"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita……” “Kiranya Allah tetap memberkati kita; agar segala ujung bumi takut kepada-Nya." Mazmur 67: 2,8
Sebuah gambar menunjukkan seorang misionaris sedang menangis sambil memeluk seorang anak kecil yang kurus kering dan menderita kelaparan. Anak itu meminta kepadanya, “Pak, dapatkah bapak mendoakan agar saya tidak merasa lapar?”
Di sisi lain tampak gambar keluarga yang diliputi ketakutan lagi berada di tempat persembunyian karena daerahnya sedang dalam peperangan yang tidak kunjung berhenti. Ketika melihat banyaknya warga mereka yang meninggal, seorang anak bertanya kepada orang tuanya, “Mama, apakah kami masih hidup malam nanti……?”
Itulah kisah-kisah sedih yang membuat kita bergumam, “Ah, andaikan aku punya uang banyak untuk menolong mereka……ah, andaikan aku punya kekuasaan untuk menghentikan peperangan….Mungkin kisah-kisah yang menyedihkan itu dapat memotivasi kita untuk melantunkan nyanyian Mazmur 67 ini juga menggunakan kata “Kiranya” sebanyak lima kali. Penulis lagu mengharapkan jawaban dari doa yang dinaikkan disertai permohonan belas kasihan dari Tuhan.
“Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita……” , yang seolah-olah mengatakan “Berkatilah kami ya Tuhan agar kami dapat memberkati mereka….”, karena penulis tahu bahwa berkat hanya dapat diperoleh karena belas kasihan-Nya.
“Kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya…” suatu permohonan agar bumi dapat juga menerima pantulan wajah-Nya dan diselamatkan melalui kita yang sudah diselamatkan.
“Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu”, menyatakan kerinduan penulis lagu agar setelah mengenal Tuhan dan diselamatkan, mereka semua dapat bersyukur kepada Allah.
“Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorak”, sukacita dan sorakan hanya dapat dialami karena keadilan pemerintahan dan tuntunan-Nya di atas bumi ini.
“Kiranya bangsa-bangsa memuji Engkau, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semua memuji Engkau.” Kata “Kiranya” disebut dua kali dengan maksud sama untuk menyatakan betapa besarnya kerinduan berkat yang dia terima juga tersalur pada orang lain. Akhirnya setelah menerima berkat dari Tuhan, penulis berkata, “Kiranya Allah tetap memberkati mereka semua supaya segala ujung bumi takut kepada-Nya!” (ay. 8) dan mendapatkan berkat yang permanen.
Mazmur 67 mengajarkan kita bahwa saat kita menerima berkat dari Tuhan, kita tidak seharusnya mementingkan diri sendiri dan bersikap egois tetapi rindu untuk membagi berkat tersebut bagi sesama terutama berkat KESELAMATAN.