Benarkan Natal Jatuh Pada Tanggal 25 Desember?

Banyak sekali kontroversi mengenai kapan tepatnya Yesus lahir. Ada yang mengatakan 25 Desember, ada pula yang menyatakan tanggal 7 Januari dll. Bahkan pemasangan pohon Natal pun terjadi pro dan kontra. Beberapa gereja menolak memasang pohon terang dan merendah-kan mereka yang memasangnya.

Bila kita browsing kapan sebenarnya Natal terjadi dan apa makna pemasangan serta peng-hiasan pohon Natal yang kental merupakan perayaan orang Kristen, kita akan mendapatkan versi beraneka rupa. Walau pemasangan pohon Natal bukan suatu keharusan, mungkin ada baiknya kita mengerti beberapa pandangan dari para ahli.

Beberapa penulis menyatakan pemasangan pohon Natal dimulai pada abad ke-16 saat penduduk Jerman menyebar ke pelbagai wilayah termasuk ke Amerika. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an dan pohon yang dipilih ialah cemara karena pohon itu tahan segala cuaca atau istilahnya “evergreen” yang melambangkan “hidup kekal”.

Ada juga legenda yang menceritakan seorang rohaniawan Inggris, Santo Bonifacius, dalam perjalanannya bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka secara ajaib, St. Bonifacius merobohkan pohon oak tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian ajaib itu, di tempat itu tumbuhlah pohon cemara.

Cerita lain mengisahkan saat tokoh Reformasi Gereja, Martin Luther, sedang berjalan-jalan di hutan suatu malam dan terkesan dengan keindahan gemerlapan jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara. Untuk menciptakan gemerlapan bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin lalu membawa pohon cemara dan meng-hiasinya dengan lilin-lilin.

Namun bagi orang-orang yang tidak berkenan dengan pohon Natal, mereka mengisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia. Mereka mendekorasi dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil karena tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang dipuja di Roma. Dikatakan pula bahwa dewa matahari orang Mesir, Osiris, dilahirkan pada tanggal 27 Desember sementara dewa matahari, Horus dan Apollo, lahir pada tanggal 28 Desember.

Pengetahuan semrawut inilah yang kemudian mendatangkan pandangan pro dan kontra ter-hadap Natal dan pohon terang.

Di bawah ini kami sajikan juga pandangan dari seorang pakar dan penyelidik Alkitab maupun Al-Qur’an yang sangat mengerti akan sejarah gereja. Tulisan di bawah ini bersumber dari pandangan Dr. Bambang Noorsena dan tim ISCSnya tentang Natal dan pohon terang yang tentu baik sekali untuk menjadi bahan perenungan kita:

“Natal adalah penggenapan HANUKKAH”.

Jika Anda pernah berada di Israel selama hari Raya Hanukkah (Ibrani: Khanukah), Anda akan kagum karena ada banyak sekali hiasan lampu-lampu yang indah dan mengesankan. Dan mereka menyanyikan lagu BANU KHOSEKH LEGARESH, harfiah: “kami datang untuk mengusir kegelapan.” Jadi Hari Raya Hanukkah ini temanya tentang “Cahaya datang untuk mengatasi kegelapan”.

Natal adalah penggenapan Perayaan Hanukkah yang diperingati setiap Kislev. Selama ini terkesan hanya mengait-ngaitkan padahal dokumen Didascalia Apostolorum (189M) sudah memuat penetapan Natal setiap tanggal 25 bulan Ibrani ke-9 (Kislev) atau tanggal 29 bulan Mesir ke-4 (Khyak).

Tema Hanukkah juga tentang datangnya terang mengusir kegelapan seperti lagu Hanukkah. Yesus menghadiri perayaan Hanukkah atau Penahbisan Bait Allah (Yoh. 10:22). Jadi, bukan suatu kebetulan Yesus bersabda menjelang kehadiran-Nya di Perayaan Hanukkah “Akulah Terang dunia” (Yoh. 8:12).

