tuhan
Mengasihi tanpa kesudahan
(Red.)