Firman Tuhan Minggu lalu membuat kita banyak belajar tentang Mamon/ uang. Yesus berkata, “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Ayat itu mengingatkan kita pada sebuah kata bijak yang mengatakan “Uang adalah hamba yang baik tetapi tuan yang jahat”. Benar juga …mungkin pencipta kata bijak tersebut telah mengalaminya sendiri lalu menasihati kita untuk tidak menjadi hamba uang. Sebaliknya, uang menjadi hamba kita!
Seorang hamba yang baik memiliki sifat jujur dan setia kepada tuannya. Pekerjaan seorang hamba diatur oleh tuannya dan ia selalu menurut dan melakukan apa yang diperintah tuannya.
Jika kita adalah hamba Allah, kita harus jujur dan setia kepada Allah, Tuan kita, dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya kepada kita. Hidup kita diatur oleh Tuhan. Sebaliknya, bila kita adalah hamba uang, kita terobsesi mencari dan mendapatkan uang bahkan berani menghalalkan segala cara demi memperoleh uang. Hidup kita diatur oleh uang. Lukas 16:14 nyata-nyata menuliskan: Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu. Bagaimana dengan kita? Betapa seringnya kita juga seperti orang Farisi yang menjadi hamba uang! Menghargai uang lebih dari Tuhan… Banyak dari kita mati-matian bekerja untuk mendapatkan banyak uang. Itu baik. Namun Tuhan mengajar kita untuk menjadi hamba Allah dan menggunakan dengan tepat uang yang kita dapatkan. Ia tidak menginginkan hidup kita dikendalikan oleh uang tetapi kita mengendalikan uang bagi Tuhan.
Bagi Tuhan Mamon adalah hal kecil karena hanya memenuhi kebutuhan sementara di dunia ini namun bila kita dapat mengelolanya dengan baik dan setia kepada-Nya, Ia menjanjikan hidup kekal nan abadi.
“Ikatlah persahabatan dengan menggunakan Mamon…” kata Tuhan (Luk. 16:9), berlakulah benar dalam mengelola uang, setialah dalam perkara kecil juga setia dalam hal Mamon yang tidak jujur…..agar kita dapat dipercaya untuk harta yang sesungguhnya… dan kita diterima dalam kemah yang abadi!” (Red.)