Pemahaman ini bukan tanpa bukti bahwa pada tahun 5SM, tanggal 25 Desember terjadi pada tanggal Yahudi 25 bulan Kislev. Ini adalah tanggal perayaan Hari Raya Hanukkah yang juga dikenal sebagai Hari Raya Lampu/Cahaya atau Hari Raya Dedikasi (Hari Raya Penahbisan). Pengudusan kembali Bait Allah dan pencahayaan lampu oleh Yudas Makabe adalah tindakan ibadah kudus yang mengungkapkan harapan kembalinya kemuliaan (SHEKINAH) yang ajaib dari Allah. Cahaya SHEKINAH tentang Tuhan dilihat oleh para gembala yang menghadiri kela-hiran Yesus.

Pada hari itulah Sang Mesias lahir. Teori kelompok kaum Kristen “Yahudi Wannabe” lainnya berpendapat bahwa Yesus lahir di perayaan Pondok Daun dan mereka gemar menyuarakan tuduhan-tuduhan bahwa 25 Desember adalah perayaan dewa pagan. Tafsir Yesus lahir pada hari Raya Sukot sebenarnya hanya dikira-kira dan dihitung asal-asalan.

Justru Natal-Hanukkah sudah tertulis dalam dokumen abad ke-2 (dokumen Coptic Didascalia Apostolorum, 189M). Gereja Katolik Roma lalu mengambil kalender perayaan gerejawi Koptik ini yang dikonversikan menjadi 25 Desember. Maka Natal 25 Desember adalah penggenap Hanukkah!

Di atas adalah pandangan para ahli sejarah dan keagamaan. Bagi saya pribadi, saya tidak mempersoalkan kapan “tepatnya” Yesus dilahirkan tetapi “alasan dan tujuan mengapa” Dia dilahirkan sebagai manusia ialah untuk menyelamatkan umat manusia termasuk saya dari dosa. Pengetahuan kita tentang kapan tepatnya Dia dilahirkan tidak akan membantu keselamatan kita. Alkitab pun tidak memerintahkan atau melarang kita merayakan Natal.

Memasang atau tidak memasang pohon Natal berhiaskan lampu-lampu dan pernak-pernik lainnya tidak pula menambah atau mengurangi nilai kita sebagai orang Kristen karena kita merayakan Natal bukan merayakan hari kelahiran dewa matahari (yang katanya lahir pada tanggal yang sama). Kita merayakan Natal sebagai ucapan syukur bahwa Dia pernah datang secara nyata menjadi manusia bagi keselamatan kita. Mungkin penjelasan bapak Noorsena dapat membantu mengingatkan kita bahwa Dia adalah Terang Dunia yang dapat mengusir kegelapan.

Bagi saya penetapan 25 Desember diakui di seluruh dunia sebagai saat untuk memperingati kedatangan-Nya sebagai manusia dan kita memakai kesempatan tersebut untuk mensyukuri-nya. Tanpa memperdebatkan tepat atau tidaknya tanggal itu (banyak juga dari kita merayakan Natal tidak tepat pada tanggal 25 Desember) tetapi hari itu diakui semua orang Kristen sebagai kelahiran Sang Juru Selamat di dunia sebagai hari besar sekaligus hari libur. Ini menandakan bahwa seluruh dunia mengakui kebenarannya – bahwa di suatu saat ribuan tahun lalu Allah pernah datang ke dunia sebagai manusia. Yesus adalah nyata bukan isapan jempol atau dongeng belaka! Kedatangan Yesus, penyaliban-Nya serta penebusan-Nya harus senantiasa kita syukuri karena kedatangan-Nya ke dunia untuk menjadi Juru Selamat yang mati menggantikan kita dan bangkit menebus kita semua sehingga kita diperdamaikan kembali dengan Allah.

Bagaimana menurut Anda? SELAMAT HARI NATAL! (VS)