• Editorial 913, 21 Mei 2023

“Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami karena kasih setia-Mu!” Mazmur 44:27

Pada awal nyanyiannya (Mzm. 44:1-9), Bani Korah memuji dan mengagungkan Tuhan sebagai andalan mereka. Mereka mengingat bagaimana pada zaman nenek moyang mereka saat menghadapi musuh, Tuhan memberi mereka kemenangan terhadap musuh-musuh mereka. Mereka menyanyikan, “Karena Allah, kami menyanyikan puji-pujian sepanjang hari, dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syukur selama-lamanya….. S e la “

Namun di ayat-ayat selanjutnya, bani Korah menyatakan kesesakan dan penindasan-penindasan hebat yang dirasakan oleh bangsa Israel. Bahkan mereka memaknai bahwa “Tuhanlah” yang membiarkan mereka berada dalam penyiksaan seperti yang ditulis dalam Mazmur 44:10-17, “…Engkau telah membuang kami dan membiarkan kami kena umpat, Engkau tidak maju bersama-sama dengan bala tentara kami…” Sepertinya Tuhanlah yang memberi kepedihan sebab membiarkan mereka kalah dan terserak! Ia merasakan seperti “dicampakkan” oleh Tuhan.

Mengapa bani Korah masih dapat bertahan menghadapi kesengsaraan yang begitu mendalam? “Semuanya ini telah menimpa kami tetapi kami tidak melupakan Engkau dan tidak mengkhianati perjanjian-Mu….kami tidak membangkang dan langkah kami tidak menyimpang dari jalan-Mu walaupun engkau telah meremukkan kami….” ( ay. 18-20). Ternyata mereka sangat mengenal Allah mereka bagaikan seorang Bapa yang penuh kasih walau tampak seperti “menghajar “ mereka dengan kejam oleh karena ketidaktaatan dan ketidaksetiaan mereka untuk membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik. Mereka menyadari bahwa Allah adalah setia dan kesetiaan-Nya tidak pernah berubah. Dalam penantian itu mereka akhirnya menunggu pembebasan, “…… bebaskanlah kami karena kasih setia-Mu!” (ay 27)

Ada saatnya kita kalah, jatuh tersungkur dan terampak. Masalah muncul bertubi-tubi seakan-akan Tuhan meninggalkan kita. Namun, Mazmur 44 mengajar kita untuk tetap setia kepada Tuhan kendati banyak sekali hal yang kita lalui. Janganlah semua itu menjadi alasan bagi kita untuk berhenti setia karena Tuhan jauh lebih setia dan kesetiaan-Nya tidak pernah berubah.

“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr. 13:8).