TUDUNG KULIT LUMBA-LUMBA
Semalam-malaman sebuah lagu teralun di hatiku: “Lingkupiku dengan sayap-Mu, naungiku dengan kuasa-Mu…di saat badai bergelora, ku akan terbang bersama-Mu. Bapa Kau Raja atas semesta, ku aman s’bab Kau Allahku…”
Perlindungan mana lagi yang lebih aman selain berlindung kepada Allah yang Mahakuasa?
Setiap tudung yang melindungi kemah itu menggambarkan kasih-Nya, pengurbanan-Nya, kucuran darah-Nya demi melindungi dan menyelamatkan kita. Jika saja kulit lumba-lumba itu bisa berbicara atas Nama-Nya, mungkin dia akan berkata, “Apa yang menyakitkan, yang mendukacitakan, kejahatan (kutuk) apa yang akan menimpamu, biarlah menimpa-Ku dahulu…”
Aku melihat dalam batinku, saat-saat sengsara-Nya… ketika punggung-Nya dirajam dan hancur, bukankah seolah-oleh Dia melindungi kita dengan tubuh-Nya agar kita tidak menderita penyakit? Seharusnya kitalah yang menerima cambukan itu karena kita yang berdosa; yang sering membuat kita sakit bukanlah Dia namun bilur-bilur itu diterimanya untuk kesembuhan kita! Ketika Dia menerima hinaan direndahkan, disengsarakan, pukulan-pukulan yang begitu menyakitkan ….kitalah yang seharusnya menanggung seluruh kutukan tersebut dan mengalami kematian namun semua itu telah menimpa-Nya lebih dahulu.
Itu sebabnya Daud berani mengatakan, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku...” (Mzm. 23:4)
Biarlah kita berseru kepada-Nya, “Ya Allahku,… jangan pernah meninggalkan aku, ku perlu Kau dalam hidupku!” (vs)