• Editorial 859, 17 April 2022

Untuk merayakan Paskah, Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes mempersiapkannya. Yesus mengarahkan bagaimana mereka menemukan tempat untuk merayakan Paskah mereka yang terakhir. Tak seorang pun dari para murid-Nya menyadari bahwa hari itu adalah Hari Paskah terakhir bagi mereka kecuali Yesus.

Mungkin Anda dapat membayangkan bagaimana perasaan Anda seandainya Anda terpidana mati demi membela seorang yang sangat Anda kasihi dan tahu bahwa eksekusi segera akan dijalankan. Kerinduan yang sangat dalam hati Yesus ialah sebelum saat itu tiba Ia dapat menghabiskan waktu terakhir dengan orang-orang yang sangat dikasihi-Nya yang selalu bersama dengan-Nya dalam pelayanan-Nya di dunia ini. “Aku sangat rindu untuk makan Paskah ini bersama -sama dengan kamu sebelum Aku menderita…..,”(Luk. 22:16)

Perayaan Paskah yang dirayakan orang Yahudi saat itu ialah untuk memperingati terhindarnya mereka dari tulah kesepuluh – kematian anak-anak sulung yang menimpa Mesir – karena darah Anak domba yang dikurbankan dibubuhkan pada dua tiang dan ambang atas. Sebuah peristiwa yang menggambarkan pengurbanan Yesus, Anak Domba Allah, disalib untuk menyelamatkan manusia berdosa dan membebaskan mereka dari hukuman kematian karena dosa. Yesus seolah-olah ingin mengingatkan mereka kembali akan darah domba yang telah menghindarkan mereka dari suasana kematian sekaligus memberitahu mereka bahwa saat pengurbanan diri-Nya sebagai Anak Domba Allah untuk membebaskan mereka dari hukuman kematian kekal sudah dekat.

Mengenai roti Perjamuan Kudus yang mereka makan saat perjamuan terakhir itu, Ia berpesan: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku…. “ dan tentang cawan anggur: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu”. Bukankah Ia berpesan agar kita selalu mengingat pengurbanan-Nya bahwa darah-Nya telah ditumpahkan bagi keselamatan kita? Bukankah sepertinya Dia berpesan agar kita senantiasa mengingat betapa besar kasih-Nya kepada kita hingga Dia rela melakukannya bagi kita?

Ku tak mau lupakan sengsara Tuhanku, sana atas salib Golgota…. Dia telah tumpahkan darah-Nya bagiku, sana atas salib Golgota…. Cinta-Nya agung, dalam dan lebar, ku mau melayani Yesus Tuhan, Ku tak mau lupakan sengsara Tuhanku, sana atas salib Golgota… Terima kasih, Yesusku.