Suami saya sangat menyukai Olimpiade – sebuah pesta olah raga yang dapat dikatakan paling bergengsi dan mendunia. Selama Olimpiade, atlet-atlet dari seluruh dunia berdatangan untuk bertanding dalam bermacam bentuk olah raga. Bukan hanya itu, puluhan ribu orang dari berbagai negara pun berbondong-bondong pergi menyaksikan pertandingan olah raga bergengsi itu. Untuk itu negara tuan rumah di mana pesta olah raga diadakan akan menyediakan stadium besar dan khusus untuk tempat bertanding, untuk acara pembukaan dan penutupan juga penginapan-penginapan untuk menampung mereka bahkan ada yang datang dari negara yang masih sedang bermusuhan. Acara pembukaan dan penutupan selalu menjadi momen yang dinanti-nantikan para penonton di mana segala pertunjukan, peradaban negeri tuan rumah dipertontonkan dengan segala teknik yang mutakhir.
Suami saya sering kali mengajak saya menghadiri Olimpiade di banyak negara dan menyaksikan kehebatan tiap tuan rumah dalam memeriahkan acara olah raga yang mendunia itu dengan keahlian mereka sendiri. Ada sukacita yang begitu besar, mereka saling mengenal, menyatu dan menghormati satu sama yang lain. Ada banyak macam olah raga yang dipertandingkan. Para peserta berusaha untuk mengikuti semua peraturan pertandingan yang telah ditentukan dengan kejujuran tinggi dan keterbukaan. Mereka bahkan tidak melihat apakah negara mereka sedang bersahabat atau bermusuhan saat itu ikut melebur bersama dalam sukacita. Mereka bergembira bersama seolah- olah melupakan sejenak permusuhan antarnegara mereka karena memiliki satu tujuan sama yaitu pertandingan olah raga yang mereka tekuni dan persatuan dari bangsa-bangsa peserta.
Logo olimpiade menggambarkan penyatuan lima benua dan pertemuan atlet dari seluruh dunia di Olimpiade. Lima cincin berwarna-warni mewakili lima bagian dunia dalam persaingan yang sehat.
Ketika saya mengagumi acara pembukaan yang begitu indah dan megah serta melihat kerumunan begitu banyak orang, Tuhan membuka mata rohani saya tentang adanya “acara pesta olah raga yang jauh lebih indah dan lebih agung” itulah olimpiade rohani.
Dalam Olimpiade ini saya melihat adanya dua kelompok orang, para penonton yang datang hanya untuk menonton dan para atlet yang datang untuk bertanding. Dalam sejarah awal Olimpiade, para pemenang akan memiliki mahkota daun namun sekarang mereka menerima piala dan banyak hadiah bahkan rumah.
Para penonton datang hanya untuk menonton, memberi komentar-komentar yang mereka sendiri mungkin tidak dapat melakukannya. Mereka mungkin memaki “bodoh” atau “tolol” kepada pemain yang gagal walau mereka sendiri belum tentu dapat melakukannya bila mereka bertanding. Sementara itu para pemain memusatkan diri pada olah raganya tanpa menghiraukan kecaman-kecaman yang ditujukan kepada mereka ketika mereka gagal walau sudah mati-matian berjuang untuk mendapatkan kemenangan dan mahkota.
Para penonton hanya berbicara dan memberi komentar sedangkan para pemain terus fokus dan berjuang di lapangan untuk kemenangannya.
Para penonton mengeluarkan banyak uang untuk menonton kemudian pulang ke rumah mereka masing-masing dalam keadaan lelah dan tanpa ada sambutan. Berbeda dengan para pemenang yang pulang dengan gembira membawa piala atau mahkota dan pulang disambut dengan meriah oleh bangsanya.
OLIMPIADE ROHANI
Tanpa kita sadari atau tidak, bersedia atau tidak, setelah menerima Yesus, ditebus, dibersihkan oleh darah-Nya dan dikuduskan oleh Firman dan Roh-Nya, kita dimasukkan ke dalam “gelanggang perlombaan” sepanjang hidup kita. Ada bermacam-macam pertandingan, single, double, tim atau maraton. Pemenang maraton biasanya dimahkotai dalam upacara final dan penutupan Olimpiade. Ketika dia memenangkan pertandingan, lagu kebangsaannya dimainkan dan semua orang berdiri untuk menghormati bangsanya. Apakah kita hanya penonton atau pengamat atau pemain?
1 Korintus 9:24 (TB)
“Tidak tahukah kamu bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa sehingga kamu memperolehnya!”
Ibrani 12:1,2
“Karena kita mempunyai banyak saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”
MAHKOTA
Mahkota hanya dikenakan kepada pemenang yang memenangkan perlombaan atau pertandingan. Karena Yesus adalah seorang Pemenang, Dia juga menginginkan kita, mempelai-Nya, menjadi pemenang sehingga kita dapat duduk di samping-Nya sebagai mempelai-Nya.
Mahkota juga dikenakan oleh seorang raja dan permaisurinya. Bukankah Dia Raja di atas segala Raja yang bermahkotakan kemuliaan? Dia menginginkan agar kita sebagai permaisuri-Nya, pengantin perempuan-Nya, juga mengenakan mahkota seperti Dia.
Kita pun dapat menjadi “mahkota kemuliaan” bagi Tuhan kita!
Yesaya 62:3 TB
“Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan TUHAN dan serban kerajaan di tangan Allahmu.”
Sebagai calon mempelai perempuan Tuhan, kita pun seharusnya menjadi mahkota Mempelai Pria Surga kita, seperti tertulis dalam Amsal 12:4, “istri yang cakap adalah mahkota suaminya…dan menjadi kemuliaan-Nya.”
Lihat bagaimana Yesus menghadapi pertentangan dari musuh-musuh dalam hidup-Nya. Dia ditentang oleh para ahli Taurat, orang Farisi, pemimpin agama dan pemerintah. Murid dekatnya sendiri, Petrus, mengkhianati-Nya, Yudas menjual-Nya, murid-murid-Nya yang lain meninggalkan-Nya, para prajurit Romawi mengejek dan mempermalukan bahkan menusuk-Nya namun demi kasih-Nya kepada kita Dia menanggung semua. Mereka semua merupakan para penonton yang selalu berkomentar tentang apa yang dilakukan Yesus. Namun itu semua tidak menghalang-halangi Yesus untuk terus mencapai tujuan-Nya berjuang bagi keselamatan mempelai wanita- Nya – kita semua – hingga memperoleh kemenangan-Nya!
Marilah kita pun menjadi “para pelomba” di dunia ini dengan memperjuangkan kemenangan dan mahkota yang dijanjikan bagi kita dengan tekun melatih diri dan dengan mata senantiasa terpusat pada-Nya.
Bagi kita yang menang, inilah yang Tuhan janjikan:
“Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama- sama dengan Aku di atas takhta-Ku sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.”
(Why. 3:21)