Shalom,

Firman Tuhan mengajar kita untuk mengampuni. Ketika kita berdoa “Bapa kami”, Ia mengajarkan, “Ampuni kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami..” Jujur, tidaklah semudah itu untuk melaksanakannya terutama kepada orang yang telah sangat melukai hati kita.

Harus diakui langkah pertama untuk mengampuni merupakan langkah yang paling berat. Namun bila kita merenungkannya, pengampunan akan membawa kita kepada pembebasan – kita membebaskan orang yang melukai hati kita dari kesalahannya dan kita pun terbebas dari luka hati kita.

Kesulitan kita untuk mengampuni sering kali disebabkan karena kita tidak dapat melupakannya. Sikap demikian sesungguhnya menyumbat saluran iman kita dan mencuri sukacita kita. Kita hidup bagaikan terpenjara dalam luka dan kepahitan hati. Sebaliknya tindakan mengampuni membuka sumbatan itu dan rasa damai sejahtera akan mengalir dalam hati kita.

Matthew West, seorang penulis mengatakan, “pengampunan adalah kunci untuk membuka pintu-pintu Kerajaan Surga dan kita mempersilakan Tuhan bekerja dalam hidup kita.”

Sungguh, pengampunan bukan berarti kita harus melupakan tetapi kita merelakan. Pengampunan bukan suatu hukum yang dipaksakan untuk kita lakukan tetapi suatu ketaatan serta kerelaan menaati ajaran Tuhan.  

“…hendaklah kamu saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ef. 4:32) dan “…ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain…” (Kol. 3:13) juga “…jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di Surga akan mengampuni kamu juga.” (Mat. 6:14)