Di Kayu Salib Aku Melihat Segala Kejahatanku (3)

Vida Simon

Masih teringat olehku ketika aku menyanyi di Paduan Suara Kaum Muda sebuah lagu orang yang sedang berdukacita “Were you there when they crucified my Lord..?” yang artinya “Apakah kau berada di sana saat mereka menyalibkan Tuhanku?”

Awalnya aku berpikir mana mungkin aku berada di sana? Peristiwa tersebut terjadi lebih dari 2.000 tahun lalu. Namun kini aku dapat mera-sakan suasana itu. Kisah itu begitu hidup di hatiku dan aku dapat merasakan penderitaan-Nya bagiku. Betapa besar kasih-Nya hingga Ia merelakan hidup-Nya demi aku!

Di tulisanku yang lalu aku telah menceritakan bagaimana Yesus yang dianiaya masih pula me-mikirkan keselamatan orang lain. Kaki tangannya telah terpaku hingga tidak dapat digerakkan; kalaupun digerakkan pasti terasa sakit tak tertahankan. Israel memang sedang menantikan se-orang Juru Selamat yang akan membebaskan mereka. Mereka menantikan orang kuat – super-hero yang gagah perkasa. Maukah mereka menerima dan mengakui Yesus yang sedang tersalib sebagai pembebas mereka? Apa yang dapat mereka harapkan dari seorang yang sedang ter-gantung di salib? Bahkan untuk membebaskan dirinya sendiri pun tidak mampu? Secara manu-siawi, tampaknya Yesus gagal menjalankan misi penyelamatan-Nya….namun benarkah demi-kian? Apakah Anda pun berpandangan seperti itu?

Seruan Yesus pertama ialah permohonan pengampunan bagi mereka yang menganiaya dan menyalibkan-Nya. Seruan kedua adalah janji penyertaan-Nya bagi penjahat di sisi-Nya pada hari kematian mereka berdua. Aku mengenal satu ayat, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” (Rm. 10:10) Aku benar-benar diyakinkan bahwa penjahat itu diselamatkan karena dengan mulutnya ia mengakui dirinya adalah orang berdosa dan hatinya percaya bahwa Yesus adalah Raja yang berkuasa me-nyelamatkan dan memberi pengampunan.

Kudengar seruan-Nya lagi, kini kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” dan kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” Yesus mengasihi dua orang tersebut. Ibu-Nya, Maria, telah membesarkan dan merawat-Nya sementara Yohanes adalah murid yang dikasihi-Nya. Dikatakan sejak itu Yohanes menerima Maria di rumahnya dan memperlakukannya sebagai ibunya. Kata-kata-Nya begitu singkat namun mempunyai arti sangat dalam.

“Ibu, inilah anakmu” kata Yesus kepada Maria. Sepertinya Ia ingin mengutarakan, “Aku me-ngerti Ibu akan sangat kehilangan Aku tetapi jangan sedih, Yohanes akan mengasihimu seperti dia juga telah mengasihi-Ku. Dia akan menggantikan Aku dalam hidupmu.” Tampak Dia begitu mengasihi keluarga dan sahabat setia-Nya.

Umumnya orang berpendapat bahwa Yusuf telah mati sehingga Maria menjadi seorang janda tua dan rapuh. Perhatian-Nya sungguh besar kepada ibu-Nya. Aku lalu mengingat-ingat apakah aku pernah mengabaikan ibuku yang telah menjanda? Pernahkah aku menyakiti hatinya? Air mataku jatuh berderai, “Ampuni aku Tuhan”, kataku. Aku sadar kasihku kepadanya begitu kurang….Andaikan ibuku masih hidup ingin sekali kuperbaiki sikapku kepadanya. Jika Anda saat ini tidak begitu memerhatikan bahkan mengabaikan ayah atau ibu Anda, kuserukan agar Anda mengasihi dan mengerti kebutuhan mereka selama mereka masih ada di dunia ini. Apabila mereka telah tiada, Anda tidak akan menyesalinya.

Kini aku melihat ke bawah…Aku diingatkan bagaimana tanpa disadari aku telah melukai hati anak-anakku. Tak jarang aku menangis dan memohon maaf kepada mereka. Memang manusia sering kali khilaf. Orang tua menganggap dirinya benar karena banyak pengalaman dan tidak perlu minta maaf karena ketuaannya. “Ibu, inilah anak-Mu”, kata Yesus; Ia meminta ibu-Nya untuk mengasihi Yohanes (yang pasti juga akan sedih kehilangan Gurunya) sebagai anaknya sendiri seperti ibu-Nya telah mengasihi-Nya. Mereka berdua akan kehilangan namun Yesus me-minta agar mereka saling mengisi kekosongan itu.

Anak-anakku tidak berada bersamaku namun dalam keheningan itu aku seperti memeluk mereka dan berjanji menjadi ibu yang lebih baik baginya. “Aku akan selalu mengingat kata-kata-Mu Yesus..,” aku berjanji. Sungguh Dia telah menjadi teladan yang begitu indah bagi kita semua. Walau dalam keadaan terikat dan terpaku, Ia membebaskan orang-orang yang terbe-lenggu dosa. Melalui pengampunan-Nya, mereka terbebas dari hukuman maut berpindah kepada kehidupan kekal juga dari rasa dukacita karena kematian orang yang dikasihinya maupun dari kesendirian. Mungkin Anda kehilangan orang yang Anda kasihi membuat Anda sangat berduka, marilah kita melihat ke sekeliling kita, masih ada begitu banyak orang membutuhkan kasih kita.

Yesus, Kau datang untuk memulihkan segala sesuatu

Kau datang untuk memulihkan keluarga dan rumah tanggaku

Di salib-Mu kulihat betapa banyak kesalahan yang harus kuperbaiki

Kau mengasihi keluarga dan menginginkan kesatuan antaranggotanya

Kau tidak menghendaki perpecahan dan membenci perceraian

Ajarku akan kasih-Mu supaya aku dapat mengasihi orang tua maupun anak-anakku

Ajarku juga mengasihi mereka yang kehilangan orang tua atau anak atau sahabat mereka

Biarlah selama kesempatan masih ada aku dapat memakainya

Untuk melakukan apa yang menyenangkan-Mu….                              (bersambung)