Petikan dawai gitar mengiringi pembacaan puisi Mazmur 4 membuat suasana kebaktian Minggu lalu bagaikan mengembalikan kita pada saat kitab Mazmur ditulis. Getaran dawai itu sepertinya membuat kita larut dalam nyanyian yang dikarang dan dinyanyikan Raja Daud. Daud memang raja yang suka sekali pada pujian dan penyembahan. Mendalami mazmur-mazmur yang ditulisnya, kita seolah-olah dapat merasakan jeritan hati Daud, sorakan sukacitanya, pujian bagi Tuhan yang dikasihi dan dipujanya. Selain itu kita dapat merasakan betapa dia mencintai Firman Allah yang menyebabkan Allah sangat mencintainya. Ya, Daud adalah orang yang tahu bagaimana memperkenan hati Tuhannya.
Masalah-masalah yang dialami Daud adalah masalah-masalah yang dialami juga oleh manusia pada umumnya. Kalau saja kita mau belajar memperkenan hati Tuhan seperti apa yang Daud lakukan, kita pun tentu dapat “mencuri” hati Tuhan hingga kita juga dicintai-Nya dan mendapat kelegaan pada saat kita mengalami kesesakan.
Beberapa pengamat mengatakan bahwa Mazmur 4 ditulis tidak lama setelah Daud mengalami Mazmur 3 ketika dia dikejar-kejar oleh Absalom, anaknya sendiri yang ingin merebut takhtanya. Dalam kesesakan dia berseru, “Ya Allahku, hanya Kau yang dapat membenarkan aku…” Ia tahu ia bukan seorang yang benar dan tanpa Tuhan ia tidak dapat membenarkan diri sendiri. Ia yakin bahwa Allah mendengar saat dia berseru kepada-Nya. Ia tahu Allah telah memilih dan mengasihinya. Ini adalah janji-Nya yang tak mungkin diingkari-Nya. Walau fakta yang terjadi berbanding terbalik, dia tetap beriman dan mempersembahkan kurban yang benar kepada-Nya. Sikap itulah yang membuat Tuhan memberinya kelegaan di dalam kesesakan.
Di akhir kidung pujiannya, Daud melukiskan sukacita yang dirasakan di tengah dukacitanya, “Biarlah cahaya wajah- Mu menyinari kami, ya Tuhan! Engkau telah memberikan sukacita kepadaku lebih dari gandum dan anggur yang melimpah. Dengan tenteram aku mau membaringkan diri lalu segera tidur…“ Kata-kata “tenteram” dan “segera tidur” tidak mungkin dialami oleh seseorang yang tertekan jiwanya. Hal itu menunjukkan betapa besar kelegaan yang didapatkan Daud dari Tuhan. (Red.)