Editorial
Shalom…
Ishak berjalan bersama ayahnya sambil memikul kayu yang dibebankan di bahunya untuk melakukan kurban bakaran bagi Allah. Ia melihat api dan pisau yang dibawa ayahnya namun ia tidak mengerti mengapa ayahnya tidak membawa seekor domba pun untuk dikurbankan padahal saat berangkat ia tahu ayahnya akan mempersembahkan kurban bakaran bagi Allah.
Tiga hari lamanya mereka berjalan hingga mereka tiba di tempat yang telah ditentukan Allah untuk berkurban.
“Bapa,” tanyanya, “Di sini sudah ada api dan kayu tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?” Ayahnya kemudian menjawab, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku.”
Mereka melanjutkan perjalanan tanpa banyak bicara. Si ayah dengan hati pasrah sementara anaknya dengan hati bertanya-tanya. Abraham tahu Allah Mahakuasa dan setia pada janji-Nya. Ia menjanjikan Ishak padanya kini Dia memintanya kembali. Ia yakin Allahnya tidak pernah mengingkari janji-Nya. Apakah Allah akan membangkitkan Ishak kembali setelah dia menyembelihnya? Ia tidak tahu. Yang ia tahu ialah Allah memintanya untuk mengurbankan Ishak dan ia menaatinya. Selain dari itu ia tidak mengetahuinya.
Dapatkah Anda membayangkan perasaan hati Abra-ham saat dia mengayunkan pisau di tangannya untuk menyembelih anaknya sendiri yang sangat dikasihinya? Dan dapatkah Anda membayangkan hati Ishak saat dirinya akan dijadikan kurban bakaran oleh ayahnya?
Peristiwa itu terulang ribuan tahun kemudian… ketika Allah Bapa memberikan Putra tunggal-Nya untuk menebus dosa manusia. Ia tampak ‘tega’ membiarkan Anak-Nya mati. Bedanya, jika Ishak dibebaskan dan diberi domba pengganti, Yesus adalah “Domba Peng-ganti” yang benar-benar mati disalib di Golgota demi kita semua. Betapa besar kasih Allah kepada kita sehingga diberikan Anak-Nya yang tunggal supaya barang siapa percaya kepada-Nya tidak binasa melain-kan beroleh hidup yang kekal…
Terima kasih Yesus untuk kasih dan pengurbanan-Mu bagi diriku…(vs)
SELAMAT HARI PASKAH!