• MEMPELAJARI KISAH PARA RASUL (1)
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/video-recording

Saat mempelajari Kitab Kisah Para Rasul, kita mungkin bertanya-tanya siapa pengarang kitab ini, ditujukan kepada siapa buku ini, dan apa alasan penulis untuk menuliskannya. Tentu ada latar belakang keadaan dan situasi dalam sejarah saat buku ini ditulis yang menimbulkan suatu permasalahan juga pembaca yang kepadanya buku ini ditujukan.

Karena Kitab Kisah Para Rasul termasuk kitab yang telah dikanonkan dalam Alkitab dan menjadi pegangan hidup kita sebagai seorang Kristen, kita tentu bertanya-tanya apa maksud Roh Kudus mengilhami penulis buku ini untuk kita pelajari dan dalami karena jelas seluruh buku dalam Alkitab sangat berguna bagi kita semua dan berlaku segala zaman mulai dari pertama kali dituliskan hingga saat kita sekarang hidup.

Untuk itu redaksi WM kembali mencuplik penjelasan cukup menarik yang diambil dari buku UNLOCKING THE BIBLE tulisan David Pawson. Semoga Anda semua menikmatinya. (Red.)

Dalam mempelajari Kisah Para Rasul, kita diajak Pawson mempelajari buku ini berdasarkan sejarah (historikal) yang terjadi saat buku ini dituliskan juga berdasarkan alasan (eksistensial) mengapa buku ini dituliskan.

Kisah Para Rasul yang ditulis berdasarkan sejarah

Seperti telah ditulis dalam beberapa penerbitan lalu, Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas (juga menulis Injil Lukas), seorang dokter dari Antiokhia, Siria, dan merupakan satu-satunya penulis Alkitab berbangsa kafir. Dia adalah sahabat setia dari Rasul Paulus dan sering bepergian bersamanya. Ia mempunyai ketertarikan yang sangat mendalam untuk menyelidiki kisah kehidupan Yesus dan pertumbuhan gereja. Kemungkinan besar kitab ini ditulis di Kaisaria dan Roma.

Seperti telah ditulis dalam beberapa edisi lalu pula, penulisan yang detail dan teliti tentang kehidupan Yesus Kristus dalam Injil Lukas juga tentang perjalanan para rasul dalam Kisah Para Rasul kemungkinan besar merupakan materi pembelaan Rasul Paulus ketika menantikan sidang perkaranya di Roma. Hal ini ditunjukkan dalam tulisan-tulisan Lukas baik di awal kata-kata pendahuluan di Injil Lukas maupun pada kata-kata pendahuluan dalam Kisah Para Rasul yang ditujukan kepada “Teofilus yang mulia”, sebuah sebutan yang biasa digunakan bila berbicara dengan hakim atau pengacara. Dalam Kisah Para Rasul, “Yang mulia” juga dipakai untuk menyebut Feliks dan Festus, dua gubernur yang pernah bertemu dengan Paulus. Penulisan ini disiapkan agar mereka semua yang di Roma mendengar saat pembelaan ini dibacakan (dan diharapkan akan menyebar di seluruh Roma) supaya mereka mengerti iman apa yang dipegang teguh oleh Rasul Paulus.

Andaikan Lukas dalam menuliskan Kisah Para Rasul hanya bermaksud menulis biografi dari Rasul Paulus pasti surat ini akan berakhir dengan hasil akhir dari persidangan atau kisah kematian dari Rasul Paulus. Andaikan Lukas hanya ingin menulis tentang sejarah gereja di Roma, dia akan mengakhiri tulisannya dengan penjelasan lebih terperinci tentang keadan gereja di sana. Namun sepertinya bukan demikian maksud dari Lukas. Kisah Para Rasul bukanlah biografi Rasul Paulus ataupun sejarah gereja di Roma. Surat ini ditulis untuk memberikan penjelasan yang terperinci kepada Teofilus agar dia mengerti mengapa kekristenan di sana sangat berkembang dan mengapa Rasul Paulus telah didakwa secara tidak adil. Untuk itu diharapkan pembaca Kisah Para Rasul mengerti saat Lukas mengakhiri tulisannya kepada Teofilus dengan keberhasilan yaitu pemberitaan Injil tanpa rintangan.

“Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa dia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus…” (Kis. 28:30-31)

Dengan pengertian Kisah Para Rasul ditulis untuk memaparkan perkembangan yang sangat pesat dari kekristenan, Lukas menulis di dalamnya kisah tentang beberapa rasul yang lain. Namun, ada dua orang Rasul utama yang ditulisnya yaitu Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Tentang Rasul Petrus yang menginjil di antara bangsa Yahudi dapat dipelajari dalam pasal-pasal 1-12 sedangkan Rasul Paulus yang banyak melayani orang kafir dikisahkan dalam pasal-pasal selanjutnya. Banyak hal mendukung teori ini karena adanya kemiripan antara pelayanan Rasul Petrus dengan pelayanan Rasul Paulus. Lukas menuliskan tentang kemiripan kisah pelayanan kedua rasul besar ini untuk menanggulangi terjadinya ancaman perpisahan yang terjadi antara dua gereja yang sedang berkembang yaitu gereja orang Yahudi dan gereja yang beranggotakan orang kafir. Masing-masing dari mereka mengklaim bahwa rasul yang memimpin merekalah yang harus diikuti. Lukas dalam bukunya menekankan bahwa dalam banyak hal dua rasul ini memiliki kesamaan yang begitu indah sehingga tidak dapat dikatakan bahwa pelayanan seorang lebih baik atau lebih penting daripada yang lain, seperti:

  • Mereka sama-sama melakukan
  • Mereka sama-sama melihat
  • Mereka berdua mengalami penderitaan karena
  • Mereka berdua berkhotbah dengan khotbah-khotbah yang
  • Mereka berdua dipenuhi oleh Roh
  • Mereka berbicara dengan penuh
  • Mereka berdua berbicara di depan orang Yahudi maupun orang kafir walau Petrus lebih dipakai dalam kalangan Yahudi sedangkan Paulus lebih mengutamakan orang-orang
  • Mereka berdua pernah dipenjara dan secara mukjizat dilepaskan dari penjara oleh
  • Mereka berdua menyembuhkan orang
  • Mereka berdua menyembuhkan orang lumpuh dari
  • Mereka berdua mengusir
  • Mereka mempunyai sarana kesembuhan: Petrus dengan bayangannya sedangkan Paulus menggunakan
  • Mereka berdua membangkitkan orang
  • Mereka berdua menghardik guru-guru
  • Mereka berdua menolak
  • Mereka berdua meninggal di Roma (walau untuk ini Lukas tidak menuliskan dalam karyanya).

Analisa Lukas di atas menyatakan dengan jelas mengapa pelayanan kedua rasul tersebut sangat indah dan patut dihargai.

Dalam Kisah Para Rasul 1:8 kita membaca bagaimana Yesus mengatakan, “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.

Kesaksian tentang Kristus dimulai di Yerusalem (pasal 1-7), pasal 8-10 bergerak ke Yudea dan Samaria kemudian mencapai Eropa dan di “jantung” kekaisaran Romawi. Dalam menuliskan ini Lukas tampak ingin mendemonstrasikan bagaimana perkataan Yesus di awal Kisah Para Rasul digenapi di akhir Kisah Para Rasul yang mana Injil mencapai Roma dan Paulus sebagai saksi Kristus berbicara dengan Kaisar Romawi sendiri. Namun tentu Roma belumlah “ujung bumi” yang dimaksudkan dan ini menjadi tugas gereja akhir zaman termasuk kita untuk mencapainya!

Dalam tulisannya, Lukas menuliskan dengan penjelasan-penjelasan yang mirip mengenai perkembangan gereja dari satu pasal ke pasal berikutnya:

“Firman Allah makin tersebar dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.” (Kis. 6:7)

“Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” (Kis. 9:31)

“Maka Firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang.” (Kis. 12:24)

“Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya.” (Kis. 16:5)

“Dengan jalan ini makin tersiarlah Firman Tuhan dan makin berkuasa.” (Kis. 19:20)

Perkembangan di atas menunjukkan kegerakan pemberitaan Injil yang bermula di antara orang Yahudi di Yerusalem (1-6:7) lalu ke kaum Helenis dan Samaria (6:8 – 9:31) terus merambat ke orang kafir dan Antiokhia (9:32 – 12:24), ke Asia Kecil (12:25 – 16:5) ke Eropa (16:6 – 19:20) hingga ke Roma (19:21 – 28:31).

Dari peristiwa di atas, Dokter Lukas mau menyatakan betapa menyoloknya perkembangan gereja yang dilakukan orang-orang Kristen yang bermula dari kegerakan kelompok kecil orang-orang Yahudi sederhana hingga mencapai iman yang saat ini menjadi iman yang internasional dan kosmopolitan.

(bersambung)